Setelah kejadian itu anak laki-laki itupun tak pernah tampak lagi.
Pohon apel pun kembali merasa kesepian, beberapa tahun telah berlalu, tapi anak
laki-laki itu belum juga muncul. Hingga pada suatu saat anak laki-laki itu
muncul, pohon apel itu pun merasa sangat bahagia, lalu ia berkata ”Kemana saja
kamu, ayo kita bermain lagi”. Anak laki-laki itu pun menjawab ”aduh maaf apel,
aku tidak punya waktu lagi untuk bermain dengan mu, aku sekarang sudah masuk
SMA, aku punya banyak tugas yang harus ku kerjakan, aku datang kemari karena
aku sedang bingung, aku harus membeli beberapa buku pelajaran, harganya sangat
mahal, padahal aku tidak punya uang sama sekali”. Dengan bijak pohon apel itu
pun menjawab “Aduh maaf, aku tidak bisa membantumu, aku tidak punya buku
seperti yang kamu butuhkan itu, tapi bila kamu mau kamu bisa mengambil semua
buah apelku lalu menjualnya untuk membeli buku yang kamu butuhkan itu”. Tanpa pikir
panjang anak laki-laki itu pun langsung mengambil semua buah apel yang ada
tanpa memikirkan pohon apel itu. Setelah semua buah apel telah diambil anak
laki-laki itu pun pergi meninggalkan pohon apel itu untuk menjual buah apel dan
membeli buku pelajaranya yang mahal-mahal itu. Pohon apel pun kembali kesepian.
Bertahun-tahun pohon apel itu dalam kesendiriannya, hingga suatu
saat anak itu kembali dengan wajah yang murung dan tampak sedang ada masalah.
Dengan lemah lembut pohon apel itu bertanya ”Kamu kenapa kok tampak lesu
seperti itu, apakah kamu sedang ada masalah, cerita saja kepadaku mungkin aku
bisa membantumu”. Anak itu pun menyahut “Ia, sekarang aku telah menikah tapi
aku belum punya rumah untuk tempat tinggalku bersama istri dan anak-anakku
nantinya”. Pohon apel pun menjawab keluhan anak laki-laki itu “Aduh maaf aku
tidak bisa memberikan rumah yang dapat kamu tinggali bersama istri dan calon
anak-anakmu kelak, akan tetapi jika kamu mau kamu boleh memotong semua dahan
dan rantingku untuk selanjutnya dapat kamu gunakan untuk membangun rumah yang
dapat kamu tinggali bersama istri dan anak-anakmu kelak”. Lagi-lagi tanpa
berpikir panjang anak laki-laki itu langsung menebang semua dahan dan ranting
pohon apel itu lalu membawanya untuk digunakan membangun rumah barunya.
Setelah peristiwa itu anak laki-laki itu tak pernah tampak lagi,
sehingga pohon apel itu pun kembali harus menikmati kesepiannya. Hingga suatu
saat anak itu kembali lagi, pohon apel itu pun merasa sangat senang atas
kedatangannya. Kali ini sebelum pohon apel mengungkapkan kegembiraanya anak itu
langsung bercerita kepada pohon apel itu bahwa sekarang ia sudah sukses dan
telah mendapat semua keinginannya kecuali satu hal, yaitu belayar keliling
dunia. Lalu pohon apel pun bertanya ”Lantas kenapa kamu kesini kalau kamu
memang ingin berlayar keliling dunia”. Anak itu pun menjawab ”Aku memang ingin
berlayar tapi aku tidak punya kapal yang dapat kugunakan untuk berlayar
keliling dunia”. Menanggapi jawaban aank itu pohon apelpun menjawab ”Aduh maaf,
aku tidak punya kapal yang dapat kamu gunakan untuk berlayar, tapi kalau kamu
mau kamu boleh menebang batang pohon ku ini lalu menjadikannya sebuah kapal
yang dapat kamu gunakan untuk berlayar keliling dunia”. Sama seperti
sebelum-sebelumnya, tanpa berpikir panjang anak itu langsung menebang batang
pohon apel tersebut dan membawanya pulang untuk di jadikan kapal yang nantinya
akan digunakan untuk berlayar keliling dunia.
Kini yang tersisa dari pohon apel itu hanyalah akar-akar yang mulai
mengering di tengah kesendiriannya ditinggal oleh anak laki-laki yang dulu
selalu bermain di bawah naungan pohonnya yang teduh dan meneduhkan hati.
Bertahun-tahun telah berlalu hingga akhirnya tampak sesosok lelaki
tua yang jalannya pun telah goyah datang mendekat, sepertinya sosok itu sangat
lekat dalam ingatan pohon apel itu. Dan benar saja ternyata itu adalah anak
kecil yang dulu selalu bermain bersamanya. Pohon apel yang telah sekarat itu
pun sangat bahagia atas kedatangan anak laki-laki itu. Dalam keadaan sekarat
pohon apel berkata “Maaf nak, kali ini aku sudah tidak punya buah yang dapat di
tukar dengan mainan ataupun buku, aku juga sudah tidak punya ranting dan batang
yang dapat kau pakai untuk membuat rumah dan kapal, yang ku punya sekarang
hanyalah akar-akar yang hampir mengering”. Lalu dengan suara parau anak
laki-laki yang mulai dimakan usia itu pun menjawab “sekarang ini aku sudah
tidak butuh semua itu, yang kubutuhkan sekarang ini adalah tempat istirahat
yang nyaman”. Mendengar hal itu pohon apel yang telah sekarat itu pun berkata
“Kalau cuma untuk tempat beristirahat, akar-akarku yang mulai mengering ini
masih cukup kokoh dan nyaman untuk sekedar digunakan berbaring”. Lalu laki-laki
itu pun berbaring di atas akar-akar pohon apel itu selama beberapa waktu,
hingga akhirnya ia menghembuskan nafas terakhirnya di atas akar-akar apel yang
tengah sekarat.
Dari cerita di atas taukah kalian
siapa pohon apel yang sangat lemah lembut, perhatian, penyayang dan sabar itu.
Taukah anda, bahwa pohon itu adalah perumpamaan bagi Ibu kita sedangkan anak
kecil itu adalah kita. Dari cerita di atas taukah anda, seberapa jahatnya kita
terhadap ibu kita, dan seberapa sayangnya ibu kita, hingga beliau mau
memberikan semua yang beliau punya kepada kita tanpa pernah memikirkan bahwa
hal itu akan menyakitinya, menyusahkannya dan memberatkannya. Akan tetapai kita
sebagai anak tidak pernah memikirkan hal itu, bahkan kita selalu saja menuntut
apa yang telah menjadi kehendak kita tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi
pada ibu kita. Pernahkah
terlintas di fikiran kita, BETAPA JAHAT DAN KEJAMNYA
KITA SEBAGAI SEORANG ANAK…........!!!!!
Coba anda
jawab pertanyaan sederhana ini:
Apakah aku akan selalu menjadi seperti itu………???
Sampai kapan aku akan seperti itu…………………..???
Kapan aku akan berubah.........................................???
Kapan aku akan membalas semua itu……………….???
Apakah aku masih punya cukup waktu untuk membalas semua itu
sebelum AJAL MENJEMPUT KU……………………………….. ! ! ! ! ! ! ! ! !
>SILAHKAN ANDA RENUNGI DAN
ANDA FIKIRKAN SEMUA ITU DALAM HATI KECIL ANDA<
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil." (DQ. Al-Isra: 23-24)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar