Tujuan Praktikum :
Mahasiswa mampu menganalisa dan mengevaluasi kadar iodium dalam garam
beriodium yang beredar dipasaran.
Pendahuluan
Tubuh memerukan iodium sekitar 150-200 µg per hari. Kebutuhan ini dapat
dipenuhi dari garam beryodium yang dikonsumsi sehari-hari. Menurut penelitian,
besarnya konsumsi garam pada rata-rata penduduk Indonesia adalah 10 g per hari.
Dari garam sebanyak itu, kemungkinan masukkan iodium dapat mencapai kurang
lebih 237 µg.
Garam beryodium yang beredar dipasaran umumnya memiliki kadar iodium
sebesar 40 ppm sebagai KIO3. namun hal itu bukan berarti bahwa
kandungan iodium garam ang bersangkutan betul-betul 40 ppm karena banyak hal
yang memengaruhinya, antara lain adalah :
1.
Kadar KIO3 dalam garam sangat kecil sehingga
sukar dicapai hasil yang betul-betul homogen
2.
Kondisi KIO3 yang tidak stabil, terutama bila
terdapat zat pereduksi dalam garam yang dapat mengakibatkan terurainya KIO3
dan bebasnya I2 ke udara bebas. Reaksi penguraian tersebut
dipercepat oleh suasana asam yang mungkin tercipta oleh kotoran pada garam.
3.
Garam bersifat higroskopis sehingga pengemasan dan
penyimpanan yang kurang baik dapat merusak garam dan menurunkan kandungan KIO3
nya.
Percobaan 1. Penentuan kadar iodium dalam garam secara
titrimetri
Bahan :
Garam beriodium
dari berbagai merk, Na-thiosulfat 0,05 N, indikator amilum 1%, K-iodida, NaCl
murni, H3PO4 85%
Alat
Alat-alat gelas untuk analisis
(erlenmeyer, buret, pipet, pengaduk, beker glass, dll)
Cara kerja :
1.
Garam sebanyak 25 g dilarutkan dalam air 125 ml dan
ditambah 2 ml H3PO4 85% serta 0,1 g KI dan 2 ml larutam
amilum 1%.
2.
Larutan segera dititrasi dengan Na-thiosulfat 0,05 N
hingga berwarna biru tepat hilang
3.
Buat pula percobaan blanko dengan menggunakan 25 g NaCl
murni sebagai sampel. Titrasi menggunakan Na-thiosulfat dilakukan jika timbul
warna biru.
Percobaan 2. Penentuan kadar iodium dalam garam secara
spektrofometri
Bahan :
Larutan buffer
asetat pH 4,2; larutan kadmium iodida (CdI) 5%, larutan amilum 0,5%, K-iodat
(KIO3), garam dapur beryodium.
Cara kerja :
a. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
1.
Timbang 2 K-iodat, dilarutkan dalam 1 liter aquades
(hasil : larutan KIO3 2000 ppm)
2.
Ambil 1 ml larutan 2000 ppm dan tambahkan aquades sampai
mencapai 500 ml (hasil : larutan KIO3 4 ppm).
3.
Siapkan 3 tabung reaksi. Ke dalam 2 tabung reaksi
dimasukkan larutan KIO3 4 ppm
sebanyak 8 ml, sedangkan tabung ke 3 diisi 8 ml aquades sebagai blanko.
4.
Tambahkan 1 ml larutan amilum 0,5% ke dalam masing-masing
tabung dan homogenkan menggunakan vortex
5.
Tambahkan 1 ml larutan kadmium iodida 5% dan ditutup.
Larutan digoyang secara hati-hati selama beberapa detik dan biarkan dalam
tempat gelap selama 30 menit.(didinginkan dalamlemari es). Besarnya pH diatur
dengan menambahkan buffer asetat sampai pH 4,2.
6.
Ukur absorbansi larutan pada panjang gelombang 405-650.
amati panjang gelombang dengan nilai absorbansi maksimum.
b. Pembuatan Kurva Standar
- Siapkan 10 tabung reaksi, masing-masing isi dengan larutan KIO3 4 ppm sebanyak 0; 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5; 3; 3,5; 4; 4,5 ml kemudian tambahkan aquades ke masing-masing tabung hingga mencapai 8 ml.
- Tambahkan 1 ml amilum 0,5% homogenkan dengan vortex
- Tambahkan 1 ml Kadmium iodida 5%, tutup dan goyangkan dengan hati-hati selama beberapa detik dan biarkan dalam ruang gelap selama 30 menit (lemari es). Atur pH menjadi 4,2 dengan menambahkan buffer asetat.
- Ukur absorbansi pada panjang gelombang maksimum (dari tahap a) dan buat hubungan antara absorbansi dan konsentrasi iodat.
c. Analisis sampel
- Timbang 5 gram sampel larutkan dalam 100 ml aquades, lakukan penyaringan
- Masukkan 8 ml filtrat tambahkan 1 ml larutan amilum 0,5% campur dengan baik
- Lakukan prosedur selanjutnya sama seperti pada pembuatan kurva standar, hubungankan hasilnya dengan kurva standar yang telah dibuat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar