Optimalisasi
Limbah Pascapanen
Sebagai Upaya
Peningkatan Pendapatan
Petani Padi
Adi Santoso
Ilmu dan Teknologi
Pangan
Abstrak
Santoso, Adi. 2010. Optimalisasi
Limbah Pascapanen Sebagai Upaya Peningkatan Pendapatan Petani Padi. Universitas Muhammadiyah Malang.
Pembimbing, Drs. M. Badrih, M.Pd.
Kata kunci : Optimalisasi,
limbah, pascapanen, peningkatan, pendapatan,dan petani padi
Pendapatan petani padi semakin menurun. Sementara harga pupuk kimia
semakin tinggi. Pupuk kimia sendiri memberikan dampak negatif bagi tanah. Salah
satu solusi adalah pengolahan limbah pertanian yaitu jerami. Jerami dapat
dijadikan kompos maupun pakan ternak yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Cara pengolahannya juga sangat mudah.
Dewasa ini pendapatan
dibidang pertanian terutama padi semakin menurun. Hal tersebut terjadi karena
mahalnya harga bibit unggul dan pupuk kimia. Terkadang kelangkaan juga sering
terjadi sehingga menyebabkan harga pupuk kimia semakin mahal. Selain itu
produktifitas hasil tanaman padi juga semakin menurun akibat penggunaan pupuk
kimia secara berlebihan dan berkepanjangan.
Oleh karena itu para
petani padi sebaiknya mulai berfikir lebih kreatif dalam menyikapi
masalah-masalah tersebut dengan cara mengoptimalisasikan semua potensi yang ada
disekitarnya. Salah satu potensi yang
mungkin dapat dikembangkan adalah jerami padi, karena limbah jerami tersebut
sebenarnya dapat diolah menjadi beberapa produk yang potensial misalnya saja dijadikan
pupuk organik, dijadikan pakan ternak yang bernutrisi serta mudah dicerna
dengan metode fermentasi, dijadikan sebagai campuran dalam media penanaman
jamur merang, dan juga bioethanol. Selain itu dengan mengoptimalkan limbah
pasca panen tersebut diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani padi serta
mengurangi ketergantungan dan pemakaian pupuk kimia.
Menurut Kim dan Dale (dalam
Isroi, 2010) potensi jerami kurang lebih 1,4 kali dari hasil panen. Rata-rata
produktivitas padi nasional adalah 48,95 ku/ha, sehingga jumlah jerami yang
dihasilkan kurang lebih 68,53 ku/ha. Produksi padi nasional tahun 2008 sebesar
57,157 juta ton (Deptan, dalam Isroi 2008), dengan demikian produksi jerami
nasional diperkirakan mencapai 80,02 juta ton. Potensi jerami yang sangat besar
ini sebagian besar masih disia-siakan oleh petani. Sebagian besar jerami hanya
dibakar menjadi abu, sebagian kecil dimanfaatkan untuk pakan ternak dan media
jamur merang.
Menurut
Isroi (2008), penggunaan pupuk kimia secara intensif oleh petani selama
beberapa dekade ini menyebabkan petani sangat tergantung pada pupuk kimia. Di
sisi lain, penggunaan pupuk kimia juga menyebabkan kesuburan tanah dan
kandungan bahan organik tanah menurun. Petani melupakan salah satu sumber daya
yang dapat mempertahankan kesuburan dan bahan organik tanah, yaitu: JERAMI.
Pemanfaatkan jerami sisa panen padi untuk kompos secara bertahap dapat
mengembalikan kesuburan tanah dan meningkatkan produktivitas padi.Diperkirakan
kandungan bahan organik di sebagian besar sawah di P Jawa menurun hingga 1%
saja. Padahal kandungan bahan organik yang ideal adalah sekitar 5%. Kondisi
miskin bahan organik ini menimbulkan banyak masalah, antara lain: efisiensi
pupuk yang rendah, aktivitas mikroba tanah yang rendah, dan struktur tanah yang
kurang baik. Akibatnya produksi padi cenderung turun dan kebutuhan pupuk terus
meningkat. Solusi mengatasi permasalah ini adalah dengan menambahkan bahan
organik/kompos ke lahan-lahan sawah. Kompos harus ditambahkan dalam jumlah yang
cukup hingga kandungan bahan organik kembali ideal seperti semula.
Kompos jerami memiliki
kandungan hara setara dengan 41,3 kg Urea, 5.8 kg SP36, dan 89,17 kg KCl per
ton kompos atau total 136,27 kg NPK per ton kompos kering. Jumlah hara ini
kurang lebih dapat memenuhi lebih dari setengah kebutuhan pupuk kimia petani.
Di tingkat nasional, potensi nilai hara dari kompos jerami adalah setara dengan
1,09 juta ton Urea, 0,15 juta ton SP36, dan 2,35 juta ton KCl atau total 3,6
juta ton NPK. Jumlah ini kurang lebih 45% dari konsumsi pupuk nasional yang
mencapai 7,9 juta ton tahun 2007 (APPI, 20093). Jika kandungan hara ini dinilai
dengan harga pupuk kimia (HET4), maka kompos jerami secara nasional bernilai
Rp. 5,42 Trilyun (Isroi, 2010).
Penggunaan kompos
jerami secara rutin dapat menurunkan penggunaan pupuk kimia, seperti yang telah
dibuktikan oleh Bp. H. Zakaria, KTNA Kab. Bogor. Bertahun-tahun sebelumnya Pak
H. Zaka menggunakan pupuk kimia sebanyak 150 – 200 kg NPK/ha. Setelah
menggunakan kompos jerami selama kurang lebih 5 – 6 kali musim tanam dosis
pupuk kimia dapat dikurangi hingga dosis 75 kg NPK/ha. Produksi padi cenderung
tetap, tetapi kualitas padi yang dihasilkan meningkat, seperti: padi lebih
pulen dan tidak cepat basi (Isroi, 2010).
Menurut
Abdullah dan Ibrahim (2008), selama ini penggunaan jerami
padi hanyalah diberikan langsung kepada ternak saja. Jika dilihat dari nilai
nutrisinya, jerami padi ini mempunyai kandungan protein 4,5 – 5,5%, lemak 1,4 -
1,7 %, serat kasar 31,5 – 46,5%, abu 19,9 – 22,9%, kalsium 0,19%, fosfor 0,1%
dan BETN 27,8 – 39,9%. Dengan demikian karakteristik jerami padi sebagai pakan
ternak tergolonghijauan bermutu rendah.Selain kandungan nutrisinya yang rendah,
jerami padi juga termasuk pakan hijauan yang sulit dicerna karena kandungan
serat kasarnya tinggi sekali. Daya cerna yang rendah itu terutama disebabkan
oleh struktur jaringan jerami yang sudah tua. Jaringan-jaringan pada jerami
telah mengalami proses lignifikasi (pengerasan) sehingga terbentuk
ligriselulosa dan lignohemiselulosa. Selain oleh adanya proses lignifikasi,
rendahnya daya cerna ternak terhadap jerami disebabkan oleh tingginya kandungan
silikat. Lignifikasi dan silifikasi tersebut bersama-sama mempengaruhi
rendahnya daya cerna jerami padi. Rendahnya protein kasar dan mineral pada
jerami padi juga membawa efek langsung, yaitu jerami padi sulit dicerna kalau
hanya diberikan secara tunggal untuk pakan ternak. Rendahnya kandungan nutrisi
jerami padi tersebut dan sulitnya daya cerna jerami maka pemanfaatan jerami
padi sebagai pakan ternak ruminansia perlu diefektifkan. Hal ini bisa dilakukan
dengan cara penambahan suplemen atau bahan tambahan lain agar kelengkapan nilai
nutrisinya dapat memenuhi kebutuhan hidup ternak secara lengkap sekaligus
meningkatkan daya cerna pakan. Penambahan suplemen tersebut bisa menggunakan
starbio atau urea atau pakan tambahan lainnya. Salah satu contoh urea, urea ini
dapat memperbaiki nilai gizi jerami padi. Pemberian sedikit urea pada jerami
dapat meningkatkan kandungan nitrogen pada jerami, jumlah jerami yang
dikonsumsi, dan daya cerna jerami. Urea yang masuk rumen dihidrolisa/dipecah
dengan cepat oleh enzim urease dan mikroba rumen menjadi amnia. Dan amonia ini
akan digunakan oleh mikroba rumen untuk aktivitas sintesis protein sehingga
bisa membuat jerami padi menjadi lebih baik untuk dikonsumsi dan daya cernanya
yang tinggi.
Selain sebagai kompos
dan pakan ternak jerami juga dapat dijadikan bioethanol. Akan tetapi secara
umum jerami dan bahan lignoselulosa lainnya tersusun dari selulosa, hemiselulosa,
dan lignin. Selulosa dan hemiselulosa tersusun dari monomer-monomer gula sama
seperti gula yang menyusun pati (glukosa). Selulosa ini berbentuk serat-serat
yang terpilin dan diikat oleh hemiselulosa, kemudian dilindungi oleh lignin
yang sangat kuat. Akibat dari perlindungan lignin dan hemiselulosa ini,
selulosa menjadi sulit untuk dipotong-potong menjadi gula (proses hidrolisis).
Salah satu langkah penting untuk biokonversi jerami menjadi ethanol adalah
memecah perlindungan lignin ini (Isroi 2008).
Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan
dari beberapa ahli di atas dapat dikatakan bahwa jerami merupakan sumber daya
potensial dalam bidang pertanian yang dapat dioptimalisasikan sebagai peluang
bisnis baru. Terlebih lagi semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan
kesehatan dan bahaya akan penggunaan pupuk kimia bagi kesehatan. Selain itu
harga pupuk kimia semakin mahal sedangkan hasil produksinya cenderung menurun.
Di sisi lain jumlah jerami yang terbuang setiap tahunnya jumlahnya sangat
besar. Oleh karena itu, melalui optimalisasi limbah jerami ini diharapkan dapat
meningkatkan pendapatan petani serta meningkatkan hasil produktifitas tanaman.
Saran
Berdasarkan hasil
artikel “Optimalisasi Limbah Pasca Panen Sebagai Upaya Peningkatan Pendapatan
Petani Padi”, penulis masih merasa kurang sempurna di dalam pendeskripsian atau
pemapaparan, cara penulisan maupun cara format penulisan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran dari pembaca maupun peneliti berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Agustina dan Ibrahim,
Hilda. 2008. Pembuatan Jerami Padi Amonia sebagai sumber Pakan Ternak Potensial di Kecamatan Ujung Loe
Kabupaten Bulukumba, [online], (http://inaabdullah.blogspot.com/2008/10/pembuatan-jerami-padi-amoniasi-sebagai.html)
Isroi. 2008. Bioethanol dari jerami,
[online], (http://isroi.wordpress.com/2008/03/04/bioethanol- dari-jerami/, diakses tanggal 29
Desember 2010).
Isroi. 2008. Kompos Jerami Mudah Murah Cepat,
[online], (http://isroi.wordpress.com/2008/02/25/kompos-jerami-mudah-murah-cepat/,
diakses tanggal 29 Desember 2010).
Isroi. 2010. Kompos jerami untuk solusi kebutuhan
pupuk petani murah mudah cepat, [online], (http://isroi.wordpress.com/2010/07/19/kompos-jerami-untuk-solusi-kebutuhan-pupuk- petani-murah-mudah-cepat//, diakses
tanggal 29 Desember 2010).
Bagus n Lanjutkan
BalasHapus