Rabu, 22 Februari 2012

IF WOMAN IS A SNACK


IF WOMAN IS A SNACK
Oleh: Adi Santoso
Wanita dan Snack. Apakah hubungannya…?
Jika Anda berfikir artikel ini akan membahas kalori dalam snack, diet, ataupun pertambahan berat badan, maka anda sudah salah besar, karena dalam artikel ini saya akan menganalogikan wanita dengan sebuah snack. Apabila dilihat sekilas tentulah akan sangat sulit menemukan benang merah di antara keduanya. Akan tetapi ada suatu keterikatan yang mungkin jarang terbersit di dalam fikiran kita dan itu sedang marak di kalangan wanita, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, bahkan beberapa yang sudah berusia tidak mudapun masih ada yang mengikuti trend ini.
Di dalam memproduksi snack yang layak dijual dan di konsumsi maka produsen harus benar-benar memperhatikan produk buatannya tersebut. Mulai dari bahan baku, proses produksi, sanitasi, kebersihan lingkungan pabrik, pengemasan yang baik dan lain sebagainya. Semua itu merupakan prasarat wajib yang harus dipenuhi oleh produsen sebelum menjual produknya kepada konsumennya. Hal itu tentu saja demi kebaikan konsumen agar mendapatkan asupan nutrisi yang tersimpan di dalam snack tersebut. Selain itu, dengan mengikuti prasarat tersebut maka produk yang dihasilkan pun akan dapat bertahan lebih lama karena di dalamnya tidak ada lagi mikroorganisme yang dapat berkembang dan akhirnya dapat merusaknya dari dalam. Kemasan yang melapisi snack pun berperan cukup vital karena ia bekerja menghalau semua mikroorganisme dari luar yang nantinya dapat merusak snack yang ada di dalamnya. Oleh karena itulah kita disarankan oleh produsen agar tidak menerima produk yang kemasannya rusak atau bahkan terbuka, karena keadaan yang demikian akan dapat membahayakan konsumen karena dimungkinkan di dalamnya telah mengalami kontaminasi oleh mikroorganisme.
Jadi dapat dikatakan kemasan yang dimiliki oleh snack itu benar-benar vital sehingga harus tetap tertutup dengan rapat dan baru boleh dibuka ketika akan dikonsumsi oleh konsumen yang sah, yaitu pembelinya.
Sekarang mari kita lihat wanita-wanita yang ada di sekitar kita, apakah kemasannya yaitu cara berpakaiannya telah sesuai dengan standart yang diharuskan oleh produsennya yaitu “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya1 ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Ahzab: 59).
Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (QS. Al A'raaf: 26).
Dalam riwayat Aisyah RA, bahwasanya Asma binti Abu Bakar masuk menjumpai Rasulullah Saw dengan pakaian yang tipis, lantas Rasulullah berpaling darinya dan berkata : "Hai Asma, sesungguhnya jika seorang wanita sudah mencapai usia haidh (akil baligh) maka tak ada yang layak terlihat kecuali ini, sambil beliau menunjuk wajah dan telapak tangan." (HR. Abu Daud dan Baihaqi).
Berdasarkan 3 dasar tersebut, maka secara garis besar dapat kita simpulkan bahwa standart berpakaian haruslah menutupi semua auratnya yaitu seluruh tubuhnya kecuali telapak tangan dan wajah. Tetapi penutupnya pun harus penutup yang tidak tembus pandang ataupun ketat karena itu akan tergolong berbusana tetapi telanjang. Aturan tersebut berlaku mulai dari akil baligh hingga liang lahat. Namun alangkah lebih baik apabila sesuatu yang baik itu dilakukan lebih awal yaitu semenjak masih kecil.
Itulah beberapa standart kemasan bagi wanita yang dikeluarkan oleh produsen kita yang tidak lain adalah ALLAH SWT. Akan tetapi, mengapa di dunia ini masih bertebaran wanita yang seolah-olah berbusana padahal ia telanjang. Kalau kita analogikan kembali dengan snack maka fungsi kemasan itu amatlah mulia, karena ia menjaga apa yang ada di dalamnya dari mikroorganisme yang dapat membusukkanya. Begitu juga dengan pakaian, ia akan menjaga tubuh di dalamnya dari pergunjingan, godaan, zina, dosa, dan neraka, insya’allah.
Di dalam kemasan pangan, sering tertera anjuran yang mengatakan “Jangan diterima bila kemasan telah rusak”. Akan tetapi, betapa banyak lelaki yang mau menerima bahkan menikahi wanita yang kemasannya telah rusak karena telah terbuka di sana-sini. Apakah mereka itu matanya sudah somplak sehingga tidak dapat melihat kemasan yang telah terbuka selebar itu. Apakah mereka tidak takut keracunan karena mengkonsumsi produk yang kemasannya telah terbuka dan kemungkinan terkontaminasi oleh zat-zat metabolit berbahaya yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang ada di dalamnya. Apakah mereka tidak takut apabila nantinya ia akan dimintai pertanggung jawaban atas kemasan istrinya tersebut secara langsung dihadapan produsennya yaitu ALLAH Azza wa Jalla.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar