SYIRIK
Adi Santoso (201010220311026)
I.
Definisi
Syirik:
Syirik yaitu menyamakan selain Allah dengan Allah
dalam Rububiyyah dan Uluhiyyah Allah Subhanahu wa Ta'ala. Umumnya menyekutukan dalam Uluhiyyah
Allah, yaitu hal-hal yang merupakan kekhususan bagi Allah, seperti berdo'a
kepada selain Allah disamping berdo'a kepada Allah, atau memalingkan suatu
bentuk ibadah seperti menyembelih (kurban), bernadzar, berdo'a dan sebagainya
kepada selainNya.
II.
JENIS-JENIS
SYIRIK.
Syirik Ada Dua Jenis : Syirik Besar dan Syirik Kecil.
A. Syirik Besar atau syirik Akbar.
Syirik
besar bisa mengeluarkan pelakunya dari agama Islam dan menjadikannya kekal di
dalam Neraka, jika ia meninggal dunia dan belum bertaubat daripadanya.
Syirik
besar adalah memalingkan sesuatu bentuk ibadah kepada selain Allah, seperti
berdo'a kepada selain Allah atau mendekatkan diri kepadanya dengan
penyembelihan kurban atau nadzar untuk selain Allah, baik untuk kuburan, jin
atau syaitan, atau mengharap sesuatu selain Allah, yang tidak kuasa memberikan
manfaat maupun mudharat.
Syirik
Besar Itu Ada Empat Macam.
1.
Syirik Do'a, yaitu di samping dia berdo'a kepada
Allah Subhanahu wa Ta'ala, ia juga berdo'a kepada selainNya.
2.
Syirik Niat, Keinginan dan Tujuan, yaitu ia
menunjukkan suatu ibadah untuk selain Allah Subhanahu wa Ta'ala.
3.
Syirik Ketaatan, yaitu mentaati kepada selain Allah
dalam hal maksiyat kepada Allah.
4. Syirik
Mahabbah (Kecintaan), yaitu menyamakan selain Allah dengan
Allah dalam hal kecintaan.
B. Syirik Kecil atau syirik Ashghar.
Syirik
kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam, tetapi ia mengurangi
tauhid dan merupakan wasilah (perantara) kepada syirik besar.
Syirik
Kecil Ada Dua Macam.
1. Syirik
Zhahir (Nyata), yaitu syirik kecil yang dalam bentuk
ucapan dan perbuatan. Dalam bentuk ucapan misalnya, bersumpah dengan nama
selain Allah.
Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya
: Barangsiapa bersumpah dengan nama selain Allah, maka ia telah berbuat kufur
atau syirik".
Qutailah
Radhiyallahuma menuturkan bahwa ada seorang Yahudi yang datang kepada Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan berkata: "Sesungguhnya kamu sekalian
melakukan perbuatan syirik. Kamu mengucapkan: "Atas kehendak Allah dan kehendakmu"
dan mengucapkan: "Demi Ka'bah". Maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam memerintahkan para Shahabat apabila hendak bersumpah supaya mengucapkan,
"Demi Allah Pemilik Ka'bah" dan mengucapkan: "Atas kehendak
Allah kemudian atas kehendakmu".
Syirik
dalam bentuk ucapan, yaitu perkataan.
"Kalau
bukan karena kehendak Allah dan kehendak fulan"
Ucapan
tersebut salah, dan yang benar adalah.
"Kalau
bukan karena kehendak Allah, kemudian karena kehendak si fulan"
Kata
(kemudian) menunjukkan tertib berurutan, yang berarti menjadikan kehendak hamba
mengikuti kehendak Allah.
2. Syirik
Khafi (Tersembunyi), yaitu syirik dalam hal keinginan dan
niat, seperti riya' (ingin dipuji orang) dan sum'ah (ingin didengar orang) dan
lainnya.
Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam bersabda.
"Sesungguhnya
yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil. "Mereka (para
Shahabat) bertanya: "Apakah syirik kecil itu, ya Rasulullah?" .Beliau
Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Yaitu riya'".
Diriwayatkan dari Abu Said Radhiallahu’anhu
dalam hadits marfu’ bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
"ألا
أخبركم بما هو أخوف عليكم عندي من المسيح الدجال ؟", قالوا : بلى يا رسول
الله، قال : " الشرك الخفي يقوم الرجل فيصلي فيزين صلاته لما يرى من نظر رجل
إليه " رواه أحمد.
“Maukah kalian
aku beritahu tentang sesuatu yang bagiku lebih aku khawatirkan terhadap
kamu dari pada Al Masih Ad dajjal ?”, para sahabat menjawab : “baik, ya
Rasulullah.”, kemudian Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
“syirik yang tersembunyi, yaitu ketika seseorang berdiri melakukan sholat, ia
perindah sholatnya itu karena mengetahui ada orang lain yang
melihatnya” (HR. Ahmad).
III. Sebab-sebab Syirik:
Ada beberapa sebab fundamental
munculnya syirik:
1. Al-Jahlu (kebodohan).
Karenanya masyarakat sebelum datangnya
Islam disebut dengan masyarakat jahiliyah. Sebab mereka tidak tahu mana yang
benar dan mana yang salah. Dalam kondisi yang penuh dengan kebodohan itu,
orang-orang cenderung berbuat syirik. Karenanya semakin jahiliyah suatu kaum,
bisa dipastikan kecenderungan berbuat syirik semakin kuat. Dan biasanya di
tengah masyarakat jahiliyah para dukun selalu menjadi rujukan utama. Mengapa,
sebab mereka bodoh, dan dengan kebodohannya mereka tidak tahu bagaimana
seharusnya mengatasi berbagai persoalan yang mereka hadapi. Ujung-ujungnya para
dukun sebagai nara sumber yang sangat mereka agungkan.
2. Dhu’ful iimaan (lemahnya iman).
Seorang yang lemah imannya cenderung
berbuat maksiat. Sebab rasa takut kepada Allah tidak kuat. Lemahnya rasa takut
akan dimanfaatkan oleh hawa nafsu untuk menguasai
dirinya. Ketika seseorang dibimbing oleh hawa nafsunya maka tidak mustahil ia akan jatuh ke dalam perbuatan-perbuatan syirik, seperti memohon kepada pohonan besar karena ingin segera kaya, datang ke kuburan para wali untuk minta pertolongan agar ia dipilih jadi presiden atau selalu merujuk kepada para dukun untuk supaya penampilannya tetap memikat hati banyak orang dan lain sebagainya.
dirinya. Ketika seseorang dibimbing oleh hawa nafsunya maka tidak mustahil ia akan jatuh ke dalam perbuatan-perbuatan syirik, seperti memohon kepada pohonan besar karena ingin segera kaya, datang ke kuburan para wali untuk minta pertolongan agar ia dipilih jadi presiden atau selalu merujuk kepada para dukun untuk supaya penampilannya tetap memikat hati banyak orang dan lain sebagainya.
3. Taqliid (ikut-ikutan).
Di dalam Al-Qur’an
selalu digambarkan orang-orang yang menyekutukan Allah dengan alasan karena
mengikuti jejak nenek moyang mereka. Allah berfirman, “Dan apabila mereka
melakukan perbuatan keji, mereka berkata, “Kami
mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh
kami mengerjakannya. Katakanlah, “Sesungguhnya Allah tidak menyuruh
(mengerjakan) perbuatan yang keji.” Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah
apa yang tidak kamu ketahui?” (Al-A’raf:28).
Dalam surat Al-Baqarah:170, “Dan apabila dikatakan kepada mereka,
“Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab, “(Tidak), tetapi
kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang
kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu
tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?”
Dalam surat Al-Maidah:104, “Apabila dikatakan kepada mereka,
“Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul”. Mereka
menjawab, “Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami
mengerjakannya”. Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka
walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula)
mendapat petunjuk?
IV.
Anjuran
Rasulullah dalam menghadapi syirik.
Karena begitu halusnya syirik ini sehingga para sahabat
bertanya pada Rasulullah SAW. bagaimana caranya terhindar dari syirik ini?
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: Katakanlah (Bacalah) oleh
kalian semua:
اللهم إنا نعوذبك من أن نشرك بك شيئا نعلمه ونستغفرك لما لا
نعلمه
“Ya Allah, kami berlindung kepada Mu dari perbuatan (kami) menyekutukan Mu dengan sesuatu yang kami ketahui dan kami memohon ampunan kepada Mu dari sesuatu yang tidak kami ketahui.”
“Ya Allah, kami berlindung kepada Mu dari perbuatan (kami) menyekutukan Mu dengan sesuatu yang kami ketahui dan kami memohon ampunan kepada Mu dari sesuatu yang tidak kami ketahui.”
Diriwayatkan dari Abu
Hurairah t bahwa Rasulullah r
bersabda :
" لا تجعلوا بيوتكم قبورا،
ولا تجعلوا قبري عيدا، وصلوا علي فإن صلاتكم تبلغني حيث كنتم" رواه أبو داود
بإسناد حسن ورواته ثقات.
“Janganlah kalian jadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan,
dan janganlah kalian jadikan kuburanku sebagai tempat perayaan, ucapkanlah
sholawat untukku, karena sesungguhnya ucapan sholawat kalian akan sampai
kepadaku dimana saja kalian berada” ( HR. Abu Daud dengan sanad yang baik, dan
para perowinya tsiqoh ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar