Selasa, 28 Februari 2012

ANALISIS NILAI GIZI TEMPE BIKAR SEBAGAI ALTERNATIF MAKANAN MURAH DAN BERGIZI


ANALISIS NILAI GIZI TEMPE BIKAR SEBAGAI ALTERNATIF MAKANAN MURAH DAN BERGIZI

Adi Santoso
Ilmu dan Teknologi Pangan


Abstrak
Santoso, Adi. 2010. Analisis nilai gizi tempe bikar sebagai alternatif makanan murah dan   bergizi. Universitas Muhammadiyah Malang. Pembimbing, Drs. M. Badrih,          M.Pd.


Kata kunci: Analisis, nilai gizi, tempe, bikar, alternatif, makanan, bergizi dan murah
Tempe merupakan makanan khas Indonesia, akan tetapi bahan bakunya masih belum dapat dipenuhi dari dalam negri. Salah satu alternatifnya adalah mengunakan biji karet sebagai bahan bakunya. Selain jumlahya melipah dan harganya murah, nilai gizinya juga cukup tinggi.


Tempe merupakan makanan yang sangat populer dikalangan masyarakat Indonesia dan biasanya dijadikan lauk-pauk dalam keseharian mayarakat. Tempe disukai oleh semua lapisan masyarakat, baik lapisan masyarakat berekonomi menengah kebawah maupun masyarakat berekonomi menengah keatas. Harga tempe juga relatif lebih murah jika dibandingkan dengan jenis lauk-pauk yang lain. Selain itu tempe merupakan sumber protein nabati yang mempunyai nilai gizi yang tinggi (Muchtadi, 1989).
Kedelai merupakan bahan baku utama dalam pembuatan tempe. Akan tetapi keberadaannya masih belum dapat tercukupi dari produksi dalam negeri, sehingga sebagian besar kedelai harus diimpor dari Amerika. Oleh karena itulah harga kedelai selalu naik setiap tahunnya, dan pada akhirnya memacu turut naiknya harga tempe di pasaran.
Untuk memenuhi kebutuhan akan bahan baku pembuatan tempe maka diperlukan alternatif yang dapat memecahkan permasalah tersebut yaitu terpenuhinya bahan baku pembuatan tempe dengan harga murah dengan memperhatikan kandungan gizi terutama protein yang tinggi. Salah satu tanaman alternatif yang dapat mengatasi permasalahan tersebut adalah biji dari tanaman Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg).
Karet mampu memproduksi biji kaya protein serta memiliki ongkos produksi yang murah. Hal tersebut karena ketersedian biji tanaman karet tersedia banyak di Indonesia, dimana indonesia merupakan negara dengan tanaman karet terluas didunia. (Sabar, dkk, 2008). Akan tetapi, produk perkebunan karet yang hingga saat ini dimanfaatkan hanya getah dan batangnya saja. Sedangkan biji karet belum dimanfaatkan secara maksimal, selain sebagai bibit tanaman saja, dan selebihnya dibiarkan terbuang tanpa pemanfaatan (Muchtadi, 1985).
Berdasarkan penelitian mahasiswa MIPA UNTAN diketahui kadar asam sianida (CN) pada biji karet hanya 0,3% sehingga tidak membahayakan untuk dikonsumsi. Di dalamnya justru mengandung nilai gizi yang baik seperti protein (27%), lemak (32%), mineral (2,4%) dan air (9,1%) serta terdapat vitamin (A, B dan E). Apabila dibandingkan dengan kandungan gizi pada kedelai. Protein (34,9%), lemak (14,1%), karbohidrat (34,8%) dan air (8,0%). Jika melihat komposisi tersebut tempe bikar patut diperhitungkan sebagai makanan bergizi. Kandungan protein biji karet justru meningkat setelah menjadi tempe yakni 30,15% sedangkan kedelai malah turun menjadi 22,41% (Wizna, dkk. 2000).
Pemanfaatan biji karet sebagai bahan baku pembuatan tempe layak disosialisasikan kepada masyarakat. Karena dari nilai gizi sudah cukup memadai, selain itu harganya jauh lebih murah bila dibandingkan dengan kedelai karena pada dasarnya biji karet merupakan limbah.
Sebagai negara dengan perkebunan karet terbesar di dunia, maka ketersediaan biji karet akan dapat tercukupi. Apabila dilihat dari segi pemasaran rasanya tidak akan mengalami masalah yang besar, karena hampir semua lapisan masyarakat Indonesia mengkonsumsi tempe dalam keseharianya Dilihat dari sisi konsumsi, setiap hari orang Indonesia sedikitnya mengkonsumsi 4,4 gr - 20 gr tempe (Sinartani, 2008). Itu artiya prospek industri tempe bikar patut dan layak untuk dikomersilkan.

Kesimpulan
            Tempe adalah makanan potensial yang asli dari Indonesia dengan nilai gizi yang sangat tinggi. Akan tetapi bahan baku utamanya yaitu kedelai masih harus di impor dari Amerika. Hal ini tentu tidak efisien karena Indonesia memiliki lahan pertanian yang sangat luas. Oleh karena itu dibutuhkan bahan baku alternatif yang lebih murah dan jumlahnya memadai. Salah satu alternatifnya adalah penggunaan biji karet, selain jumlahnya melimpah biji karet juga aman untuk dikonsumsi karena kandungan asam sianida (CN) pada biji karet hanya 0,3%. Nilai gizi tempe yang dihasilkan juga tidak kalah jika dibandingkan dengan tempe kedelai. Oleh karena itu, penggunaan biji karet sebagai tempe ini perlu disosislisasikan sebagai salah satu alternatif peningkatan kesehatan dan kesejahteraan rakyat.



Saran
Berdasarkan hasil penulisan artikel ilmiah “Analisis Nilai Gizi Tempe Bikar sebagai Alternatif Makanan Murah dan Bergizi”, penulis merasa kurang sempurna dalam cara pendeskripsian atau pemaparan, cara penulisan, format penulisan maupun isi dari materi yang disampaikan. Oleh karena itu, penulis memohon masukan dari pembaca untuk perbaikan artikel ilmiah ini.












DAFTAR PUSTAKA

Muchtadi, D. 1985. Aspek Biokimia Pangan dan Gizi dalam Keamanan Pangan. Bogor:   Institut Pertanian Bogor.
Muchtadi, D. 1989. Evaluasi Nilai Gizi Pangan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Wizna, dkk. 2000. Pemanfaatan Produk Fermentasi Biji      Karet (Hevea brasiliensis)       dengan Rhizopus oligosporus dalam Ransum Ayam         Boiler. Bogor: Puslitbangnak
Sabar, dkk. 2008. Potensi biji karet sebagai bahan baku, [online],   (http://himdikafkipuntan.blogspot.com/2008/05/potensi-biji-karet-sebagai-bahan     baku.html, diakses pada 27 Desember 2010).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar