ANALISIS NILAI GIZI TEMPE BIKAR SEBAGAI
ALTERNATIF MAKANAN MURAH DAN BERGIZI
Adi Santoso
Ilmu dan Teknologi Pangan
Abstrak
Santoso, Adi. 2010. Analisis nilai gizi tempe bikar sebagai alternatif
makanan murah dan bergizi. Universitas Muhammadiyah
Malang. Pembimbing, Drs. M. Badrih, M.Pd.
Kata
kunci: Analisis, nilai gizi, tempe, bikar, alternatif, makanan, bergizi dan
murah
Tempe merupakan makanan khas Indonesia, akan tetapi
bahan bakunya masih belum dapat dipenuhi dari dalam negri. Salah satu alternatifnya
adalah mengunakan biji karet sebagai bahan bakunya. Selain jumlahya melipah dan
harganya murah, nilai gizinya juga cukup tinggi.
Tempe merupakan makanan yang sangat populer dikalangan masyarakat
Indonesia dan biasanya dijadikan lauk-pauk dalam keseharian mayarakat. Tempe
disukai oleh semua lapisan masyarakat, baik lapisan masyarakat berekonomi
menengah kebawah maupun masyarakat berekonomi menengah keatas. Harga tempe juga
relatif lebih murah jika dibandingkan dengan jenis lauk-pauk yang lain. Selain
itu tempe merupakan sumber protein nabati yang mempunyai nilai gizi yang tinggi
(Muchtadi, 1989).
Kedelai merupakan bahan baku utama dalam pembuatan tempe. Akan tetapi
keberadaannya masih belum dapat tercukupi dari produksi dalam negeri, sehingga
sebagian besar kedelai harus diimpor dari Amerika. Oleh karena itulah harga
kedelai selalu naik setiap tahunnya, dan pada akhirnya memacu turut naiknya
harga tempe di pasaran.
Untuk memenuhi kebutuhan akan bahan baku pembuatan tempe maka diperlukan
alternatif yang dapat memecahkan permasalah tersebut yaitu terpenuhinya bahan
baku pembuatan tempe dengan harga murah dengan memperhatikan kandungan gizi
terutama protein yang tinggi. Salah satu tanaman alternatif yang dapat
mengatasi permasalahan tersebut adalah biji dari tanaman Karet (Hevea
brasiliensis Mull.Arg).
Karet mampu memproduksi biji kaya protein serta memiliki ongkos produksi
yang murah. Hal tersebut karena ketersedian biji tanaman karet tersedia banyak
di Indonesia, dimana indonesia merupakan negara dengan tanaman karet terluas
didunia. (Sabar, dkk, 2008). Akan tetapi, produk perkebunan karet yang hingga
saat ini dimanfaatkan hanya getah dan batangnya saja. Sedangkan biji karet
belum dimanfaatkan secara maksimal, selain sebagai bibit tanaman saja, dan selebihnya
dibiarkan terbuang tanpa pemanfaatan (Muchtadi, 1985).
Berdasarkan penelitian mahasiswa MIPA UNTAN diketahui kadar asam sianida
(CN) pada biji karet hanya 0,3% sehingga tidak membahayakan untuk dikonsumsi.
Di dalamnya justru mengandung nilai gizi yang baik seperti protein (27%), lemak
(32%), mineral (2,4%) dan air (9,1%) serta terdapat vitamin (A, B dan E). Apabila
dibandingkan dengan kandungan gizi pada kedelai. Protein (34,9%), lemak
(14,1%), karbohidrat (34,8%) dan air (8,0%). Jika melihat komposisi tersebut
tempe bikar patut diperhitungkan sebagai makanan bergizi. Kandungan protein
biji karet justru meningkat setelah menjadi tempe yakni 30,15% sedangkan
kedelai malah turun menjadi 22,41% (Wizna, dkk. 2000).
Pemanfaatan biji karet sebagai bahan baku pembuatan tempe layak disosialisasikan kepada
masyarakat. Karena dari nilai gizi sudah cukup memadai, selain itu harganya
jauh lebih murah bila dibandingkan dengan kedelai karena pada dasarnya biji
karet merupakan limbah.
Sebagai negara dengan perkebunan karet terbesar di dunia, maka
ketersediaan biji karet akan dapat tercukupi. Apabila dilihat dari segi
pemasaran rasanya tidak akan mengalami masalah yang besar, karena hampir semua
lapisan masyarakat Indonesia mengkonsumsi tempe dalam keseharianya Dilihat dari
sisi konsumsi, setiap hari orang Indonesia sedikitnya mengkonsumsi 4,4 gr - 20
gr tempe (Sinartani, 2008). Itu artiya prospek industri tempe bikar patut dan
layak untuk dikomersilkan.
Kesimpulan
Tempe adalah makanan potensial yang
asli dari Indonesia dengan nilai gizi yang sangat tinggi. Akan tetapi bahan
baku utamanya yaitu kedelai masih harus di impor dari Amerika. Hal ini tentu
tidak efisien karena Indonesia memiliki lahan pertanian yang sangat luas. Oleh
karena itu dibutuhkan bahan baku alternatif yang lebih murah dan jumlahnya
memadai. Salah satu alternatifnya adalah penggunaan biji karet, selain
jumlahnya melimpah biji karet juga aman untuk dikonsumsi karena kandungan asam
sianida (CN) pada biji karet hanya 0,3%. Nilai gizi tempe yang dihasilkan juga
tidak kalah jika dibandingkan dengan tempe kedelai. Oleh karena itu, penggunaan
biji karet sebagai tempe ini perlu disosislisasikan sebagai salah satu
alternatif peningkatan kesehatan dan kesejahteraan rakyat.
Saran
Berdasarkan hasil penulisan artikel ilmiah “Analisis Nilai Gizi Tempe
Bikar sebagai Alternatif Makanan Murah dan Bergizi”, penulis merasa kurang
sempurna dalam cara pendeskripsian atau pemaparan, cara penulisan, format
penulisan maupun isi dari materi yang disampaikan. Oleh karena itu, penulis
memohon masukan dari pembaca untuk perbaikan artikel ilmiah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Muchtadi, D. 1985. Aspek Biokimia Pangan dan Gizi
dalam Keamanan Pangan. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Muchtadi, D. 1989. Evaluasi Nilai Gizi Pangan.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Wizna, dkk. 2000. Pemanfaatan Produk Fermentasi
Biji Karet (Hevea brasiliensis) dengan Rhizopus oligosporus dalam Ransum
Ayam Boiler. Bogor: Puslitbangnak
Sabar, dkk. 2008. Potensi biji karet sebagai bahan
baku, [online], (http://himdikafkipuntan.blogspot.com/2008/05/potensi-biji-karet-sebagai-bahan baku.html, diakses pada 27 Desember 2010).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar