Tujuan Praktikum
Mahasiswa diharapkan dapat memahami cara menganalisis kadar abu dan mineral
dalam bahan hasil pertanian dan pangan.
Pendahuluan
Kadar abu merupakan residu anorganik bahan setelah proses dekstrusi bahan
organik dengan asam kuat. Kadar abu tidak selalu mewakili kadar mineral dalam
bahan, disebabkan sebagian mineral rusak dan menguap atau saling bereaksi satu
dengan lainnya selama pengabuan pada suhu yang amat tinggi. Perlakuan
pendahuluan pada sampel untuk analisa kadar mineral dilakukan sistem pengabuan
secara kering (dry ashing) atau basah
(wet ashing).
Pada pengabuan kering, untuk mempercepat pengabuan bisa ditambahkan sedikit
glyserin atau alkohol, H2O2, namun amonium nitrat tidak boleh dipakai karena
dapat menyebabkan percikan-percikan selama pengabuan, sehingga sebagian abu
lenyap. Pengabuan kering dilakukan pada suhu tidak lebih dari 5500C
sampai abu berwarna putih (waktu bisa 24jam). Pengabuan kering dilakukan untuk
analisa mineral kecuali As dan Hg.
Pada pengabuan kering, sebanyak 3-5 g sampel ditimbang dan di-abu-kan pada
suhu rendah beberapa jam, lalu diambil, didinginkan dan ditambah 1-2 mL HNO3
pekat, dimasukkan kembali ke dalam muffle sampai pengabuan sempurna (abu
berwarna putih). Cawan porselen kemudian diambil, didinginkan dalam desikator
dan ditimbang berat abu nya. Abu yang dihasilkan ditambahkan HCl encer (1:1),
dipanaskan dalam water bath, filtrat disaring menggunakan kertas saring. Residu
dibilas dengan HCl encer. Filtrat kemudian diencerkan sampai tanda tera pada
labu ukur (100mL) dengan akuades. Sampel siap dianalisa kadar mineral nya
menggunakan AAS (Atomic
Absorption Spectrophotometry), Flame Photometry, atau titrasi permanganometri
untuk Ca.
Pada pengabuan basah, sebanyak 3-5 g sampel ditimbang dan dimasukkan dalam
labu kjeldahl, ditambahkan H2SO4 dan HNO3
pekat sekitar 10mL, larutan dipanaskan sampai larutan jernih, diencerkan dengan
akuades dan dipanaskan lagi. Pengabuan basah dilakukan tanpa menggunakan tanur.
Biasa digunakan untuk
penentuan mineral trace dan beracun. Kelebihan: lebih singkat, kerusakan
mineral minimal. Filtrat digunakan untuk penentuan jenis mineral
Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik.
Kandungan komposisinya tergantung pada macam bahan dan cara pengabuannya. Kadar
abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan, hal ini dapat dibagi menjadi
dua macam garam yaitu garam organik dan garam anorganik..
Tubuh tidak mampu mensintesa mineral sehingga unsur mineral harus
disediakan lewat makanan. Mineral merupakan unsur essensial bagi fungsi normal
sebagian enzim dan sangat penting dalam pengendalian komposisi cairan tubuh.
Mineral yang terlibat dalam berbagai proses yaitu Cu, Za, I, Co, Mn, Mg, Kr,
selenium. Banyak mineral dalam makanan berbentuk garam.
Acara 1 : Penetapan Total Abu
Alat : muffle
(tanur pengabuan), cawan pengabuan, penjepit cawan
Cara kerja :
1.
Siapkan cawan pengabuan, kemudian masukkan dalam oven
panaskan selama 1 jam, dinginkan dalam desikator selama 15 menit, dan timbang.
2.
Timbang bahan sebanyak 3-5 g dalam cawan tersebut,
kemudian letakkan dalam tanur pengabuan (muffle), bakar sampai didapat abu
berwarna abu-abu.
3.
Dinginkan dalam desikator, kemudian timbang.
Perhitungan :
Acara 2 : Penetapan Kadar Kalsium
Bahan :
Ammonium oksalat
jenuh, indikator MM, asam asetat encer (1+4), asam sufat encer (1+4), ammonium
hidroksida (1+4), KMnO4 0,01 N
Cara kerja :
1.
Timbang bahan dan lakukan pengabuan (cara kerja sama
dengan acara 1)
2.
Tutup cawan dengan gelas arloji, perlahan-lahan tambahkan
40-50 ml HCl encer (1+1).
3.
Panaskan cawan di atas water bath selama 30 menit, angkat
tutupnya dan bilas. Lanjutkan pemanasan selama 30 menit.
4.
Tambahkan 10 ml HCl (1+1) dan air untuk melarutkan
garam-garam.
1.
Saring menggunakan kertas saring Whatman No. 44, masukkan
filtrat ke dalam labu takar 100 ml
2.
Bilas residu yang tertinggal dalam cawan 1-2 kali
menggunakan HCl (1+1) kemudian cuci residu yang tertinggal dalam kertas saring
menggunakan HCl (1+1) juga.
3.
Ambil 10-100 ml filtrat, masukkan ke dalam gelas ukur 250
ml.
4.
Tambahkan 10 ml larutan ammonium oksalat jenuh dan 2
tetes indikator MM
5.
Buat larutan menjadi sedikit basa dengan menambahkan ammonia
encer kemudian buat larutan menjadi sedikit asam dengan menambahkan beberapa
tetes asam asetat sampai berwarna merah muda (pH 5)
6.
Panaskan larutan sampai mendidih, kemudian diamkan selama
4 jam
7.
Saring menggunakan kertas saring Whatman No.42 dan bilas
dengan aquades sampai bebas oksalat
8.
Pindahkan endapan dengan H2SO4
encer (1+4) panas ke dalam gelas piala bekas tempat mengendapkan kalsium.
Kemudian bilas satu kali lagi dengan air panas
9.
Selagi panas (70-80oC) titrasi dengan larutan
KMnO4 0,01 N sampai larutan berwarna merah jambu permanen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar