BAB VI. VITAMIN
Tujuan percobaan
Setelah mempelajari teori dan melaksanakan praktek, mahasiswa diharapkan
dapat memahami cara menganalisis kadar vitamin dalam bahan hasil pertanian dan
pangan.
Dasar percobaan
Vitamin merupakan komponen minor dari makanan yang mempunyai peranan sangat
penting dalam nutrisi manusia. Beberapa vitamin tidak stabil pada kondisi
pengolahan dan penyimpanan sehingga perlu dipertimbangkan dalam pengolahan
makanan vitamin sintetik digunakan secara ekstensif mencegah kehilangan dan
untuk menyimpan kembali vitamin yang ada dalam makanan. Vitamin biasanya
dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu vitamin yang larut dalam air dan
vitamin yang larut dalam minyak. Vitamin terdapat dalam berbagai macam makanan
dan hasil pertanian yang berkaitan dengan kelarutannya dalam air atau dalam
lemak. Beberapa vitamin berfungsi sebagai koenzim, sehingga apabila tidak ada
enzim akan tidak efektif sebagai biokatalisator. Koenzim merupakan bentuk
vitamin yang mengalami posporisasi dan berperanan dalam metabolisme lemak,
protein dan karbohidrat. Beberapa vitamin terdapat dalam makanan sebagai
provitamin yaitu komponen yang bukan vitamin tetapi dapat dirubah oleh tubuh
menjadi vitamin.
Kekurangan vitamin dalam waktu yang lama dapat menimbulkan penyakit. Demikian
juga apabila terjadi over dosis juga dapat menimbulkan efek keracunan khususnya
vitamin yang larut dalam lemak. Adanya informasi ini maka penambahan vitamin dalam
makanan harus dikendalikan dan dikontrol dengan hati-hati. Pada umumnya vitamin
dapat diperoleh dari makanan yaitu daging, burung, ikan dan biji-bijian
mengandung tiamin, riboflavin, niasin, pridoksi, asam pantotenat,biotin dan
vitamin B12.
Percobaan 1. Analisa Vitamin C metode titrasi yodium
Bahan percobaan
Buah jambu,
jerukm sirsat, amilum, iodin
Alat percobaan
Pompa vakum, krus
Goch, timbangan analitik,waring blender, alat gelas
Prinsip Analisa : Yodium sebagai oksidator
mengoksidasi vitamin C sebagai reduktor. Sesudah vitamin C dalam sampel habis
teroksidasi, kelebihan yodium akan segera terdeteksi dengan indikator amilum
yang dalam suasana basa berwarna biru muda.
Prosedur percobaan
a.
Timbang 10 gram bahan dan dihancurkan dengan waring
blender sampai terbentuk slury
b.
Timbang 2 gram slury dimasukkan dalam labu takar 100 ml
dan tambahkan aquades sampai tanda
c.
Saring dengan krus Goch atau dengan sentrifuge untuk
memisahkan filtratnya
d.
Ambil 2,5 ml filtrat dengan gondok dan masukkan masukkan
dalam erlenmeyer 125 ml
e.
Tambahkan 3 tetes larutan amilum 1% dan aquades 20 ml
f.
Titrasi dengan 0,01 N standar iodium
g.
1 ml 0,01 N iodium = 0,88 mg asam askorbat
Percobaan 2. Analisis Vitamin B2
Bahan percobaan
Beras, jagung,
gandum, susu, telur, amilum, iodium
Alat percobaan :
Waring blender,
krus Goch, pompa vakum, timbangan analitik, alat gelas
Prosedur percobaan
1.
Ambil 10 ml susu dalam erlenmeyer dan tambahkan 25 ml HCl
0,1 N. Gojog baik-baik dan panaskan dalam autoklaf selama 30 menit
2.
Dinginkan dan atur dengan 1 N NaOH sehingga pH menjadi
6,0 dijaga harus konstan
3.
Asamkan kembali dengan asam klorida 1 N sehingga pH
menjadi 4,5 kemudian pindahkan suspensi secara kuantitatif ke dalam labu takar
100 ml dan kemudian tambah aquades sampai tanda
4.
Saring dengan kertas Watman no 42.
5.
Ambil filtrat yang jernih dan masukkan dalam kuvet. Tera
dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 440-440 nm dan catat
transmittancenya atau absorbansinya
6.
Buat kurva standar guna menentukan jumlah vitamin B dalam
sampel
Percobaan 3. Analisis Vitamin B1
Prinsip Analisa : vitamin B1 atau
Thiamin dalam bahan makanan secara alamiah berada dalam keadaan bebasa atau
terikat sebagai senyawa kompleks dengan protein, fosfor-protein, atau sebagai
ester dengan asam pirofosfat. Dalam larutan netral atau alkali, thiamin mudah
sekali mengalami kerusakan, tetapi dalam keadaan asam (pH 3,5) vitamin ini
tahan panas sterilisasi sampai suhu 1200C. Penentuan thiamin berdasarkan
oksidasi thiamin oleh Kalium Ferri
Sianida menjadi thioochrome, yaitu senyawa turunan thiamin yang dapat berpendar
(fluoresensi) biru pada panjang gelombang 436nm yang diukur dengan
spektrofotometri. Apabila bebas dari gangguan senyawa berpendar lain, maka
tingkat fluoresensi thiamin proporsional dengan kadarnya.
Prinsip kerja :
1.
Ekstraksi sampel : sampel dihaluskan, didekstrusi dalam
suasana asam encer dan dipanaskan untuk membebaskan thiamin
2.
Fase pemisahan kolom kromatografi : filtrat mengandung
thiamin dituangkan dalam kolom kromatografi berisi zeolit. Kemudian dicuci
dengan KCl panas, filtrat ditampung dan dibuat basa dengan NaOH, lalu ditetesi oleh
larutan 1% K3Fe-Sianida. Ditambahkan n-butanol, filtrat bagian atas yang berisi
thiochrome berwarna biru segera diukur dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 436nm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar