Tujuan pecobaan
Setelah mempelajari teori dan melaksanakan prkatek, mahasiswa diharapkan
dapat memahami cara menganalisis kadar karohidrat bahan hasil pertanian dan
pangan.
Dasar percobaan
Karbohidrat terdapat dalam jaringan tanaman dan binatang, sedangkan yang
terdapat dalam mikroorganisme bentuk dan levelnya sedikit berbeda. Karbohidrat
yang terdapat dalam jaringan binatang umumnya berupa glukosa dan glikogen yang
merupakan bentuk karbohidrat yang tersimpan, sedangkan yang terdapat dalam susu
mempunyai bentuk khusus yaitu gula laktosa yng tergolong dalam disakarida. Pada
jaringan tanaman, karbohidrat tersebar luas dari bentuk monosakrida, disakarida
dan poli sakarida. Polisakarida struktural dalam jaringan tanaman berbentuk
sellulosa. Gum merupakan kelompok polisakarida yang terdapat dalam jaringan
tanaman, seaweed dan mikroorganisme. Sifat-sifat fisika dari gum ini dapat
diterapkan secara luas pada berbagai macam pengolahan pangan. Karbohidrat
terdapat dalam sejumlah produk olahan pangan.
Karbohidrat adalah polihidroksi keton atau polihidroksi aldehid dan
meliputi kondesat polimer-polimer yang terbentuk. Nama karbohidrat dipergunakan
pada senyawa-senyawa tersebut, mengingat rumus empiris yang berupa CnH2nOn
atau mendekati Cn(H2O)n yaitu karbon yang
mengalami hidrasi. Namun demikian nama ini sebenarnya kurang tepat karena H2O
yang melekat pada gugus karbon bukanlah sebagai hidrat yang sebenarnya,
misalnya tak dapat dipisahkan atau dikristalkan tersendiri yang terlepas dari
gugusnya
Di alam, karbohidrat merupakan hasil sintesa CO2 dan H2O
dengan pertolongan sinar matahari dan hijau daun (klorofil). Hasil sintesa ini
kemudian mengalami polimerisasi menjadi bermolekul besar yang lain menjadi
cadangan makanan pada tanaman. Organisme yang dapat mensintesa biomolekul untuk
keperluan hidupnya dari bahan-bahan organik (misalnya CO2 dan H2O)
disebut organisme autotroph. Sedangkan mikroorganisme pada umumnya, hewan dan
manusia yang hanya dapat mempergunakan hasil sintesa organisme autotroph untuk
keperluan hidup heterotroph. Karbohidrat merupakan sumber kalori atau
makronutrient utama untuk organisme heteroroph. Sebagian lagi menjadi bahan
utama sandang (kapas), industri (rami dan rosela) bahan bagunan (kayu, bambu).
Disamping sebagai bahan sumber utama biokalori dalam bahan makanan misalnya gum
(arabic, karaya, guar) sebagai bahan pengental, CMC sebagai bahan penstabil dan
banyak lagi sebagai bahan pemanis (sukrosa, glukosa, fruktosa)
Secara alami ada tiga bentuk karbohidrat yang penting yaitu monosakarida,
disakarida dan polisakarida. Polisakarida merupakan kelompok karbohidrat yang
paling banyak terdapat di alam. Polisakarida merupakan senyawa makromolekul
yang terbentuk dari banyak sekali satuan (unit) monosakarida. Jumlah
polisakarida ini terdapat jauh lebih banyak dari oligosakarida maupun monosakarida.
Sebagian dari polisakarida membentuk struktur tanaman yang tidak dapat
larut misalnya selulosa dan hemiselullulosa. Sebagian lain membentuk senyawa
cadangan pangan berbentuk pati dalam tanaman, glikogen pada sel-sel hewan.
Karbohidrat cadangan pangan tersebut larut dalam air. Kelompok polisakarida
lain berbentuk gum, pektin dan derivat-derivat lainnya.
Bentuk yang paling umum dari golongan oligosakarida adalah disakarida yang
terdiri dari dua unit monosakarida yang terjadi dari proses kondensasi dari dua
molekul monosakarida. Contoh yang paling umum dari disakarida ini adalah
sukrosa atau sakarosa. Oligosakarida yangmengandung tiga, empat atau lebih unit
monosakarida sangat jarang terdapat di alam. Bahan monosakarida yang terdapat
dalam perdagangan umumnya dibuat melalui proses hidrolisa bahan polisakarida.
Bahan monosakarida untuk makanan dan obat-obatan misalnya glukosa, fruktosa
sering dibuat dar jagung, ketela dan sebagainya. Mono dan
disakarida pada umumnya disebut gula-gula atau sugars.
Sifat-sifat karbohidrat
Mono dan disakarida memiliki rasa manis, oleh sebab itu golongan ini
disebut gula. Glukosa (gula anggur) dan fruktosa (gula buah) adalah contoh
monosakarida yang banyak dijumpai di alam. Sukrosa (gula tebu, gula bit) dan
laktosa (gula susu) adalah kelompok disakarida yang juga manis. Rasa
manis dari gula-gula ini disebabkan oleh gugus hidroksil-nya. Trihidroksida
(gliserol) dan oligo-hidroksi lainnya juga berasa manis. Sedangkan polisakarida
tidak terasa manis karena molekulnya sedemikian besarnya sehingga tidak dapat
masuk ke dalam sel-sel kuncup rasa yang terdapat dipermukaan ujung lidah.
Semua jenis karbohidrat baik mon-, di-, maupun polisakarida akan berwarna
merah bila larutannya dalam air dicampur dengan beberapa tetes larutan α-naphtol
(dalam alkohol) dan kemudian dialirkan dalam asam sulfat pekat dengan hati-hati
sehingga tidak tercampur. Warna merah akan tampak pada bidang batas antara
campuran karbohidrat dengan α -naphtol dan asam sulfat pekat. Sifat ini dipakai
sebagai dasar uji kuantitatif adanya karbohidrat dan dikenal sebagai uji
Mulisch
Warna biru kehijauan akan timbul apabila larutan karbohidrat dicampur
dengan asam sulfat dan anthrone. Warna ini timbul karena terbentuknya furfural
dan hidroksi furfural sebagai senyawa derivat dari gula-gula
Bahan percobaan :
Biji-bijian,
sayuran, buah-buahan dan umbi-umbian
Alat percobaan
Alat gelas, pipet
ukur, spektofometer
Percobaan 1. Penentuan Gula total dengan spektofometer metode Antrone
Prinsip : Karbohidrat
oleh asam sulfat dihidrolisis menjadi
monosakarida. Monosakarida mengalami dehidrasi oleh asam sulfat menjadi
HMF/furfural. HMF/furfural bereaksi dengan anthrone (9,10-dihidro-9-oxoanthrasene) membentuk warna spesifik biru
kehijauan. Kelemahan: semua Karbohidrat (tidak hanya monoskarida)
terdeteksi. Komponen HMF/furfural dalam
bahan dapat mengganggu analisis seperti pada madu
Prosedur : Tahap
analisis pada sampel bermula dari Penghilangan komponen pengganggu. Gula
diekstrak dengan alkohol dalam kondisi basa, kemudian dilakukan penjernihan
dengan penghilangan kekeruhan yang dapat mengganggu peneraan dengan spektro,
selanjutnya dilakukan kuantifikasi kadar gula
Pereaksi :
- Pereaksi anthrone 0,1% dalam asam sulfat pekat (dibuat pada waktu akan digunakan)
- Larutan glukosa standar 0,2 mg/ml. Larutan 200 mg glukosa dalam 100 ml aquades. Ambil 10 ml encerkan menjadi 100 ml (1 ml = 0,2 mg glukosa)
Cara Kerja :
A.
Pembuatan kurva Standar
- pipet ke dalam tabung reaksi 0,0 (blanko), 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 ;1 ml larutan glukosa standar tambahkan akuades sampai total volume masing-masing tabung 1 ml
- tambahkan dengan cepat 5 ml pereaksi Anthrone ke dalam masing-masing tabung reaksi di lemari asam
- tutup tabung reaksi dan campur merata menggunakan vorteks
- tempatkan dalam water bath 100oC selama 12 menit
- dinginkan dengan cepat menggunakan air mengalir
- pindahkan dalam kuvet dan baca absorbansinya pada 630 nm lalu dibuat hubungan antara absorban dan mg glukosa
B.
Penetapan Gula pada Sampel
Persiapan sampel untuk penetapan gula
1. timbang
sampel 20-30 g, tambahkan alkohol 80% dengan perbandigan 1 :1
2. hancurkan
bahan dengan waring blender sampai semua gula terekstrak
3. saring
sampel dengan menggunakan kapas. Sisa padatan pada kapas dicuci dengan alkohol
80% sampai seluruh gula terlarut.
4. pH
filtrat diukur, jika asam tambahkan CaCO3 sampai cukup basa. Filtrat
dipanaskan pada penangas air 100oC selama 30 menit saring
kembali dengan menggunakan kertas saring Whatman No 2
5. Hilangkan
alkohol dengan memanaskan filtrat pada penangas air yang suhunya dijaga ± 85
oC jika akan kering tambahkan air dengan volume tertentu dan kocok agar
tercampur merata, tambahkan Pb Asetat jenuh jika perlu. Larutan siap digunakan.
6. Masukkan
1 ml sampel (dari persiapan sampel) ke dalam tabung reaksi
7. Selanjutnya
lakukan tahap A2 sampai A6 (seperti pada pembuatan kurva standar)
8. Tentukan
konsentrasi gula total dalam sampel dengan menghubungkan dengan kurva standar
Percobaan 2. Penentuan Serat Kasar
Serat kasar adalah Kompoenen bahan
pangan yang tidak tercerna yang dinyatakan sebagai komponen tidak larut
asam/alkali encer. Residu hasil digesti diantaranya adalah serat kasar yang terdiri dari lignin dan
selulosa.
Prinsip : Komponen dalam sampel yang tidak
larut dalam asam dan alkali encer dengan pemanasan dan pendingin balik dalam
kondisi tertentu, dicuci dan dikeringkan kemudian ditimbang dan dinyatakan
sebagai serat kasar dalam bahan sampel.
Cara Kerja :
1.
Haluskan bahan sehingga dapat melalui ayakan diameter 1
mm dan campurlah baik-baik. Kalau bahan tak daat dihalsukan, hancurkan sebaik
mungkin
2.
Timbang 2 g bahan kering pindahkan bahan ke dalam
erlenmeyer 600 ml. Kalau ada tambahkan 0,5 g asbes yang telah dipijarkan dan 3
tetes zat anti buih (antifoaming agent)
3.
Tambahkan 200 ml larutan H2SO4
mendidih (1,25 H2SO4 pekat/100 ml = 0,255 N H2SO4)
dan tutuplah dengan pendinginbalik, didihkan selama 30 menit dengan kadangkala
digoyang-goyangkan.
4.
Saring suspensi melalui kertas saring dan residu yang
tertinggal dalam erlenmeyer dicuci dengan aquades mendidih. Cucilah residu
dalam keras saring sampai air cucian tidak bersifat asam lagi (diuji dengan
kertas lakmus)
5.
Pindahkan secara kuantitatif residu dari kertas saring ke
dalam erlenmeyer kembali dengan spatula, dan sisanya dicuci dengan larutan NaOH
mendidih (1,25 g NaOH/100 ml = 0,313 N NaOH) sebanyak 200 ml sampai semua residu
masuk ke dalam erlenmeyer. Didihkan dengan pendingin balik sambil kadangkala
digoyang-goyang selama 30 menit
6.
Saringlah melalui kertas saring kering yang telah
diketahui beratnya atau krus Gooch yang telah diijarkan dan telah diketahui
beratnya, sambil dicuci dengan larutan K2SO4 10%. Cuci lagi
residu dengan aquades mendidih dan kemudian dengan lebih kurang alkohol 95%
7.
Keringkan kertas saring atau krus dengan isinya pada suhu
110oC sampai berat konstan (1-2 jam), dinginkan dalam desikator dan
timbang
8.
Berat residu = berat serat kasar
Percobaan 3. Penentuan Gula Reduksi dengan Luff Schrool
Prinsip : gula dalam sampel direaksikan dengan
Luff Schrool berlebih, kelebihan Luff Schrool dititrasi dengan larutan baku
Na-thiosulfat. Pada penentuan gula metode Luff Schrool, yang ditentukan bukan
Cupro-oksida yang mengendap, tetapi dengan menentukan Cupri-oksida dalam
larutan sebelum direaksikan dengan gula reduksi (titrasi blanko) dam sesudah
direaksikan dengan gula reduksi (titrasi sampel). Penentuannya dengan titrasi
menggunakan Na-thiosulfat. Selisih titrasi blanko dengan titrasi sampel
ekuivalen dengan Cupro-oksida yang terbentuk dan juga ekuivalen dengan jumlah
gula reduksi yang ada di dalam bahan. Reaksi yang terjadi selama penentuan
karbohidrat cara ini, mula-mula Cupro-oksida yang ada dalam reagen akan
membebaskan ion iod dari gara, K-iodida. Banyaknya Iod yang dibebaskan
ekuivalen dengan titrasi menggunakan Na-thiosulfat. Untuk mengetahui bahwa
titrasi sudah cukup maka digunakan indikator amilum. Bila larutan sudah berubah
warna dari biru menjadi putih, berarti menandakan titik akhir titrasi.
Cara kerja :
1.
Timbang bahan padat yang sudah dihaluskan atau bahan cair
sebanyak 2,5 – 25 gram (tergantung bahan), dan pindahkan ke dalam labu takar
100 ml, tambahkan aquades 25 ml. Tabahkan bubur Al(OH)3 atau larutan
Pb-asetat. Penambahan larutan penjernih ini diberikan setetes demi setetes
sampai penetesan reagensia tidak menimbulkan perubahan lagi. Kemudian tambahkan
aquades sampai tanda dan disaring
2.
Filtrat ditampung dalam labu takar 200 ml, untuk
menghilangkan kelebihan Pb ditambahkan Na2CO3 anhidrat
atau K atau Na Oksalat anhidrat secukupnya, kemudian ditambah aquades sampai
tanda, digojog dan disaring. Filtrat bebas Pb bila ditambah Na2CO3
anhidrat secukupnya, kemudian ditambah aquades sampai tanda, digojog dan
disaring. Filtrat bebas Pb bila ditambah Na2CO3 anhidrat
atau K atau Na-oksalat anhidrat atau Na-fosfat akan tetap jernih kemudian
dtambah aquades hingga tanda
3.
Ambil 25 ml filtrat bebas Pb yang diperkirakan mengandung
15-60 mg gula redksi dan ditambahkan 25 ml larutan Luff Schrool dalam
erlenmeyer
4.
Buat blanko yaitu 25 ml larutan Luff Schrool dengan 25 ml
aquades
5.
Setelah ditambahkan beberapa butir batu didih, erlenmeyer
dihubungkan dengan pendingin balik, kemudian didihkan. Diusahakan 2 menit sudah
mendidih, pendidihan dipertahankan selama 10 menit.
6.
Larutan didinginkan dan kemudian ditambah 15 ml KI 20%
dan dengan hati-hati ditambahkan 25 ml asam sulfat 26,5%
7.
Yodium yang dibebaskan dititrasi dengan Na-thiosulfat 0,1
N memakai indikator pati sebanyak 2-3 ml. Untuk memperjelas perubahan warna
pada akhir titrasi maka sebaiknya pati diberikan pada saat titrasi hampir
berakhir.
Perhitungan
Dengan mengetahui
selisih antara titrasi blanko dan sample, maka kadar gula reduksi dalam bahan
dapat dicari dengan menggunakan tabel.
Percobaan 4.
Penentuan Gula Reduksi dengan Nelson-Somogyi
Prinsip : Gula memiliki kemampuan untuk mereduksi
larutan alkali dari Cu, Ag dan Hg, namun yang paling sering digunakan adalah
larutan alkali Cu. Gula pereduksi akan mereduksi ion Cupri (Cu2+) menjadi Cupro
Oksida (Cu2O). Ion Cupro ini kemudian dioksidasi oleh arsenomolibdat
yang membuat larutan menjadi berwarna biru/hijau. Larutan kemudian diukur nilai
absorbansi nya menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 540nm.
Kepekatan warna sebanding dengan jumlah gula reduksi yang ada pada sampel.
Cara Kerja :
A.
Pembuatan Kurva Standar
1.
Buat larutan glukosa standar (10mg glukosa/100 mL)
2.
Dari larutan glukosa standar tersebut dilakukan 6 kali
pengenceran sehingga diperoleh larutan glukosa dengan konsentrasi 2,4,6,8,10
mg/100 mL
3.
Siapkan 7 buah tabung reaksi bersih, masing-masing diisi
dengan 1 mL larutan glukosa standar tersebut. 1 tabung diisi 1 mL akuades
sebagai blanko
4.
Tambahkan ke dalam masing-masing tabung tersebut pereaksi
nelson dan dipanaskan pada penangas air mendidih selama 20 menit
5.
Dinginkan pada air mengalir, sampai mencapai suhu 250C
6.
Ditambahkan 1 mL reagen arsenomolibdat, tabung digojog
sampai semua endapan Cu2O larut kembali
7.
Tambahkan 7 mL akuades lalu diukur absorbansi nya
menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 540nm
B.
Penentuan Gula reduksi Contoh
1.
Timbang sampel 20-30 g, tambahkan alkohol 80% dengan
perbandigan 1 :1
hancurkan
bahan dengan waring blender sampai semua gula terekstrak
2.
Saring sampel dengan menggunakan kapas. Sisa padatan pada
kapas dicuci dengan alkohol 80% sampai seluruh gula terlarut.
3.
pH filtrat diukur, jika asam tambahkan CaCO3
sampai cukup basa. Filtrat dipanaskan pada penangas air 100oC selama
30 menit saring kembali dengan menggunakan kertas saring Whatman No 2
4.
Hilangkan alkohol dengan memanaskan filtrat pada penangas
air yang suhunya dijaga ± 85 oC jika akan kering tambahkan air
dengan volume tertentu dan kocok agar tercampur merata, tambahkan Pb Asetat
jenuh jika perlu. Larutan siap digunakan.
5.
Masukkan 1 ml sampel (dari persiapan sampel) ke dalam
tabung reaksi
- Selanjutnya lakukan tahap B4 sampai B7 (seperti pada pembuatan kurva standar)
- Tentukan konsentrasi gula total dalam sampel dengan menghubungkan dengan kurva standar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar