Tujuan Percobaan
Mahasiswa diharapkan dapat
memahami cara menganalisis kadar air pada bahan hasil pertanian dan pangan.
Pendahuluan
Air merupakan suatu
konstituen dari beberapa bahan pangan. Air berada dalam bentuk intraseluller
atau merupakan komponen ekstraseluler dalam sayur-sayuran dan produk hewani,
yang merupakan medium disperse atau solvent di dalam berbagai produk, juga
merupakan fase disperse produk-produk emulsi seperti mentega, margarine dan
sejumlah produk makanan yang lain. Air merupakan konstituen yang sangat penting
didalam bidang pangan yang telah diketahui karena adanya sifat dan perilaku
yang sangat diperlukan. Jumlah air dalam bahan pangan akan sangat diperlukan.
Jumlah air dalam bahan pangan akan sangat mempengaruhi kerusakan pangan akibat
reaksi kimia dan mikrobiologis. Penghilangan air (pengeringan) dan pembekuan air
merupakan metode pengawetan hasil pertanian yang sangat penting. Kadar air (water content
atau moisture content) menunjukkan jumlah air
yang ada di dalam
produk pangan.
Sifat fisik air
dan es
Beberapa sifat fisik air dan es merupakan keadaan yang eksepsional.
Informasi sifat fisik air telah diutarakan oleh Perry (1963) dan
Landolt-Bornstein (1923) nilai kalori yang tinggi dari air merupakan sifat
fisik yang sangat penting dalam proses pengolahan pangan seperti pembekuan dan
pengeringan. Perbedaan densitas air dan es yang
nyata menyebabkan kerusakan hasil pertanian ketika dilakukan pembekuan.
Perubahan densitas air berkaitan dengan perubahan suhu, sehingga menghasilkan
tekanan di dalam pembekuan hasil pertanian. Sejak zat padat kehilangan sifat
elastis dari pada zat setengah padat, kerusakan struktur disebabkan oleh
fluktuasi suhu.
Dalam bentuk es, masing-masing molekul H2O diikat oleh empat
ikatan dengan molekul sekitarnya. Energi ikatan dari ikatan hydrogen pada es
besarnya 5 kkal per mol (Pauling, 1960). Perbedaan kekuatan interaksi yang
terjadi antara OH dan NH antara berelektronegatif kecil dan kuat seperti pada O
dan N. reaksi ini untuk asosiasi yang kuat di dalam alkohol, asam lemak dan amin
dan afinitas yang besar dalam air. Pada perbandingan antara sifat air dengan
hydratnya dari elemen oksigen yang dekat di dalam tabel periodik (CH4, NH3, HF, DH3,
H4S, HCl) menunjukkan bahwa nilai konstanta fisik air tidak rendah
seperti titik meleleh atau titik lebur, titik didih, kapasitas panas, panas
laten difusi, panas laten penguapan, tegangan permukaan dan konstanta
dielektrik.
Berdasarkan keterikatannya, Air dalam produk pangan dapat dibedakan menjadi
tiga yaitu :
1.
Air bebas (free water).
Terdapat dalam permukaan bahan atau pori-pori bahan pangan yang tidak
terjadi ikatan secara kimia. Air ini mudah diuapkan (vaporable water). Bila air
bebas diuapkan seluruhnya , kadar air bahan berkisar 12%-25% tergantung jenis
bahan dan suhu pengeringan/penguapan. Contoh : Air yang terdapat pada permukaan
bahan pangan yang baru dicuci, sebagai air bebas dalam jambu air, dsb.
2.
Air yang terikat secara fisik.
Merupakan air bahan yang terdapat dalam jaringan matriks bahan (tenunan
bahan) karena adanya ikatan-ikatan fisik, terdiri dari :
- Air terikat menurut sistem kapiler
- Air Absorpsi
- Air yang terkurung di antara tenunan bahan karena ada hambatan mekanis.
Ketiga jenis air terikat ini bila teruapkan, menjadi bahan yang tidak mengandung air, sering disebut sebagai bahan kering.
Ketiga jenis air terikat ini bila teruapkan, menjadi bahan yang tidak mengandung air, sering disebut sebagai bahan kering.
3. Air terikat secara kimia.
Untuk mengeluarkan air ini perlu energi yang besar. Bila air ini
dihilangkan, mikroorganisme, reaksi pencoklatan, hidrolisis, oksidasi lemak
dapat dikurangi. Jika air ini dihilangkan semuanya, kadar air bahan sekitar
3-7%. Air bahan yang terikat secara kimia adalah :
1.
Air yang terikat sebagai kristal, atau kristal yang
mengikat molekul air, misalnya NaClxH2O, CuSO4xH2O
2.
Air yang terikat dalm sistem dispersi koloidal, terdiri
dari partikel-partikel yang bentuk dan ukurannya beragam. Partikel-partikel
tersebut bermuatan listrik positif atau negatif sehingga dapat menarik partikel
yang berlawanan.
3.
Menurut Winarno dan Fardiaz (1973), air mempunyai panas
jenis dan panas laten yang relatif besar dibandingkan dengan benda-benda
lainnya.
4.
Panas jenis air 1.02Btu/lb/oF, yaitu jumlah panas yang
diperlukan untuk menaikan suhu 1 lb air sebanyak 1oF.
5. Panas laten penguapan air adalah 971 Btu/lb yaitu
jumlah panas yang diperlukan untuk mengubah 1 lb air menjadi uap pada suhu
titik didih air (100oC).
Kadar air suatu
bahan dapat dinyatakan dalam dua cara yaitu berdasarkan bahan kering (dry
basis) dan berdasarkan bahn basah (wet basis). Kadar air secara dry basis adalh
perbandingan antara berat air di dalam bahan tersebut dengan berat keringnya.
Bahan kering adalah berat bahan asal setelah dikurangi dengan berat airnya.
Sedangkan kadar air secara wet basis adalah perbandingan antara berat air di
dalam bahan tersebut dengan berat bahan mentah.
Contoh : suatu bahan yang beratnya 20 gram terdiri dari
air (W) sebanyak 4 gram dan sisanya berupa bahan kering (D) sebanyak 16 gram.
Maka kadar air bahan tersebut dapat dihitung sebagai berikut :
Kadar air dry basis = (W/D) x 100 %
= (4/16) x 100 %
= 25%
Kadar air wet basis = (W/(W+D)) x 100 %
= (4/(4+16)) x 100 %
= 20%
Kadar air dry basis = (W/D) x 100 %
= (4/16) x 100 %
= 25%
Kadar air wet basis = (W/(W+D)) x 100 %
= (4/(4+16)) x 100 %
= 20%
Penentuan kadar air pada hasil pertanian dan dalam bahan pangan dapat
ditentukan dengan berbagai cara antara lain : metode pengeringan, metode
distilasi, kimia, fisik dan metode khusus misalnya dengan kromatografi, nuclear
magnetic resonance. Penentuan kadar air dengan cara pemanasan dapat dilakukan
menggunakan oven biasa atau oven vakum. Pemilihan jenis oven dalam metoda
pengeringan ditentukan oleh jenis bahan yang akan dianalisa.
Percobaan 1. Penentuan kadar air cara pemanasan oven
biasa
Prinsip : menguapkan air
pada bahan dengan menggunakan oven suhu 100-1020C sampai berat
konstan
Sampel : produk hasil pertanian padat dan detengah
padat yang tidak mempunyai sifat kimia dan sifat fisik yang spesifik.
Prosedur : sampel dihancurkan, ditimbang tepat (1-2g)
lalu dimasukkan ke dalam oven sampai berat bahan konstan.
Cara Kerja :
1. Buatlah
bahan menjadi bubuk atau bahan dihaluskan
2.
Timbanglah botol timbang dan catatlah beratnya
3.
Timbanglah contoh
yang telah berupa bubuk ke dalam botol timbang sebanyak 1-2 gram
4.
Keringkan botol timbnag yang telah diisi sample dalam
oven pad suhu 100-105oC selama 3-5 jam atau lebih tergantung bahan
yang dianalisa
5.
Botol timbang didinginkan dalam eksikator kemudian
ditimbang
6.
Panaskan lagi botol timbang selama 30 menit dan kemudian
dinginkan dalam eksikator dan setelah dingin ditimbang. Perlakuan ini
diulang-ulang sampai memperoleh berat konstan (selisih penimbangan secara
berurutan setelah dipanaskan selama 30 menit kurang dari 0,2 mg)
kadar air =
Percobaan
2. Penentuan
kadar air cara pemanasan oven vakum
Prinsip
: menguapkan air pada bahan yang mempunyai sifat
spesifik (mempunyai pectin, gula, protein dan lemak tinggi) pada suhu rendah
dengan tekanan di bawah 1atm hingga berat bahan konstan.
Sampel
: produk pertanian yang mempunyai sifat
spesifik, missal nangka, papaya, jambu, bakso, dll.
Prosedur
: Sampel dihancurkan,
ditimbang tepat (1-2g), dikeringkan pada oven vakum suhu 60-700C,
pada tekanan +/- 25 mmHg, selama sekitar 6 jam atau sampai berat bahan konstan
Cara
Kerja :
1. Buatlah
bahan menjadi bubuk atau bahan dihaluskan
2.
Timbanglah botol timbang dan catatlah beratnya
3.
Timbanglah contoh yang telah berupa bubuk ke dalam botol
timbang sebanyak 1-2 gram
4.
Keringkan botol timbnag yang telah diisi sample dalam
oven pad suhu 60-70oC selama 6 jam atau lebih tergantung bahan yang
dianalisa
5.
Botol timbang didinginkan dalam eksikator kemudian
ditimbang
6.
Panaskan lagi botol timbang selama 30 menit dan kemudian
dinginkan dalam desikator dan setelah dingin ditimbang. Perlakuan ini
diulang-ulang sampai memperoleh berat konstan (selisih penimbangan secara
berurutan setelah dipanaskan selama 30 menit kurang dari 0,2 mg)
kadar air =
Percobaan
3. Penentuan kadar air cara distilasi toluene
Prinsip
: air dalam bahan disuling dengan menggunakan
pelarut organic. Titik didih pelarut organic lebih tinggi dibandingkan dengan
air dan berat jenis air lebih besar dibandingkan dengan pelarut organic,
sehingga air berada di lapisan bawah dan dapat dibaca skala volumenya.
Sampel
: bahan yang mengandung senyawa volatile, bahan
dengan kadar air rendah dan memiliki kandungan lemak yang tinggi.
Prosedur
: Sampel dihancurkan,
tidak boleh berbentuk gumpalan besar, lebih baik sampel disaring dengan mesh
yang halus agar kontak permukaan bahan dengan toluene lebih besar, sehingga air
akan mudah menguap. Hasil penguapan air melalui konsensor akan mengembun,
demikian seterusnya sampai tidak ada air pada bahan.
Cara
Kerja :
1.
Timbanglah
bahan pada yang telah dipotong kecil-kecil atau berupa bubuk secukupnya yaitu
kurang lebih mengandung air 2-5 ml air
2.
Pindahkan
bahan tersebut dalam labu distilasi dan kemudian tambahkan toluene atau xylene
sebanyak 75-100 ml. pasanglah labu distilasi pada alat distilasi yang telah
dilengkapi alat penampung air seperti Stark-Dean atau Sterling-Bidwel
3.
Aturlah
alat pemanas yang digunakan agar toluene yang
menetes dalam alat distilasi sebanyak 2-3 tetes per menit yang jatuh
dari kondensor
4.
Pemanasan
ini berlangsung sampai air yang tertampung tidak bertambah lagi
5.
Bacalah
volume air
Tidak ada komentar:
Posting Komentar