Selasa, 28 Februari 2012

Optimalisasi Limbah Pascapanen Sebagai Upaya Peningkatan Pendapatan Petani Padi

Optimalisasi Limbah Pascapanen
Sebagai Upaya
Peningkatan Pendapatan Petani Padi

Adi Santoso
Ilmu dan Teknologi Pangan


Abstrak
Santoso, Adi. 2010. Optimalisasi Limbah Pascapanen Sebagai Upaya Peningkatan Pendapatan                 Petani Padi. Universitas Muhammadiyah Malang. Pembimbing, Drs. M. Badrih, M.Pd.


Kata kunci : Optimalisasi, limbah, pascapanen, peningkatan, pendapatan,dan petani padi
Pendapatan petani padi semakin menurun. Sementara harga pupuk kimia semakin tinggi. Pupuk kimia sendiri memberikan dampak negatif bagi tanah. Salah satu solusi adalah pengolahan limbah pertanian yaitu jerami. Jerami dapat dijadikan kompos maupun pakan ternak yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Cara pengolahannya juga sangat mudah.

Dewasa ini pendapatan dibidang pertanian terutama padi semakin menurun. Hal tersebut terjadi karena mahalnya harga bibit unggul dan pupuk kimia. Terkadang kelangkaan juga sering terjadi sehingga menyebabkan harga pupuk kimia semakin mahal. Selain itu produktifitas hasil tanaman padi juga semakin menurun akibat penggunaan pupuk kimia secara berlebihan dan berkepanjangan.
Oleh karena itu para petani padi sebaiknya mulai berfikir lebih kreatif dalam menyikapi masalah-masalah tersebut dengan cara mengoptimalisasikan semua potensi yang ada disekitarnya. Salah satu  potensi yang mungkin dapat dikembangkan adalah jerami padi, karena limbah jerami tersebut sebenarnya dapat diolah menjadi beberapa produk yang potensial misalnya saja dijadikan pupuk organik, dijadikan pakan ternak yang bernutrisi serta mudah dicerna dengan metode fermentasi, dijadikan sebagai campuran dalam media penanaman jamur merang, dan juga bioethanol. Selain itu dengan mengoptimalkan limbah pasca panen tersebut diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani padi serta mengurangi ketergantungan dan pemakaian pupuk kimia.
Menurut Kim dan Dale (dalam Isroi, 2010) potensi jerami kurang lebih 1,4 kali dari hasil panen. Rata-rata produktivitas padi nasional adalah 48,95 ku/ha, sehingga jumlah jerami yang dihasilkan kurang lebih 68,53 ku/ha. Produksi padi nasional tahun 2008 sebesar 57,157 juta ton (Deptan, dalam Isroi 2008), dengan demikian produksi jerami nasional diperkirakan mencapai 80,02 juta ton. Potensi jerami yang sangat besar ini sebagian besar masih disia-siakan oleh petani. Sebagian besar jerami hanya dibakar menjadi abu, sebagian kecil dimanfaatkan untuk pakan ternak dan media jamur merang.
Menurut Isroi (2008), penggunaan pupuk kimia secara intensif oleh petani selama beberapa dekade ini menyebabkan petani sangat tergantung pada pupuk kimia. Di sisi lain, penggunaan pupuk kimia juga menyebabkan kesuburan tanah dan kandungan bahan organik tanah menurun. Petani melupakan salah satu sumber daya yang dapat mempertahankan kesuburan dan bahan organik tanah, yaitu: JERAMI. Pemanfaatkan jerami sisa panen padi untuk kompos secara bertahap dapat mengembalikan kesuburan tanah dan meningkatkan produktivitas padi.Diperkirakan kandungan bahan organik di sebagian besar sawah di P Jawa menurun hingga 1% saja. Padahal kandungan bahan organik yang ideal adalah sekitar 5%. Kondisi miskin bahan organik ini menimbulkan banyak masalah, antara lain: efisiensi pupuk yang rendah, aktivitas mikroba tanah yang rendah, dan struktur tanah yang kurang baik. Akibatnya produksi padi cenderung turun dan kebutuhan pupuk terus meningkat. Solusi mengatasi permasalah ini adalah dengan menambahkan bahan organik/kompos ke lahan-lahan sawah. Kompos harus ditambahkan dalam jumlah yang cukup hingga kandungan bahan organik kembali ideal seperti semula.
Kompos jerami memiliki kandungan hara setara dengan 41,3 kg Urea, 5.8 kg SP36, dan 89,17 kg KCl per ton kompos atau total 136,27 kg NPK per ton kompos kering. Jumlah hara ini kurang lebih dapat memenuhi lebih dari setengah kebutuhan pupuk kimia petani. Di tingkat nasional, potensi nilai hara dari kompos jerami adalah setara dengan 1,09 juta ton Urea, 0,15 juta ton SP36, dan 2,35 juta ton KCl atau total 3,6 juta ton NPK. Jumlah ini kurang lebih 45% dari konsumsi pupuk nasional yang mencapai 7,9 juta ton tahun 2007 (APPI, 20093). Jika kandungan hara ini dinilai dengan harga pupuk kimia (HET4), maka kompos jerami secara nasional bernilai Rp. 5,42 Trilyun (Isroi, 2010).
Penggunaan kompos jerami secara rutin dapat menurunkan penggunaan pupuk kimia, seperti yang telah dibuktikan oleh Bp. H. Zakaria, KTNA Kab. Bogor. Bertahun-tahun sebelumnya Pak H. Zaka menggunakan pupuk kimia sebanyak 150 – 200 kg NPK/ha. Setelah menggunakan kompos jerami selama kurang lebih 5 – 6 kali musim tanam dosis pupuk kimia dapat dikurangi hingga dosis 75 kg NPK/ha. Produksi padi cenderung tetap, tetapi kualitas padi yang dihasilkan meningkat, seperti: padi lebih pulen dan tidak cepat basi (Isroi, 2010).
Menurut Abdullah dan Ibrahim (2008), selama ini penggunaan jerami padi hanyalah diberikan langsung kepada ternak saja. Jika dilihat dari nilai nutrisinya, jerami padi ini mempunyai kandungan protein 4,5 – 5,5%, lemak 1,4 - 1,7 %, serat kasar 31,5 – 46,5%, abu 19,9 – 22,9%, kalsium 0,19%, fosfor 0,1% dan BETN 27,8 – 39,9%. Dengan demikian karakteristik jerami padi sebagai pakan ternak tergolonghijauan bermutu rendah.Selain kandungan nutrisinya yang rendah, jerami padi juga termasuk pakan hijauan yang sulit dicerna karena kandungan serat kasarnya tinggi sekali. Daya cerna yang rendah itu terutama disebabkan oleh struktur jaringan jerami yang sudah tua. Jaringan-jaringan pada jerami telah mengalami proses lignifikasi (pengerasan) sehingga terbentuk ligriselulosa dan lignohemiselulosa. Selain oleh adanya proses lignifikasi, rendahnya daya cerna ternak terhadap jerami disebabkan oleh tingginya kandungan silikat. Lignifikasi dan silifikasi tersebut bersama-sama mempengaruhi rendahnya daya cerna jerami padi. Rendahnya protein kasar dan mineral pada jerami padi juga membawa efek langsung, yaitu jerami padi sulit dicerna kalau hanya diberikan secara tunggal untuk pakan ternak. Rendahnya kandungan nutrisi jerami padi tersebut dan sulitnya daya cerna jerami maka pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak ruminansia perlu diefektifkan. Hal ini bisa dilakukan dengan cara penambahan suplemen atau bahan tambahan lain agar kelengkapan nilai nutrisinya dapat memenuhi kebutuhan hidup ternak secara lengkap sekaligus meningkatkan daya cerna pakan. Penambahan suplemen tersebut bisa menggunakan starbio atau urea atau pakan tambahan lainnya. Salah satu contoh urea, urea ini dapat memperbaiki nilai gizi jerami padi. Pemberian sedikit urea pada jerami dapat meningkatkan kandungan nitrogen pada jerami, jumlah jerami yang dikonsumsi, dan daya cerna jerami. Urea yang masuk rumen dihidrolisa/dipecah dengan cepat oleh enzim urease dan mikroba rumen menjadi amnia. Dan amonia ini akan digunakan oleh mikroba rumen untuk aktivitas sintesis protein sehingga bisa membuat jerami padi menjadi lebih baik untuk dikonsumsi dan daya cernanya yang tinggi.
Selain sebagai kompos dan pakan ternak jerami juga dapat dijadikan bioethanol. Akan tetapi secara umum jerami dan bahan lignoselulosa lainnya tersusun dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Selulosa dan hemiselulosa tersusun dari monomer-monomer gula sama seperti gula yang menyusun pati (glukosa). Selulosa ini berbentuk serat-serat yang terpilin dan diikat oleh hemiselulosa, kemudian dilindungi oleh lignin yang sangat kuat. Akibat dari perlindungan lignin dan hemiselulosa ini, selulosa menjadi sulit untuk dipotong-potong menjadi gula (proses hidrolisis). Salah satu langkah penting untuk biokonversi jerami menjadi ethanol adalah memecah perlindungan lignin ini (Isroi 2008).


Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan dari beberapa ahli di atas dapat dikatakan bahwa jerami merupakan sumber daya potensial dalam bidang pertanian yang dapat dioptimalisasikan sebagai peluang bisnis baru. Terlebih lagi semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan dan bahaya akan penggunaan pupuk kimia bagi kesehatan. Selain itu harga pupuk kimia semakin mahal sedangkan hasil produksinya cenderung menurun. Di sisi lain jumlah jerami yang terbuang setiap tahunnya jumlahnya sangat besar. Oleh karena itu, melalui optimalisasi limbah jerami ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani serta meningkatkan hasil produktifitas tanaman.



Saran
Berdasarkan hasil artikel “Optimalisasi Limbah Pasca Panen Sebagai Upaya Peningkatan Pendapatan Petani Padi”, penulis masih merasa kurang sempurna di dalam pendeskripsian atau pemapaparan, cara penulisan maupun cara format penulisan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dari pembaca maupun peneliti berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Agustina dan Ibrahim, Hilda. 2008. Pembuatan Jerami Padi Amonia sebagai sumber   Pakan Ternak Potensial di Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba, [online],   (http://inaabdullah.blogspot.com/2008/10/pembuatan-jerami-padi-amoniasi-sebagai.html)
Isroi. 2008. Bioethanol dari jerami, [online], (http://isroi.wordpress.com/2008/03/04/bioethanol-                dari-jerami/, diakses tanggal 29 Desember 2010).
Isroi. 2008. Kompos Jerami Mudah Murah Cepat, [online],  (http://isroi.wordpress.com/2008/02/25/kompos-jerami-mudah-murah-cepat/, diakses    tanggal 29 Desember 2010).
Isroi. 2010. Kompos jerami untuk solusi kebutuhan pupuk petani murah mudah cepat, [online],   (http://isroi.wordpress.com/2010/07/19/kompos-jerami-untuk-solusi-kebutuhan-pupuk-       petani-murah-mudah-cepat//, diakses tanggal 29 Desember 2010).

1 komentar: