KATA PENGANTAR
Rasa syukur
yang dalam saya panjatkan atas bimbingan Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga saya
dapat menyusun makalah PERANAN GENERASI MUDA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN
BERNEGARA.
Ucapan
terima kasih yang dalam kami ucapkan kepada Ibu Handayani S.Pd selaku guru mata
pelajaran sejarah kelas XII IPS serta kepada pihak lain yang telah membantu
secara langsung maupun tidak langsung sehingga tugas ini dapat terselesaikan.
Saya selaku
penulis makalah menyadari masih banyak kesalahan dalam hal penulisan maupun
dalam tata bahasa.oleh karena itu saya mengharap kritik dan sarannya demi
perbaikan dalam pengerjaan tugas yang akan datang.
Saya
berharap dengan adanya makalah ini dapat benar-benar bermanfaat bagi yang membacanya.
Terima
Kasih.
Jombang, Oktober 2009
PENYUSUN
A. Pendahuluan
Dalam
konteks sejarah nasional, pemuda telah mencatatkan beberapa goresan penting
yang tidak akan mungkin dapat terlupakan bagi bangsa Indonesia. Goresan tersebut
terekam di dalam beberapa momentum historis bangsa kita yang mencerminkan
betapa besarnya peran pemuda di dalam dinamika kehidupan berbangsa dan
bernegara, khususnya didalam rangka mendorong bangsa dan negara kita menuju
suatu eksistensi yang lebih baik. Beberapa momentum tersebut misalnya:
1.
Momentum
Sumpah Pemuda di saat berkumpulnya kelompok-kelompok pemuda yang tergabung di
dalam organisasi-organisasi kedaerahan, kesukuan dan agama 71 tahun yang lalu
di tahun 1928, menyatakan tekad bersama untuk hidup dalam suatu kesatuan
bangsa, tanah air, dan bahasa Indonesia. Dalam
momentum ini, pemuda-pemuda Indonesia meletakkan kerangka landasan (embrio)
terwujudnya Indonesia sebagai negara bangsa.
2.
Saat-saat menjelang proklamasi negara RI disaat sekelempok pemuda melakukan desakan kepada presiden RI
dengan membawa Bung Karno ke Rengas Dengklok--untuk
segera memproklamirkan kemerdekaan negara Indonesia tanpa menunggu waktu lebih
lama, di saat justeru pemimpin-pemimpin bangsa tengah berpikir untuk menempuh
langkah-langkah yang ‘lurus’ melalui jalur diplomatik
dan jalur politik. Akibat dari desakan pemuda tersebut kemudian kita melihat pada tanggal 17 Agustus 1945, dwi tunggal pemimpin bangsa kita pada saat itu memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia.
dan jalur politik. Akibat dari desakan pemuda tersebut kemudian kita melihat pada tanggal 17 Agustus 1945, dwi tunggal pemimpin bangsa kita pada saat itu memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia.
3.
Peran pemuda yang tergabung dalam aksi KAMI dan KAPI di dalam melakukan
koreksi terhadap perjalanan sejarah bangsa yang telah di anggap melenceng dari
komitmen awal perjuangan bangsa Indonesia, melalui TRITURA di tahun 1966, yang
kemudian melahirkan generasi-generasi angkatan ’66 yang melanjutkan estafet
pembangunan bangsa Indonesia, walaupun kemudian belakangan pada tahun 1990-an
akhir dikoreksi kembali oleh pemuda.
Dan yang
masih hangat di benak kita, peran pemuda yang terdiri dari mahasiswa di tahun
1998-1999 di dalam mempelopori koreksi terhadap kebekuan konstalasi sosio
politik Indonesia yang telah berjalan selama 32 tahun, lewat tuntutan reformasi
di segala sektor kehidupan berbangsa dan bernegara yang melahirkan tatanan
kebangsaan yang kita lihat sekarang ini.
B. Pegangan Generasi Muda
Makna Sumpah Pemuda tetap menjadikan pegangan para generasi
muda Indonesia untuk mempertahankan Indonesia sebagai bangsa
yang satu. Namun makna tersebut seakan-akan telah hilang dari kehidupan
berbangsa dan bernegara.
"Makna berbangsa yakni satu bangsa Indonesia, telah tidak ada lagi.
Kini
yang ada hanyalah sifat egoisme para elite politik," kata Sekretaris ICMI
Sumatera Barat Najmuddin yang dihubungi Pelita via telepon, kemarin.
Menurut Najmuddin, Sumpah Pemuda akan tetap memiliki relevansi yang sangat
besar dalam kondisi bangsa Indonesia saat ini. Tetapi permasalahan yang terjadi
saat ini kurang adanya implementasi dari butir-butir Sumpah Pemuda oleh
generasi muda maupun pemerintah. Pemuda Indonesia harus mempunyai visi yang
jelas kedepan untuk menyiapkan regenerasi bangsa Indonesia yang akan datang.
Menanggapi
makna Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 yang cenderung memudar di dalam diri
masyarakat Indonesia, khususnya kalangan pemuda dan pemerintah, dosen
Universitas Andalas itu menjelaskan, hal itu terjadi akibat dari ketidakmampuan
pemerintah untuk menciptakan formula reformasi yang tengah berjalan. Pemerintah
dan pemuda harus mempunyai visi politik yang jelas sebagai bangsa yang bersatu
dan berdaulat. Mereka jangan bertindak acuh tak acuh terhadap permasalahan yang
terjadi pada Indonesia.
Dari
sisi sosial dan ekonomi, tambah dia, pemerintahan saat ini tidak mempunyai
formula dan rancangan yang jelas untuk 10 tahun ke depan dalam menciptakan
masyarakat Indonesia yang sejahtera.
Fenomena
saat ini jelas terlihat pemerintah sibuk oleh hal-hal yang membuat sesuatu
tidak produktif. Dari sisi politik juga terlihat gambaran politik antagonis,
yang selalu mempertahankan ego. Mereka tidak menciptakan suatu kondisi politik
negara yang integratif untuk menyatukan bangsa dan menjadikan bangsa Indonesia
mempunyai arah dan tujuan yang jelas di masa yang akan datang.
Sementara
Ketua HMI Shoim Misbach Haris yang dihubungi terpisah mengatakan refleksi
Sumpah Pemuda sering menjadi hal yang klise bagi
generasi
muda maupun pemerintah saat ini. Esensi Sumpah Pemuda tentang adanya persatuan,
keseragaman, maupun proses menyatu telah menjadi suatu perubahan dan
menciptakan konflik vertikal dan horisontal antarrakyat Indonesia.
"Makna Sumpah Pemuda seakan menjadi kegiatan ritual yang tidak memiliki
arti apa-apa dalam berbangsa. Padahal kesadaran yang digali dalam Sumpah Pemuda
itu memiliki kesadaran kesatuan, keragaman atas etnis, agama, warna kulit,
bangsa Indonesia yang sangat luas," paparnya.
Menurut dia, disaat penjajahan melawan Belanda telah usai, maka makna tersebut
bertujuan untuk pemerataan seluruh rakyat Indonesia atas kesejahteraan
mereka."Tapi, sering acara seremonial yang diulang setiap tahun menjadi
basi. Karena kondisi kehidupan rakyat Indonesia penuh dengan kesenjangan
sosial, bahkan rakyat kecil semakin terpinggirkan," jelasnya. Oleh karena
itu agar Sumpah Pemuda menjadi bermakna, maka harus ada generasi muda yang baru
yang bebas dari masalah-masalah sosial bangsa Indonesia. Selain itu strategi
sosial budaya yang berbasis kesejahteraan rakyat. "Bahkan jika perlu
dibuat suatu Sumpah Pemuda yang baru oleh generasi baru.
C. Peran Serta Generasi Muda dalam
Pembangunan.
Disaat
kondisi bangsa seperti saat ini peranan pemuda atau generasi muda sebagai
pilar, penggerak dan pengawal jalannya reformasi dan pembangunan sangat
diharapkan. Dengan organisasi dan jaringannya yang luas, pemuda dan generasi
muda dapat memainkan peran yang lebih besar untuk mengawal jalannya reformasi
dan pembangunan. Permasalahan yang dihadapi saat ini justru banyak generasi
muda atau pemuda yang mengalami disorientasi, dislokasi dan terlibat pada
kepentingan politik praktis. Seharusnya melalui generasi muda atau pemuda
terlahir inspirasi untuk mengatasi berbagai kondisi dan permasalahan yang yang
ada. Pemuda atau generasi muda yang mendominasi populasi penduduk Indonesia
saat ini mesti mengambil peran sentral dalam berbagai bidang untuk kemajuan
antara lain:
1. Saatnya pemuda menempatkan diri
sebagai agen sekaligus pemimpin perubahan. Pemuda harus meletakkan cita-cita
dan masa depan bangsa pada cita cita perjuangannya. Pemuda atau generasi muda
yang relatif bersih dari berbagai kepentingan harus menjadi asset yang
potensial dan mahal untuk kejayaan dimasa depan. Saatnya pemuda memimpin
perubahan. Pemuda atau generasi muda yang tergabung dalam berbagai Organisasi
Kemasyarakatan Pemuda memiliki prasyarat awal untuk memimpin perubahan. Mereka
memahami dengan baik kondisi daerahnya dari berbagai sudut pandang. Kemudian
proses kaderisasi formal dan informal dalam organisasi serta interaksi kuat
dengan berbagai lapisan sosial termasuk dengan elit penguasa akan menjadi
pengalaman (experience) dan ilmu berharga untuk mengusung perubahan.
2. Pemuda harus bersatu dalam
kepentingan yang sama (common interest) untuk suatu kemajuan dan perubahan.
Tidak ada yang bisa menghalangi perubahan yang diusung oleh kekuatan generasi
muda atau pemuda, sepanjang moral dan semangat juang tidak luntur. Namun
bersatunya pemuda dalam satu perjuangan bukanlah persoalan mudah. Dibutuhkan
syarat minimal agar pemuda dapat berkumpul dalam satu kepentingan. Pertama,
syarat dasar moral perjuangan harus terpenuhi, yakni terbebas dari kepentingan
pribadi dan perilaku moral kepentingan suatu kelompok. Kedua, kesamaan agenda
perjuangan secara umum Ketiga, terlepasnya unsur-unsur primordialisme dalam
perjuangan bersama, sesuatu yang sensitive dalam kebersamaan.
3. Mengembalikan semangat nasionalisme
dan patriotisme dikalangan generasi muda atau pemuda akan mengangkat moral
perjuangan pemuda atau generasi muda. Nasionalisme adalah kunci integritas
suatu negara atau bangsa. Visi reformasi seperti pemberantasan KKN, amandeman
konstitusi, otonomi daerah, budaya demokrasi yang wajar dan egaliter seharusnya
juga dapat memacu dan memicu semangat pemuda atau generasi muda untuk memulai
setting agenda perubahan.
4. Menguatkan semangat nasionalisme
tanpa harus meninggalkan jatidiri daerah. Semangat kebangsaan diperlukan
sebagai identitas dan kebanggaan, sementara jatidiri daerah akan menguatkan
komitmen untuk membangun dan mengembangkan daerah. Keduanya diperlukan agar anak
bangsa tidak tercerabut dari akar budaya dan sejarahnya.
5. Perlunya kesepahaman bagi pemuda
atau generasi muda dalam melaksanakan agenda-agenda Pembangunan. Energi pemuda
yang bersatu cukup untuk mendorong terwujudnya perubahan. Sesuai karakter pemuda
yang memiliki kekuatan (fisik), kecerdasan (fikir), dan ketinggian moral, serta
kecepatan belajar atas berbagai peristiwa yang dapat mendukung akselerasi
perubahan.
6. Pemuda menjadi aktor untuk
terwujudnya demokrasi politik dan ekonomi yang sebenarnya. Tidak dapat
dihindari bahwa politik dan ekonomi masih menjadi bidang eksklusif bagi
sebagian orang termasuk generasi muda. Pemuda harus menyadari , bahwa sumber
daya (resource) negeri ini sebagai aset yang harus dipertahankan, tidak
terjebak dalam konspirasi ekonomi kapitalis.
7. Secara khusus peranan pemuda di
Propinsi Kepulauan Bangka Belitung seharusnya lebih berorientasi kepada upaya
membangun kualitas sumber daya manusia dan upaya menjaga kualitas sumber daya
alam Bangka Belitung agar tetap dapat mempunyai daya dukung bagi pembangunan
Bangka Belitung dasawarsa kedepan dan untuk persiapan bagi generasi mendatang.
Sebagai suatu propinsi yang baru menginjak usia delapan tahun banyak hal yang
harus diperbuat, diperjuangkan dan ditingkatkan agar propinsi ini dapat sejajar
serta dapat mengejar ketertinggalan dengan propinsi lainnya di Indonesia. Issue
aktual tentang kerusakan lingkungan di Bangka Belitung hendaknya menjadi
perhatian serius dan utama mengingat eksploitasi terhadap biji timah yang sudah
dimulai sejak masa Kesultanan Palembang Darussalam pada tahun 1710, kemudian
dilanjutkan oleh bangsa asing kulit putih yaitu bangsa Inggris tahun 1812 dan
bangsa Belanda sejak tahun 1814 hingga kemerdekaan, kemudian dilanjutkan
eksploitasinya oleh perusahaan Timah milik negara dan sekarang malah
dieksploitasi secara bebas dan besar-besaran oleh rakyat tanpa memperhatikan
aturan-aturan dan kelestarian lingkungan, akan berakibat pada kerusakan dan
kehancuran. Dalam posisi inilah harusnya pemuda atau genersi muda dapat
berperan menghentikan kerusakan dan mengajukan alternatif solusi yang cerdas
bagi penyelesaiannya dan terutama sekali solusi terbaik bagi penghidupan rakyat
pasca timah. Saat ini suara, pemikiran dan tindakan nyata dari generasi muda
atau pemuda, mahasiswa, akademisi atau dari golongan elite terpelajar nyaris
tak terdengar, sebetulnya banyak kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh
pemerintah daerah yang perlu dikritisi secara arif.
8. Pemuda atau generasi muda harus
dapat memainkan perannya sebagai kelompok penekan atau pressure group agar
kebijakan-kebijakan strategis daerah memang harus betul-betul mengakar bagi
kepentingan dan kemashlatan umat.
D. PERAN PEMUDA DALAM MENJAGA NEGARA
KESATUAN REPUBLIK INDONESIA (NKRI)
Arip Musthopa
Sejarah
lahir dan tumbuh kembang NKRI tidak pernah lepas dari satu nama; “pemuda”.
Sejak dari Boedi Oetomo (1908) sebagai Kebangkitan Nasional; Sumpah
Pemuda (1928) sebagai kelahiran bangsa Indonesia; Proklamasi Kemerdekaan
(1945) sebagai kelahiran negara Indonesia; sampai Gerakan Reformasi
(1998) sebagai perjuangan mengembalikan kehormatan bangsa dari otoritarianisme
adalah bentuk partisipasi pemuda yang umum dikenal dalam mengawal bangsa ini.
Dalam catatan yang lebih detail, ancaman dari dalam negara seperti peristiwa PKI Madiun para pemuda juga berperan besar dalam pemberantasanya. Menanggapi pemberontakan PKI Madiun 18 September 1948, wakil ketua PB HMI Ahmad Tirtosudiro –yang ketika itu juga menjabat sebagai Ketua PPMI (Persatuan Pelajar Mahasiswa Indonesia)– membentukCorps Mahasiswa (CM)di bawah komando Hartono, sedang Ahmad Tirtosudiro sendiri menjadi Wakil Komandan untuk membantu pemerintah menumpas pemberontakan PKI Madiun, dengan mengerahkan anggotanya ke gunung-gunung yang di anggap sebagai lokasi persembuyian dari para pemberontak tersebut.
Dalam catatan yang lebih detail, ancaman dari dalam negara seperti peristiwa PKI Madiun para pemuda juga berperan besar dalam pemberantasanya. Menanggapi pemberontakan PKI Madiun 18 September 1948, wakil ketua PB HMI Ahmad Tirtosudiro –yang ketika itu juga menjabat sebagai Ketua PPMI (Persatuan Pelajar Mahasiswa Indonesia)– membentukCorps Mahasiswa (CM)di bawah komando Hartono, sedang Ahmad Tirtosudiro sendiri menjadi Wakil Komandan untuk membantu pemerintah menumpas pemberontakan PKI Madiun, dengan mengerahkan anggotanya ke gunung-gunung yang di anggap sebagai lokasi persembuyian dari para pemberontak tersebut.
E. Peranan Pemuda di Bidang Politik
Fakta
sejarah telah mencatat bahwa peran pemuda sebagai agent of change telah
terbukti sebagai salah satu pelopor perubahan penting dalam tatanan masyarakat,
bangsa bahkan menjadi sebuah kekuatan utama dalam gerakan revolusi. Gerakan
revolusi ini pada akhirnya melahirkan tatanan kehidupan yang baru dalam
masyarakat. Realita ini terjadi pada gerakan revolusi Perancis tahun 1968 yang
telah melahirkan tatanan politik baru dan gagasan besar seperti feminisme,
gerakan anti-nuklir, dan ekologisme ( Robert Gildea, ”French Student Revolt”,
dalam Jack A Goldstone (ed), The Encylopedia of Political Revolution, Chicago
& London: Fitzroy Dearborn Publisher, 1998 hal.185-186 ). Sejarah berdirinya
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah bagian dari sumbangsih peran
strategis pemuda. Kontribusi pemuda tersebut berlangsung sejak era kebangkitan
nasional, perjuangan lahirnya kemerdekaan, pengawalan transisi rezim orde lama
(orla) ke orde baru (orba), penggulingan tirani orde baru menuju orde reformasi
sampai akhirnya sumpah pemuda sebagai spirit building dalam proses penyatuan
konsep berbangsa, berbahasa dan bertanah air.
Realita
peran pemuda di atas harus diakui karena memiliki semangat nasionalisme tinggi
dalam memperjuangan tatanan demokrasi bangsa yang berorientasi pada gerakan
pro-kerakyatan. Kondisi pemuda Indonesia pada saat itu merupakan aset bangsa
yang sangat berharga. Optimistik gerakan pemuda lahir dari idealisme yang
sangat kuat. Selain itu, pemuda memiliki mental kepribadian yang kuat,
bersemangat, etos kerja yang tinggi, ulet, kritis, disiplin, inovatif dan
bekerja keras dalam menjadikan kehidupan bangsanya menjadi lebih baik. Gerakan
pemuda saat itu merupakan gerakan yang terorganisir- teratur melalui
organisasi, salah satunya adalah Organisasi Kepemudaan (OKP). Beberapa
Organisasi Kepemudaan/Kemahasiswaan yang masih eksis adalah Gerakan Pemuda
Ansor (GPM), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI), Pemuda Muhammadiyah, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI),
Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim
Indonesia (KAMMI), Ikatan remaja Muhammadiyah (IRM) dan beberapa elemen
kepemudaan lainnya. Kehadiran OKP pada zaman kemerdekaan merupakan kekuatan
starategis yang luar biasa. Orientasi gerakan yang diterapkan beraviliasi pada
intelektual-praksis menuju konsep kebangsaan dan good governence.
Namun,
semangat dan arah gerakan OKP-OKP akan keluar dari gerakan idelisme jika pemuda
yang ada di dalamnya baik struktural maupun non-struktural telah dirasuki oleh
pola pikir praktis. Mereka bukan lagi berkonsep jangka panjang akan tetapi,
memiliki konsep ide, gagasan hanya bersifat jangka pendek. Jelas, hal ini hanya
akan mengotori semangat nasionalisme pemuda. Padahal, generasi muda adalah
generasi penerus bangsa dalam menciptakan country building yang lebih baik,
mapan dan berpihak pada rakyat.
Potensi pola
pikir praktis berpeluang besar dimasuki oleh pemuda OKP-OKP, mengingat Bangsa
Indonesia akan menghadapi dua agenda besar dalam pesta demokrasi yaitu
Pemilihan Umum Calon Legislatif (Caleg) dan Pemilu Presiden. Dua agenda
demokrasi Indonesia ini tepatnya pada tanggal 9 April dan 9 Juni 2009 yaitu
Pemilu Caleg dan Pemilu Presiden-Cawapres. Dua ruang demokrasi ini sedang
menganga dan siap mencengkram ritme ruh gerakan para pemuda OKP. Pemuda akan
mudah terjebak jika tidak memilki semangat seperti pemuda zaman kemerdekaan dan
sebaliknya akan menjadi ”manusia setengah dewa” jika refleksi semangat pemuda
zaman dulu tertanam kuat dalam pola pikir pemuda zaman sekarang. Hal ini bisa
saja terjadi karena pemuda zaman sekarang telah mengalami degradasi spirit
kebangsaa.
Pola pikir
praktis juga disebabkan adanya arus besar globalisasi yang berimbas pada
peralihan ruh gerakan pemuda dari agent of change menjadi agent of hedonis.
Mereka tidak lagi berpikir tentang bagaimana membangun bangsa dan menciptakan
demokrasi pro-kerakyatan melainkan berjiwa konsumerisme dunia hedonis. Inilah
virus terbesar yang sedang mejangkiti pemuda. Di media massa (Surat Kabar,
Majalah, Radio Televisi) selalu menyajikan berita skandal video mesum, korban
obat-obat terlarang, tawuran, dan subjeknya tak lain kebanyakan dari golongan
pemuda. Sangat ironis bukan!
Pola pikir
praktis hanya memiliki format gerakan jangka pendek (short time) dan
kepentingan sesaat . Oleh karena itu, pemuda harus secepatnya menata diri agar
semangat nasionalisme tetap menjadi painting of great movement. Apa yang
diungkapkan Muhaimin Iskandar menjadi sebuah loncatan strategis, saatnya pemuda
(dalam OKP baik struktural maupun non-struktural) menghilangkan tradisi
”politik kerumunan” yaitu politik yang memilki arti gerak politik berbasis isu,
ide, momentum dan kepentingan hanya berorientasi jangka pendek (baca: melampaui
demokrasi).
Mengubah
Pola Pikir Pemuda.
Virus pola
pikir praktis yang sangat mudah dan cepat merasuki pemuda menjadi musuh utama
terhadap perubahan ruh gerakan OKP. Oleh karena itu, pemuda yang memilki
intelektual, berpikir kritis dan berada dalam perasaan manusia ideal (masih
bersih dari politik kekuasaan) saatnya mengubah pola pikir. Pemuda harus tetap
dalam rel utama sebagai agent of change untuk melahirkan gagasan baru dalam
menciptakan tatanan kehidupan masyarakat yang baru pula.
Pengungkapan
ide, gagasan yang bersifat jangka pendek dan kepentingan sesaat harus
dihilangkan. Berpikirlah ”organisasional” yaitu memilki gerak politik strategis
yang bersandar pada perjuangan kepentingan bersama, bersifat jangka panjang dan
terlembaga dalam sebuah organsisasi (baca: Melampaui Demokrasi). Kepentingan
jangka panjang dimaknai sebagai kepentingan konstituen organisasi, kader,
pengurus dan kepentingan bangsa pada umumnya yang menjadi format perjuangan
organisasi. Kaitannya dengan pesta demokrasi, pola pikir sangat dibutuhkan
dalam menciptakan demokrasi ideal bagi masa depan bangsa Indonesia. Format
perjuangan jangka panjang itu dapat terangakai dalam style of movement (baca:
merangkai strategis organisasi) sebagai kepentingan bangsa Indonesia
seutuhnya.
Pertama,
Gerakan Sosial. Terciptanya masa depan demokrasi Indonesia yang ideal merupakan
perjuangan bersama terlebih peran pemuda OKP-OKP. Kesejahteraan hidup
masyarakat Indonesia selalu menjadi sorotan utama dalam perjalanan pemerintahan
bangsa. Tingginya angka kemiskinan dan banyaknya pengangguran menjadi indikasi
gagalnya pemerintah dalam peningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Ketidaksetaraan kehidupan masayarakat antara kaum ekonomi kelas menengah ke
bawah dan menengah ke atas harus menjadi perjuangan gerakan sosial.
Pemberdayaan masyarakat ekonomi lemah, petani dan pengusaha kecil, akan
menciptakan kemandirian dalam basis masyarakat. Pemberdayaan masyarakat ini
akan lebih bermanfaat bagi pola gerakan OKP sebagai bentuk perjuangan pemuda
terhadap masyarakat kecil.
Kedua,
Gerakan Kebudayaan. Mengingat sejarah tumbangnya orde baru ke orde reformasi,
maka tugas terpenting dalam proses lahirnya era reformasi itu adalah
melanjutkan agenda reformasi. Tugas ini sebagai bentuk tanggung jawab pemuda.
Kaitannya dengan Pemilu 2009, pemuda dituntut untuk berani bertanggung jawab
dalam mengawal peralihan demokrasi. Peralihan ini menjadi great responsiblity
yang merupakan akar budaya gerakan pemuda. Budaya ini akan melahirakan image
building terhadap pemuda pada perwujudan pembebas, pluralitas dan pencipta
dinamisasi kehidupan berbangsa.
Ketiga,
Gerakan Politik Strategis. Pola gerakan ini merupakan kombinasi kedua pola
gerakan di atas. Politik strategis memiliki makna yang sangat jauh dengan
dengan politik praktis. Politik strategis berorientasi pada kebutuhan jangka
panjang sedangkan politik praktis hanyalah berwujud kebutuhan sesaat. Pemuda
menjadi adalah icon yang mengubah kehidupan bangsa dalam mencetuskan ide
strategis dan advokasi yang berakhir pada perjuangan rakyat kecil. Jiwa
sensitivitas terhadap fenomena bangsa yang tidak berpihak pada rakyat harus
menjadi ruh utama dalam mengawal kebijakan pemerintah, baik lokal maupun
nasional.
Sejarah Sosial Pemuda Indonesia
Bermula
dengan lahirnya pergerakan pemuda yang muncul dalam bentuk kedaerahan pada
tahun 1915 yaitu Jong Java yang kemudian diikuti oleh Jong Sumatranen Bond
(1917), Jong Celebes (1918), Jong Minahasa (1918), Sekar Roekoen (1919), dan
Jong Batak (1925), akhirnya mengilhami para pemuda untuk membentuk satu
organisasi pemuda seluruh Indonesia yang nantinya dapat bersatu dalam satu
ikatan yaitu sumpah pemuda.
Anggota Jong
Java adalah pemuda yang berpendidikan Belanda yang berusaha menjaga kesadaran
atas warisan budaya Jawa, sedangkan anggota Jong Sumatranen, Jong Celebes, Jong
Minahasa, Sekar Roekoen dan Jong Batak adalah pemuda dari kalangan dengan
status sosial tinggi, mereka dikirim untuk memperoleh pendidikan lanjutan di
pulau Jawa. Adanya kesamaan antar organisasi berupa; sama-sama berpendidikan
Belanda, keterbukaan terhadap norma budaya Barat dan memiliki konsep
kemandirian politik dan berbangsa inilah yang menyatukan mereka. Hingga
puncaknya terjadi pada tahun 1929 di mana perwakilan dari Jong Java, pemuda
Sumatera dan Pemuda Indonesia berkumpul menjadi satu dan mengatasnamakan
Indonesia Muda, mereka membubarkan diri secara resmi organisasi yang sebelumnya
mereka bentuk.
Petikan
kisah di atas merupakan sedikit dari apa yang dipaparkan dalam buku Sumpah
Pemuda (Makna & Proses Penciptaan Simbol Kebangsaan Indonesia) karya Keith
Foulcher, buku ini membeberkan secara jujur sejarah baik sulit maupun mudahnya
mempersatukan pemuda Indonesia untuk ikut memikirkan Indonesia di masa depan
jika telah merdeka.
Perubahan
Indonesia selalu tidak terlepas dari peran pemuda, dan bergaungnya sumpah
pemuda adalah salah satunya dari perubahan tersebut. Tapi sejarah panjang peran
pemuda tersebut surut pasca tumbangnya rezim orde baru yang kemudian lebih
dikenal dengan era reformasi. Terbukti dengan peringatan 80 tahun sumpah pemuda
dan 10 tahun reformasi, minim bahkan dapat dikatakan tidak ada kegiatan yang
berarah pada perubahan yang dilakukan oleh pemuda.
Degradasi
peran sosial inilah yang seharusnya dibenahi oleh pemuda Indonesia, tidak hanya
didiskusikan tapi juga harus ada pembuktian untuk ke arah yang lebih baik.
Kondisi Indonesia yang serba dilematis saat ini seharusnya pemuda harus ikut
memikirkannya. Banyak hal yang dapat dikerjakan oleh pemuda sebagai peran
memikirkan bangsa, salah satunya adalah kembali kepada intisari isi sumpah
pemuda. Bahwa mengakui satu bangsa, mengakui satu tanah air dan menjunjung
tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia adalah pegangan dan pijakan untuk
kembali mempersatukan pemuda.
Fanatisme
kedaerahan dan primordialisme adalah tantangan terberat untuk mepersatukan
kembali pemuda Indonesia. Tetapi, pemuda Indonesia harus lebih cerdas dan
cerdik untuk mengatasinya secara bersama-sama. Memperkenalkan kembali keragaman
budaya bangsa setidaknya dapat dicoba untuk ditawarkan kepada pemuda agar
kembali memiliki satua rasa kepemilikan atas Indonesia. Sumpah pemuda adalah
symbol kebangsaan pada masanya, dan setiap masa selalu dan akan semakin besar
tantangannya. Artinya, harus ada hal entah apa namanya yang sesuai dengan zaman
sekarang untuk menarik kembali semangat kesatuan pemuda Indonesia.
Menarik
mendengarkan apa yang dituturkan oleh Bung Karno pada saat peringatan sumpah
pemuda ke-28 pada 28 Oktober 1956 yang diambil dari sumber Harian Rakjat, 1956,
“Presiden menjatakan bahwa diperingatinja hari 28 Oktober kali ini adalah suatu
opfressing, suatu freshing up, suatu penjegaran bagi semangat persatuan jang
akhir-akhir ini terganggu. Presiden menjatakan bahwa sudah selajaknya Sumpah
Pemuda diperinagti, bahkan djangan hanja setiap tahun, tetapi tiap-tiap hari,
tiap-tiap djam, tiap-tiap menit, tiap-tiap detik. Persiapan ideologis, jaitu
Sumpah Pemuda, memerlukan penjelenggaraan praktis itu”
Semangat
persatuan pemuda yang kala itu disimbolkan dan hanya dapat disatukan dengan
ikon sumpah pemuda selalu diingatkan untuk mengingatnya setiap waktu di setiap
tempat. Nah, sudah seharusnya jika saat ini juga ada ikon baru yang sekiranya
dapat menjadi suatu pengingat atau ikon kebersamaan untuk mempersatukan kembali
pemuda Indonesia yang sudah mulai terkikis dan sudah di ambang perpecahan. Peringatan
sumpah pemuda tahun ini juga unik, diperingati pada usianya yang ke-80 tahun
dan sebelumnya disambut dengan peringatan 100 tahun kebangkitan nasional dan 10
tahun reformasi. Ketiga peringatan tersebut yang terangkum dalam tahun 2008 ini
selayaknya pula untuk direfleksikan bersama oleh kaum pemuda untuk memulai
mengalihkan semangat kedaerahan yang sebelumnya menjadi semangat kebangsaan
sebagaimana organisasi daerah mulai Jong Java hingga Jong Batak membubarkan
diri dan bersatu dengan naungan Indonesia Muda.
TERIMAKASIH KITA KEPADA GENERASI MUDA
Gerakan
moral dan politik yang dilancarkan oleh para mahasiswa di banyak tempat dewasa
ini merupakan peristiwa yang berharga dalam rangka konsep strategis
"nation building" dan "character building" bangsa kita.
Karena, lebih dari 30 tahun universitas-universitas di negeri kita telah
dijadikan kuburan kesedaran politik, kuburan semangat kerakyatan, kuburan
patriotisme dan nasionalisme.
Pemerintahan
Orde Baru telah mentrapkan garis "depolitisasi" kampus, yang
merupakan kesalahan monumental dalam pembinaan jiwa generasi baru. Dengan dalih
yang dikarang-karang, universitas telah dijadikan pabrik yang memproduksi kaum
intelektual yang tidak-peduli kepada urusan-urusan besar negara dan bangsa, dan
yang mempersetankan masalah-masalah penting yang dihadapi rakyat. Berbagai
peraturan tingkat kementerian maupun tingkat universitas telah dibikin
sedemikian rupa, sehingga kegiatan-kegiatan yang bersifat politik dalam kampus
bisa dibatasi atau dicegah. Orde Baru telah berdosa besar kepada generasi yang
sekarang, dan juga kepada generasi yang akan datang, dengan memaksakan politik
depolitisasi kampus, yang sudah berjalan puluhan tahun itu. Sebab, politik
depolitisasi kampus ini telah menanamkan ketakutan di kalangan mahasiswa, yang
kemudian merupakan bibit juga bagi tumbuhnya "ketakutan nasional"
terhadap sistem politik Orde Baru, ketika mereka sudah terjun dalam masyarkat.
Mengingat
itu semua, alangkah bahagianya masa depan bangsa Indonesia bahwa para mahasiswa
dewasa ini telah bangkit, dan mulai melancarkan perlawanan terhadap berbagai
politik salah dan dosa besar yang dilakukan pemerintahan Suharto. Sama-sama
sebagai pemilik republik kita, mereka tidak rela bahwa negara kita, yang
berpenduduk 202 juta, dikelola secara buruk oleh beberapa ribu jenderal ABRI
dan oleh puluhan ribu pejabat-pejabat tinggi sipil (tokoh-tokoh Glokar di
berbagai tingkat). Sebagai calon-calon kader bangsa, hati banyak mahasiswa kita
tidak tahan lagi melihat begitu besarnya kerusakan-kerusakan di bidang politik,
ekonomi, sosial dan moral, yang dilakukan oleh para penguasa. Sebagai penerus
yang akan ikut bertanggung-jawab atas masa depan negeri kita, mereka ingin ikut
membereskan republik kita dari segala kebobrokan, yang telah mendatangkan
begitu banyak penderitaan bagi rakyat dewasa ini.
Kita semua
patut menyatakan kegembiraan dan perasaan trimakasih kita kepada generasi muda,
yang dengan gerakan mereka dewasa ini menunjukkan tekad besar untuk ikut-serta
meletakkan dasar-dasar yang lebih sehat bagi penyelenggaraan negara kita di
masa depan, dengan melakukan reformasi di berbagai bidang, yang sudah tidak
bisa ditunda-tunda lebih lama lagi.
PENUTUP
Secara umum
dalam perjalanan sejarah Bangsa Indonesia generasi muda menduduki posisi
penting ketika terjadi perubahan besar di negeri ini.
Dalam
mengahadapi tantangan pada masa revormasi seperti sekarang ini perlu meningkatkan
rasa persatuan dan kesatuan serta rasa cinta tanah air di kalangan generasi
muda terutama mahasiswa untuk menghadapi era revormasi dan mempersiapkan diri
agar mampu berkompetisi dalam menghadapi era globalisasi dan dampak kemajuan
pesat di bidang teknologi.karena hal tersebut telah menjadi tuntutan bagi para
pemuda Indonesia,apabila pemuda indonesia terus berupaya meningkatkan
peranannya di bidang sosial, ekonomi, dan kultural. Sejalan dengan ini, sebagai
bagian dari sumber daya manusia (SDM) Indonesia, dituntut untuk meningkatkan
kualitas dan kompetensinya menghadapi globalisasi. Ini pula yang harusnya
menjadi bagian dari semangat nasionalisme baru kita.
Kita
tampaknya setuju dengan apa yang dikatakan Max Weber bahwa pemuda tak boleh menjadi
ekor sejarah, yang gagal menunaikan peran historisnya. Namun demikian, kiranya
peranan pemuda ini tidaklah harus selalu mengedepankan peran politik. Alangkah
idealnya jika peran politik ini diimbangi pula dan bersinergi dengan peran
sosial, ekonomi maupun peran kultural. Melalui sinergi keempat peran inilah,
kita yakin peranan pemuda secara keseluruhan akan semakin dirasakan manfaatnya
oleh masyarakat dan eksistensinya dalam kancah kebangsaan akan semakin
mantap.
makasih buat infonya.
BalasHapusjangan lupa ikut kompetisi cerdas cermat online ya gan, yang diadakan oleh gameforsmart.com :)