Jumat, 25 Mei 2012

BAB VI. VITAMIN


BAB VI. VITAMIN


Tujuan percobaan
Setelah mempelajari teori dan melaksanakan praktek, mahasiswa diharapkan dapat memahami cara menganalisis kadar vitamin dalam bahan hasil pertanian dan pangan.
Dasar percobaan
Vitamin merupakan komponen minor dari makanan yang mempunyai peranan sangat penting dalam nutrisi manusia. Beberapa vitamin tidak stabil pada kondisi pengolahan dan penyimpanan sehingga perlu dipertimbangkan dalam pengolahan makanan vitamin sintetik digunakan secara ekstensif mencegah kehilangan dan untuk menyimpan kembali vitamin yang ada dalam makanan. Vitamin biasanya dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam minyak. Vitamin terdapat dalam berbagai macam makanan dan hasil pertanian yang berkaitan dengan kelarutannya dalam air atau dalam lemak. Beberapa vitamin berfungsi sebagai koenzim, sehingga apabila tidak ada enzim akan tidak efektif sebagai biokatalisator. Koenzim merupakan bentuk vitamin yang mengalami posporisasi dan berperanan dalam metabolisme lemak, protein dan karbohidrat. Beberapa vitamin terdapat dalam makanan sebagai provitamin yaitu komponen yang bukan vitamin tetapi dapat dirubah oleh tubuh menjadi vitamin.
Kekurangan vitamin dalam waktu yang lama dapat menimbulkan penyakit. Demikian juga apabila terjadi over dosis juga dapat menimbulkan efek keracunan khususnya vitamin yang larut dalam lemak. Adanya informasi ini maka penambahan vitamin dalam makanan harus dikendalikan dan dikontrol dengan hati-hati. Pada umumnya vitamin dapat diperoleh dari makanan yaitu daging, burung, ikan dan biji-bijian mengandung tiamin, riboflavin, niasin, pridoksi, asam pantotenat,biotin dan vitamin B12.
Percobaan 1. Analisa Vitamin C metode titrasi yodium
Bahan percobaan
Buah jambu, jerukm sirsat, amilum, iodin
Alat percobaan
Pompa vakum, krus Goch, timbangan analitik,waring blender, alat gelas

Prinsip Analisa : Yodium sebagai oksidator mengoksidasi vitamin C sebagai reduktor. Sesudah vitamin C dalam sampel habis teroksidasi, kelebihan yodium akan segera terdeteksi dengan indikator amilum yang dalam suasana basa berwarna biru muda.
Prosedur percobaan
a.    Timbang 10 gram bahan dan dihancurkan dengan waring blender sampai terbentuk slury
b.    Timbang 2 gram slury dimasukkan dalam labu takar 100 ml dan tambahkan aquades sampai tanda
c.    Saring dengan krus Goch atau dengan sentrifuge untuk memisahkan filtratnya
d.    Ambil 2,5 ml filtrat dengan gondok dan masukkan masukkan dalam erlenmeyer 125 ml
e.    Tambahkan 3 tetes larutan amilum 1% dan aquades 20 ml
f.      Titrasi dengan 0,01 N standar iodium
g.    1 ml 0,01 N iodium = 0,88 mg asam askorbat

Percobaan 2. Analisis Vitamin B2
Bahan percobaan
Beras, jagung, gandum, susu, telur, amilum, iodium
Alat percobaan :
Waring blender, krus Goch, pompa vakum, timbangan analitik, alat gelas
Prosedur percobaan
1.    Ambil 10 ml susu dalam erlenmeyer dan tambahkan 25 ml HCl 0,1 N. Gojog baik-baik dan panaskan dalam autoklaf selama 30 menit
2.    Dinginkan dan atur dengan 1 N NaOH sehingga pH menjadi 6,0 dijaga harus konstan
3.    Asamkan kembali dengan asam klorida 1 N sehingga pH menjadi 4,5 kemudian pindahkan suspensi secara kuantitatif ke dalam labu takar 100 ml dan kemudian tambah aquades sampai tanda
4.    Saring dengan kertas Watman no 42.
5.    Ambil filtrat yang jernih dan masukkan dalam kuvet. Tera dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 440-440 nm dan catat transmittancenya atau absorbansinya
6.    Buat kurva standar guna menentukan jumlah vitamin B dalam sampel

Percobaan 3. Analisis Vitamin B1
Prinsip Analisa : vitamin B1 atau Thiamin dalam bahan makanan secara alamiah berada dalam keadaan bebasa atau terikat sebagai senyawa kompleks dengan protein, fosfor-protein, atau sebagai ester dengan asam pirofosfat. Dalam larutan netral atau alkali, thiamin mudah sekali mengalami kerusakan, tetapi dalam keadaan asam (pH 3,5) vitamin ini tahan panas sterilisasi sampai suhu 1200C. Penentuan thiamin berdasarkan oksidasi thiamin  oleh Kalium Ferri Sianida menjadi thioochrome, yaitu senyawa turunan thiamin yang dapat berpendar (fluoresensi) biru pada panjang gelombang 436nm yang diukur dengan spektrofotometri. Apabila bebas dari gangguan senyawa berpendar lain, maka tingkat fluoresensi thiamin proporsional dengan kadarnya.
Prinsip kerja :
1.    Ekstraksi sampel : sampel dihaluskan, didekstrusi dalam suasana asam encer dan dipanaskan untuk membebaskan thiamin
2.    Fase pemisahan kolom kromatografi : filtrat mengandung thiamin dituangkan dalam kolom kromatografi berisi zeolit. Kemudian dicuci dengan KCl panas, filtrat ditampung dan dibuat basa dengan NaOH, lalu ditetesi oleh larutan 1% K3Fe-Sianida. Ditambahkan n-butanol, filtrat bagian atas yang berisi thiochrome berwarna biru segera diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 436nm.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar