PEMANFAATAN BUAH SUKUN SEBAGAI MAKANAN ALTERNATIF PENGGANTI BERAS
Adi Santoso
Ilmu dan Teknologi Pangan
Abstrak
Santoso, Adi. 2010. Pemanfaatan Buah Sukun sebagai
Makanan Alternatif Pengganti Beras. Universitas Muhammadiyah Malang.
Pembimbing, Drs. M. Badrih, M.Pd.
Kata kunci : Buah, sukun, makanan, alternatif,
pengganti, dan beras
Indonesia memiliki sumber pangan yang sangat melimpah, tetapi sumber
pangan utamanya hanya beras saja. Salah satu alternatif sumber pangan yang bisa
digunakan adalah buah sukun. Selain nilai gizinya yang tinggi,
sukun juga memiliki khasiat sebagai obat penyakit liver.
Indonesia
merupakan Negara dengan tingkat keanekaragaman hayati terbanyak di dunia
setelah Brazil. Akan tetapi dalam kesehariannya hanya menggunakan satu jenis
makanan pokok saja yaitu beras. Hal tersebut tentu sangat tidak menguntungkan
karena dapat mengancam ketahanan pangan. Terlebih lagi rakyat Indonesia
memiliki kebiasaan dimana bila belum makan nasi rasanya belum makan walaupun
telah mengkonsumsi roti ataupun sumber karbohidrat lainnya. Terjadinya
ketergantungan terhadap beras ini sebenarnya diakibatkan karena adanya
kesalahan kebijakan di masa Orde Baru yang cenderung mengarahkan pada beras
sentris. Padahal masih banyak sumber karbohidrat yang lain, misalnya saja buah
sukun.
Buah
sukun (Artocarpus communis) merupakan bahan pangan alternatif yang mulai
populer dan dikembangkan diberbagai daerah.
Buah sukun segar bisa langsung dimanfaatkan sebagai bahan pangan,
lazimnya yaitu dengan cara menggoreng daging buahnya. Agar dapat disimpan lebih lama sebagai bahan
pangan, buah sukun dapat diolah menjadi gaplek sukun, tepung sukun, pati sukun,
atau tapai sukun, dll.
Tanaman sukun
dapat tumbuh baik pada ketinggian 0 - 400 meter dpl, dengan kisaran suhu 21 -
33 °C. Selain tumbuh dapat di sembarang ketinggian tanaman sukun dapat tumbuh
di daerah kering seperti Madura, NTT, sampai daerah basah seperti Jawa Barat. Kisaran hujannya 1500 - 2500 mm/tahun. Kelembaban ini
penting untuk menunjang pertumbuhan, pembungaan dan pembesaran buah. Akan
tetapi pohon sukun memiliki kebutuhan sinar matahari yang sedikit rumit,
sewaktu masih muda tanaman lebih baik bila ternaungi, tetapi setelah tanaman
dewasa pohon sukun membutuhkan sinar matahari penuh (Sudiro, 2003).
Nilai gizi yang
terkandung di dalam buah sukun sangat kompleks. Menurut Saptoningsih (2010), mengemukakan sebagai berikut.
Sukun dapat dijadikan sebagai pangan alternatif karena
keberadaannya tidak seiring dengan pangan konvensional (beras), artinya
keberadaan pangan ini dapat menutupi kekosongan produksi pangan konvensional.
Sukun dapat dipakai sebagai pangan alternatif pada bulan-bulan Januari,
Pebruari dan September, dimana pada bulan-bulan tersebut terjadi paceklik padi.
Musim panen sukun dua kali setahun. Panen raya bulan Januari - Februari dan
panen susulan pada bulan Juli - Agustus.
Di Indonesia, daerah penyebaran hampir merata di seluruh daerah,
terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur. Mengingat penyebaran sukun terdapat di
sebagian besar kepulauan Indonesia, serta jarang terserang hama dan penyakit
yang membahayakan, maka hal ini memungkinkan sukun untuk dikembangkan. Sukun
mempunyai komposisi gizi yang relatif tinggi. Dalam 100 gram berat basah sukun
mengandung karbohidrat 35,5%, protein 0,1%, lemak 0,2%, abu 1,21%, fosfor
35,5%, kalsium 0,21%, besi 0,0026%, kadar air 61,8% dan serat atau fiber 2%.
Bagian yang bisa dimakan (daging buah) dari buah yang masih hijau sebesar 70
persen, sedangkan dari buah matang adalah sebesar 78 persen. Buah sukun yang
telah dimasak cukup bagus sebagai sumber vitamin A dan B komplek tetapi miskin
akan vitamin C. Kandungan mineral Ca dan P buah sukun lebih baik daripada
kentang dan kira-kira sama dengan yang ada dalam ubi jalar. Konsumsi beras rata-rata perkapita untuk sekali makan
sebanyak150 g (= 117g karbohidrat, kadar karbohidrat beras sekitar 78%).
Kandungan karbohidrat buah sukun 27%. Berarti satu buah sukun dengan bobot
daging 1.350g mengandung karbohidrat sebesar 365g. Jadi satu buah sukun dapat dikonsumsikan
sebagai penggati beras untuk 3-4 orang.
Oleh
karena itu buah sukun sesuai untuk dijadikan sebagai salah satu alternatif
bahan pangan pengganti beras.
Menurut Sudiro
(2003), mengemukakan sebagai berikut.
Adapun potensi lain dari sukun yang telah ditemukan
sebagai pendamping padi adalah waktu panen. Sukun dapat terjadi sepanjang
musim, saat bahan pangan lainnya dalam keadaan paceklik karena baru melalui
periode musim kemarau, namun pohon sukun tetap berbuah sehingga keadaan seperti
ini dapat membantu kehidupan ekonomi petani/masyarakat pedesaan bila menanam
pohon sukun.Perbedaan sukun dengan tanaman pangan lainnya, adalah pohon sukun
bukan tanaman semusim sehingga dapat dipanen berulang kali, dan kelebihan yang
lain bahwa disamping itu pohon sukun sebagai tanaman tahunan yang berumur
hingga puluhan tahun apabila memungkin-kan, dengan demikian para
petani/penduduk tidak perlu repot harus melakukan penanaman secara terus
menerus untuk mendapatkan buah sukun seperti tanaman yang lain yang harus
menanam ulang. Sukun merupakan tanaman yang tidak rewel baik mulai penanaman
maupun perawatannya, bahkan pohon sukun yang dibiarkan tumbuh seadanya masih
mampu berproduksi dengan baik. Kalaupun ada hama dan penyakit yang menyerang
pohon sukun rata-rata bukanlah penyebab kegagalan panen atau bahkan sampai
mematikan pohon sukun tersebut, apabila kalaupun ada serangan hama atau
penyakit yang berbahaya itupun bersifat satu atau dua kasus yang muncul saja.
Di samping sebagai bahan pangan ternyata tanaman sukun
memiliki beberapa fungsi lain yang sangat potensial. Salah satunya adalah
sebagai obat untuk
menyembuhkan penyakit lever atau lebih sering disebut sakit kuning (Anonim, 2010). Selain itu
hampir Seluruh bagian tanaman sukun
mengandung senyawa flavonoid. Sejumlah turunan flavon telah berhasil
diisolasi dan diidentifikasi dari bagian akar dan ranting tumbuhan tersebut
sebelumnya
(Permanasari, 2010).
Berdasarkan semua potensi yang dimiliki oleh tanaman
sukun maka tanaman sukun ini layak untuk dibudidayakan sebagai salah satu upaya
peningkatan sumber pangan di Indonesia. Sehingga dapat dicapai ketahanan pangan
dengan tidak berporos pada satu sumber saja yaitu beras.
Kesimpulan
Indonesia membutuhkan
sumber pangan potensial agar tidak bergantung dari beras saja. Salah satu
alternatif yang dapat digunakan adalah pemanfaatan buah sukun sebagai makanan alternatif yang syarat hidupnya dapat
di penuhi hamper seluruh wilayah di Indonesia. Selain itu penanamannya juga
relatif mudah dan dapat di panen sepanjang tahun serta memiliki usia yang
panjang. Nilai gizi yang terkandung di dalam buah sukun juga tidak kalah jika
dibandingkan dengan beras. Jadi dapat disimpulkan bahwa sukun dapat dijadikan sebagai
salah satu pangan potensial yang dapat dikembangkan sebagai alternatif
pengganti beras.
Saran
Berdasarkan hasil penulisan artikel
ilmiah “Pemanfaatan Buah Sukun sebagai Makanan Alternatif
Pengganti Beras”, penulis merasa kurang sempurna dalam cara pendeskripsian atau
pemaparan, cara penulisan, format penulisan maupun isi dari materi yang
disampaikan. Oleh karena itu, penulis memohon masukan dari pembaca untuk
perbaikan artikel ilmiah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
2010. Khasiat Buah Sukun
dan Daun Sukun. [online], (http://www.beritaterkinionline.com/2010/04/khasiat-buah-sukun-dan-daun-sukun.html),
diakses pada 27 Desember
2010).
Permanasari,
Indira. 2010. Sukun bagi
Pembuluh Darah. [online], http://kesehatan.kompas.com/read/2010/05/11/07222917/.Sukun.bagi.Pembuluh.Darah-14, diakses pada 27 Desember
2010).
Saptoningsih.
2010. Manfaat Sukun
Sebagai Sumber Pangan Alternatif. [online], (http://www2.bbpp-lembang.info/index.php?option=com_content&view=article&id=517&Itemid=304,
diakses pada 27 Desember 2010).
Sudiro,
Didiet. 2003. Pemanfaatan buah sukun sebagai makanan alternatif pengganti
beras. [online], (http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp?vnomor=15&mnorutisi=10,
diakses pada 27 Desember 2010).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar