2.1
Pigmen dan Warna
Warna adalah zat yang terdapat di
permukaan suatu benda sehingga bila disinari dengan cahaya putih sempurna akan
memberikan sensasi warna tertentu yang mampu ditangkap mata. Proses secara
fisik sangatlah berbeda dengan fluorescent, phosphorescence dan bentuk lain
dari luminescence, yang mana materi tersebut dapat mengeluarkan cahaya dengan
sendirinya.
Berkebalikan dengan teori warna cahaya, di dalam teori pigmen sensasi putih dianggap sebagai absennya seluruh pigmen.
Berkebalikan dengan teori warna cahaya, di dalam teori pigmen sensasi putih dianggap sebagai absennya seluruh pigmen.
Suatu bahan pangan sebenarnya terdiri dari berbagai jenis pigmen, namun
warna yang akhirnya muncul adalah warna pigmen yang paling dominan diantara
yang lainnya. Sebuah warna dihasilkan karena adanya kemampuan ikatan kimia
suatu pigmen untuk menyeleksi gelombang cahaya yang diserap dan dipantulkan.
Sebagai contoh, warna merah yang pada buah apel adalah warna yang dipantulkan
oleh pigmen tersebut, sedangkan warna-warna lainnya hanya diserap saja, tidak
dipantulkan (Marvel, 2010).
Warna bahan pangan dari makanan dapat disebabkan oleh beberapa sumber,
dan salah satu yang terpenting disebabkan oleh pigmen yang ada didalam bahan
nabati atau bahan hewani. Sebagai contoh misalnya khlorofil yang memberikan
warna hijau pada daun selada atau buncis, karoten yang memberikan warna jingga
pada wortel dan jagung, likopen yang memberikan warna mearh pada buah tomat dan
semangkan, antosianin memberikan warna ungu pada bit dan buah kopi, dan
mioglobin yang memberikan warna merah pada daging.
Pigmen-pigmen alam biasanya akan mengalami perubahan kimia, misalnya
yang terjadi pada pematangan buah-buahan atau “curing” daging. Pigmen juga
sangat sensitif terhadap pengaruh kimia dan fisik selama pengolahan. Terutama
panas sangat berpengaruh terhadap pigmen bahan pangan, juga pukulan mekanik dan
penggilingan biasanya menyebabkan perubahan warna bahan pangan.Hal ini
disebabkan karena sebagian besar pigmen tanaman dan hewan terkumpul didalam
sel-sel tenunan dan dalam “pigmen body”, misalnya klorofil yang terdapat di
dalam kloroplas;jika sel-sel ini pecah karena penggilingan atau pukulan, maka
pigmen akan keluar dan sebagian akan rusak atau teroksidassi karena kotak
dengan udara.
Tidak semua warna disebabkan oleh pigmen alamiah dari tanaman atau
hewan. Selain karena pigmen, warna juga dapat disebabkan oleh pengaruh faktor
lain misalnya proses karamelisasi gula menyebabkan warna coklat tua. Beberapa
contoh yang termasuk karamelisasi adalah warna gelap pada gula tebu karena
kepanasan, warna roti panggang dan warna coklat dari caramel kembang gula.
Warna makanan juga dapat disebabkan oleh penambahan zat-zat warna alam
atau buatan, misalnya pada penambahan kunyit dalam pembuatan tahu, penambahan
ekstrak daun pandan pada kue pisang atau penambahan zat warna asal
tumbuh-tumbuhan kedalam salah satu jenis keju supaya berwarna kejinggaan (Winarno,
1980).
2.2
Pewarna Bahan Pangan
Penentuan mutu bahan pangan pada umumnya
sangat tergantung pada beberapa factor, seperti cita rasa, tekstur, dan nilai
gizinya, juga sifat mikrobiologisnya.Tetapi, sebelum factor-faktor lain
dipertimbangkan, secara visual factor warna tampil lebih dahulu dan
kadang-kadang sangat menentukan.
Selain sebagai faktor yang ikut menentukan
mutu, warna juga dapat digunakan sebagai indicator kesegaran atau kematangan.
Baik tidaknya cara pencampuran atau cara pengolahan dapat ditandai dengan
adanya warna yang seragam dan merata.
Zat warna yang sudah sejak lamadikenal dan
digunakan, misalnya daun pandan atau daun suji untuk warna hijau dan kunyit
untuk warna kuning. Kini berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi telah
ditemukan zat warna sintetis, karena penggunaannya lebih praktis dan harganya
lebih murah.
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan suatu
bahan pangan berwarna antara lain dengan penambahan zat warna.Secara garis
besar, berdasarkan sumbernya dikenal dua jenis zat pewarna yang termasuk dalam
golongan bahan tambahan pangan, yaitu pewarna alami dan pewarna
sintetis.(Cahyadi, 2006)
Warna makanan disebabkan oleh pigmen alam
atau pewarna yang ditambahkan. Pigmen alam adalah segolongan senyawa yang
terdapat dalam produk yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Pewarna tambahan
diatur sebagai tambahan makanan, tetapi beberapa warna sintetik, terutama
karotenoid, dianggap sama dengan pewarna alam dan karena itu tidak perlu
pemeriksaan toksikologi secara ketat seperti tambahan lain.
Pigmen alam mencakup pigmen yang sudah terdapat dalam makanan dan pigmen
yang terbentuk pada pemanasan, penyimpanan, atau pemrosesan. Antosianin dan
flavonoid terdapat dalam sayur yang berasal dari akar dan buah-buahan seperti
beri dan anggur. Warna daging disebabkan oleh adanya dua pigmen myoglobin dan
hemoglobin. Klorofil adalah pigmen hijau yang menjdai penyebab warna sayuran
berdaun dan beberapa buah. Dalam daun hijau, klorofil terurai pada saat senses
dan warna hijau cenderung hilang. Dalam banyak buah klorofil terdapat pada buah
yang belum masak dan hilang secara perlahan-lahan ketika karotenoid kuning dan
merah menggantikannya selama pemasakan. Dalam tumbuhan, klorofil terisolasi
dalam kloroplastid. Kloroplastid merupakan partikel-partikel sangat renik yang
terdiri atas satuan-satuan yang lebih kecil lagi, disebut grana, yang berukuran
biasanya lebih kecil dari 1 mikrometer dan pada batas resolusi mikroskop
cahaya. Grana sangat terstruktur dan mengandung lamina dan di antara
lamina-lamina ini terletak molekul klorofil (Deman, 1997).
Menurut
Winarno (1980), ada lima sebab yang dapat menyebabkan suatu bahan makanan
berwarna yaitu :
a. Pigmen yang
secara alami terdapat pada tanaman dan hewan misalnya klorofil berwarna hijau,
karotein berwarna jingga, dan mioglobin menyebabkan warna merah pada daging.
b. Reaksi
karamelisasi yang timbul bila gula dipanaskan membentuk warna coklat,misalnya
warna coklat pada kembang gula karamel atau roti yang dibakar.
c. Warna gelap
yang timbul karena adanya reaksi maillard,yaitu antara gugus amino protein
dengan gugus karbonil gula pereduksi; misalnya susu bubuk yang disimpan lama
akan berwarna gelap.
d. Reaksi
antara senyawa organik dengan udara menghasilkan warna hitam, atau coklat
gelap. Reaksi oksidasi ini dipercepat oleh adanya logam serta enzim; misalnya
warna gelap permukaan apel atau kentang yang dipotong.
e. Penambahan
zat warna, baik zat warna alami maupun zat warna sintetik, yang termasuk dalam
golongan bahan aditif makanan.
2.3 Pewarna
Alami
Banyak warna cemerlang yang dipunyai oleh tanaman dan hewan dapat
digunakan sebagai pewarna untuk makanan. Beberapa pewarna alami ikut
menyumbangkan nutrisi (karotenoid, riboflavin, dan kobalamin), merupakan bumbu
(kunir dan paprika) atau pemberi rasa (caramel) ke bahan olahannya. Konsumen
dewasa ini banyak menginginkan bahan alami yang masuk kedalam daftar diet
mereka. Sebagai contohnya serbuk beet menggantikan pewarna merah sintetik FD
& C No. 2. Namun, penggantian dengan pewarna alami secara keseluruhan masih
harus menunggu para ahli untuk dapat menghilangkan kendala, seperti bagaimana menghilangkan
rasa beet-nya, mencegah penggumpalan dalam penyimpanan, menjaga kestabilan
dalam penyimpanan. Beberapa pewarna alami yang berasal dari tanaman dan hewan,
diantaranya adalah klorofil, mioglobin dan hemoglobin, anthosianin, flavonoid,
tannin, quinon dan xanthon, serta karotenoid.
Pigmen-pigmen alam biasanya akan
mengalami perubahan kimia, misalnya yang terjadi pada pematangan buah-buahan
atau “curing” daging. Pigmen juga sangat sensitif terhadap pengaruh kimia dan
fisik selama pengolahan. Terutama panas sangat berpengaruh terhadap pigmen
bahan pangan, pukulan mekanik dan penggilingan juga mempengaruhi perubahan
warna bahan pangan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar pigmen tanaman dan
hewan terkumpul di dalam sel-sel tenunan dan dalam pigment body, misalnya
klorofil yang terdapat dalam kloroflast. Jika sel-sel ini pecah karena
penggilingan atau pukulan, maka pigmen akan keluar dan sebagian akan
teroksidasi karena kontak dengan udara.
Setiap pigmen mempunyai kestabilan yang berlainan terhadap berbagai
kondisi pengolahan.
2.3.1 Klorofil
Istilah
klorofil berasal dari bahasa Yunani yaitu chloros artinya hijau dan Phyllos
artinya daun. Ini diperkenalkan pada tahun 1818, dimana pigmen tersebut
diekstrak dari tumbuhan dengan menggunakan pelarut organik. Hans Fischer
peneliti klorofil yang memperoleh nobel prize winner pada tahun 1915 berasal
dari technishe hochschule, munich germany. Klorofil adalah pigmen pemberi warna
hijau pada tumbuhan, alga dan bakteri fotosintetik. Senyawa ini yang berperan
dalam proses fotosintesis tumbuhan dengan menyerap dan mengubah tenaga cahaya
matahari menjadi tenaga kimia. Dengan proses fotosintesis, terdapat 3 fungsi
utama dari klorofil yaitu yg pertama memanfaatkan energy matahari, kedua memicu
fiksasi CO2 menjadi karbohidrat dan yang ketiga menyediakan dasar energetik
bagi ekosistem secara keseluruhan. Dan karbohidrat yang dihasilkan fotosintesis
melalui proses anabolisme diubah menjadi protein, lemak, asam nukleat, dan
molekul organik lainnya. Pada tanaman tingkat tinggi ada 2 macam klorofil yaitu
klorofil-a (C55H72O5N4Mg) yang berwarna hijau tua dan klorofil-b (C55H70O6N4Mg)
yang berwarna hijau muda. Klorofil-a dan klorofil-b paling kuat menyerap cahaya
di bagian merah (600-700 nm), sedangkan yang paling sedikit cahaya hijau
(500-600 nm). Sedangkan cahaya berwarna biru dari spektrum tersebut diserap
oleh karotenoid.
Klorofil atau pigmen utama tumbuhan banyak
dimanfaatkan sebagai food suplement yang dimanfaatkan untuk membantu
mengoptimalkan fungsi metabolik, sistem imunitas, detoksifikasi, meredakan
radang (inflamatorik) dan menyeimbangkan sistem hormonal (Limantara, 2007, dalam Agustian, 2011).
Klorofil berwarna hijau karena menyerap cahaya
dengan kuat di daerah biru (430 nm) dan merah (662 nm) pada spektrum tampak.
Klorofil b berbeda dari klorofil a karena adanya gugus aldehid pada posisi 3.
Perbedaan struktur klorofil a dan b menghasilkan perbedaan spektrum serapan
klorofil. Kenyataan tersebut mengakibatkan perbedaan warna hijau pada kedua
klorofil, klorofil a berwarna hijau-biru sedangkan klorofil b berwarna hijau-kuning.
Panjang gelombang maksimum bervariasi tergantung pada pelarut yang digunakan
(Gross, 1991, dalam Agustian, 2011).
Klorofil menyebabkan cahaya berubah menjadi
radiasi elektromagnetik pada spektrum kasat mata(visible). Misalnya, cahaya
matahari mengandung semua warna spektrum kasat mata dari merah sampai violet,
tetapi seluruh panjang gelombang unsurnya tidak diserap dengan baik secara
merata oleh klorofil. Klorofil dapat menampung energi cahaya yang diserap oleh
pigmen cahaya atau pigmen lainnya melali fotosintesisi, sehingga fotosintesis
disebut sebagai pigmen pusat reaksi fotosintesis. Dalam proses fotosintesis
tumbuhan hanya dapat memanfaatkan sinar matahari dengan bentuk panjang
gelombang antara 400 – 700 nm (Anonim, 2000).
Cahaya matahari yang sampai kebumi, sekitar
23% digunakan untuk daur hidrologi, 46% untuk pemanasan atmosfir, permukaan
bumi serta lautan, dan sekitar 30% dipantulkan kembali ke luar angkasa. Cahaya
matahari kurang dari 1% digunakan untuk proses fotosintesis tumbuhan (Wirahadikusumah,
1985).
Menurut Dwidjoseputro (1994), pada tanaman
tinggi ada 2 macam klorofil, yaitu:Klorofil a : C55 H72 O5 N4 Mg (berwarna
hijau tua) dan Klorofil b : C55 H70 O6 N4 Mg (berwarna hijau muda). Rumus
bangunnya berupa satu cincin yang terdiri atas 4 pirol dengan Mg sebagai inti.
Rumus bangun ini hamper serupa dengan rumus bangun haemin (zat darah), dimana
intinya bukan Mg, melainkan Fe. Pada klorofil terdapat suatu rangkaian yang
disebut fitil yang terlepas menjadi fitol C20 H39 OH, jika terkena air
(hidrolisis) dan pengaruh enzim klorofilase. Fitol itu lipofil (suka akan
lemak), sedang sisanya disebut rangka porfin, sifatnya hidrofil (suka akan air)
(Dwidjoseputro, 1994).
Klorofil itu fluoresen, artinya dapat menerima
sinar dan mengembalikannya dalam gelombang yang berlainan. Klorofil-a tampak
hijau tua, tetapi jika sinar direfleksikan, tampaknya lalu merah darah.
Klorofil-b berwarna hijau cerah tampak merah coklat pada fluoresensi. Klorofil
banyak meresap sinar merah dan nila (Dwidjoseputro, 1994).
Perbedaan keduanya terletak pada atom C no. 3
dimana metil pada klorofil a diganti dengan aldehida pada klorofil b. Pada
hakikatnya klorofil merupakan senyawa yang tidak stabil sehingga sulit untuk
menjaga agar molekulnya tetap utuh dengan warna hijau yang menarik. Beberapa
peneliti berpendapat bahwa dalam peranannya klorofil pecah dan kloroplas
keluar. Klorofil dalam daun masih berikatan dengan protein ketika proses
pemanasan, protein terdenaturasi dan klorofil lepas. Sehingga warna klorofil
menjadi coklat atau pudar.
v Sumber klorofil
Sumber klorofil yang paling nyata adalah
sayuran hijau. Akan tetapi, lebih baik dikonsumsi dalam keadaan masih mentah.
Proses pemanasan saat memasak merusak hampir semua kandungan klorofilnya
(Al-Faqir,S, 2010).
v Pembentukan klorofil
Menurut Dwidjoseputro (1994), faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan klorofil antara lain :
1.
Pembawa
faktor, dimana pembentukan klorofil misalnya pada pembentukan pigmen-pigmen
lain seperti hewan dan manusia yang dibawah oleh suatu gen tertentu di dalam
kromosom. Begitu pula dengan tanaman, jika tidak ada klorofil maka tanaman
tersebut akan tampak putih (albino), contoh seperti tanaman jagung.
2.
Sinar
matahari, dimana klorofil dapat terbentuk dengan adanya sinar matahari yang
mengenai langsung ketanaman.
3.
Oksigen,
pada tanaman yang dihasilkan dalam keadaan gelap meskipun diberikan sinar
matahari tidak dapat membentuk klorofil, jika tidak diberikan oksigen.
4.
Karbohidrat
ternyata dapat membantu pembentukan klorofil dalam daun-daun yang mengalami
pertumuhan. Tanpa adanya karbohidrat, maka daun-daun tersebut tidak mampu
mengahasilkan klorofil.
5.
Nitrogen,
Magnesium, dan Besi merupakan suatu keharusan dalam pembentukan klorofil, jika
kekurangan salah satu dari zat-zat tersebut akan mengakibatkan klorosis pada
tumbuhan.
6.
Unsur
Mn, Cu, dan Zn meskipun jumlah yang dibutuhkan hanya sedikit dalam pembentukan
klorofil. Namun, jika tidak ada unsur-unsur tersebut maka tanaman akan
mengalami klorosis juga.
7.
Air,
kekurangan air pada tumbuhan mengakibatkan desintegrasi dari klorofil seperti
terjadi pada rumput dan pohon-pohon dimusim kering.
8.
Temperatur
30-40oC merupakan suatu kondisi yang baik untuk
pembentukkan klorofil pada kebanyakkan tanaman, akan tetapi yang paling baik
ialah pada temperatur antara 26-30oC.
v Fungsi Klorofil
Klorofil merupakan salah satu metabolism
sekunder yang potensial. Zat hijau daun ini tak hanya penting, dalam proses
fotosintesis tumbuhan saja, tetapi juga sangat berguna untuk menunjang
kesehatan bagi yang mengkonsumsinya. Seorang penelitian bernama Franz Miller
menganjurkan penggunakan klorofil sebagai obat istimewa kerena keberadaannya
dapat memperbaiki kondisi kesehatan yang buruk. Selain itu klorofil juga
merupakan zat pewarna hijau bagi tumbuhan. (Campbell,
2004)
Klorofil atau yang biasa dikenal dengan zat
hijau daun, sama sperti namanya merupakan kandungan yang menyebabkan warna
hijau pada tanaman. Apa yang dilakukan klorofil? Klorofil ini akan menyerap
energi dari matahariuntuk memfasilitasi berlangsungnya proses fotosintesis pada
tumbuhan. Klorofil ini dalam tanaman sama seperti darah pada manusia. Zat ini
sangat berperan dalam fungsi metabolism seperti pertumbuhan dan respirasi
(pernapasan) tumbuhan. Yang lebih menarik lagi, komposisi kimia klorofil hamper
sama dengan komposisi darah manusia. Bedanya, atom sentral klorofil adalah
magnesium sedangkan atom sentral manusia adalah besi. Hal ini, ditambahkan
dengan pentingnya klorofil dalam proses metabolism tumbuhan menarik perhatian
ilmuan untuk mencari tahu kemungkinan apakah klorofil bisa mendatangkan manfaat
yang sama pula pada manusia. Hasilnya, banyak penelitian yang telah menemukan
manfaat dari klorofil bagi kesehatan manusia yang mengkonsumsinya.
v Sifat fisik
1. Klorofil a dan pheophytin a
•
Larut
dalam alkohol, eter, benzena, danaseton
•
Dalam
bentuk murni sedikit larut dalam petroleum eter
•
Tidak
larut air
2. Klorofil b dan pheophytin b
•
Larut
dalam alkohol, eter, benzena, dan aseton
•
Dalam
bentuk murni tidak larut dalam petroleum eter
•
Tidak
larut dalam air
3. Chlorophyllide dan pheophorbide
•
Tidak
mengandung rantai samping phytol
•
Tidak
larut minyak
•
Larut
dalam air
v Sifat kimia klorofil
Klorofil memiliki struktur kimia yang sangat
mirip dengan struktur kimia yang ditemukan dalam sel darah merah kita.
Perbedaan mendasar adalah fakta bahwa struktur (disebut sebuah cincin porfirin)
mengandung sebuah atom besi di pusatnya ketika ditemukan dalam sel-sel darah
merah kita, tetapi jika ditemukan pada tumbuhan, mengandung sebuah atom
magnesium di pusat .
Ketika tanaman yang dipanaskan dan terkena
asam (dan ketika sayuran hijau yang dimasak dan terkena asam), magnesium akan
dihapus dari pusat struktur cincin ini dan diganti dengan sebuah atom hidrogen.
(Dalam biokimia, klorofil mendapat berubah menjadi molekul yang disebut
pheophytin, dan klorofil b akan berubah menjadi pheophytin b). Dengan perubahan
ini sederhana, warna perubahan sayuran dari hijau cerah untuk zaitun-abu-abu.
(Pheophytin memberikan warna hijau-abu-abu, dan b pheophytin menyediakan zaitun
warna hijau).
Pheophytinisasi adalah proses dimana klorofil
mengalami perubahan selama pengolahan pangan dengan mengganti ion Mg menjadi H.
Dampak terbentuknya pheophytin adalah perubahan bahan pangan menjadi warna
coklat zaitun kusam.
Chlorophyllideter terbentuk dengan
menghilangkan rantai samping phytol. Chlorophyllide berwarna hijau seperti
klorofil. Jika Mg diambil dari chlorophyllide maka akan terbentuk pheophorbide
dengan warna seperti pheophytin.
Klorofilase merupakan satu-satunya enzim yang
dapat mengatalis degradasi klorofil. Derivat klorofil yang terbentuk ketika
dilakukan proses pemanasan dapat dikelompokkan menjadi dua, berdasarkan
ada/tidaknya atom magnesium di tengah tetrapirol. Derivat yang mengandung Mg
berwarna hijau, sedangkan yang tidak mengandung Mg berwarna kecoklatan. Jika
ada ion seng atau tembaga, akan terbentuk kompleks seng atau tembaga yang
berwarna hijau. Atom magnesium pada klorofil mudah digantikan oleh ion
hidrogen, yang akan menghasilkan warna coklat feofitin. Reaksi ini merupakan
reaksi irreversible dalam larutan air (Fennema,
1996).
Degradasi klorofil pada jaringan sayuran
dipengaruhi oleh pH. Pada media basa (pH 9), klorofil sangat stabil terhadap
panas, sedangkan pada media asam (pH 3) tidak stabil. Penurunan satu nilai pH
yang terjadi ketika pemanasan jaringan tanaman melalui pelepasan asam, hal ini
mengakibatkan warna daun memudar setelah pemanasan. Penambahan garam klorida
seoerti sodium, magnesium, atau kalsium menurunkan feofitinisasi, karena
terjadi pelapisan elektrostatik dari garam (Fennema 1996). Pigmen klorofil bisa
digunakan untuk memberi warna pada bahan pangan tanpa adanya efek negatif yang
ditimbulkan.
Jika kita amati lebih lanjut dalam tingkatan
struktur kimiawi, akan kita jumpai keunikan dari klorofil. Struktur dari
klorofil memiliki kesamaan struktur dengan hemoglobin. Perbedaannya hanyalah
terletak pada atom pusat dari molekul. Atom pusat klorofil adalah magnesium
(Mg) sedangkan atom pusat hemoglobin adalah besi (Fe). Jika hemoglobin
diidentikan sebagai darah merah manusia, maka klorofil dapat diidentikan
sebagai darah hijau manusia. Karena kemiripan struktur inilah, maka klorofil
adalah satu-satunya molekul di dunia ini yang secara alamiah dapat diterima
oleh tubuh dan menjadi nutrisi vital bagi tubuh manusia.
v Mempertahankan Warna Hijau
Klorofil
Berbagai upaya dilakukan untuk mempertahankan warna hijau
klorofil,
berikut adalah beberapa metode yang dapat dilakukan untuk mempertahankan
stabilitas warna hijau dari klorofil:
Ø
Mengubahnya kedalam bentuk chlorophyllide karena sifatnya yang lebih
stabil dari pada klorofil
•
Enzim yang mengubah klorofil menjadi chlorophyllide diaktifkan yaitu
suatu esterase yang bernama klorofilase
•
Untuk mengaktifkan klorofilase dibutuhkan suhu 60-65°C
Ø
Alkalinisasi
•
Tujuan: meningkatkan pH sehingga pembentukan pheophytin dapat
diminimumkan
•
Menggunakan Ca(OH)2 atau Mg(OH)2
Ø
High Temperature Short Time (HTST)
Ø
Kombinasi alkalinisasi dan HTST
Sangat membantu _ THxz
BalasHapus