ANALISIS Cd DAN Cu DENGAN METODE SPEKTROFOMETRI SERAPAN ATOM
ANALISIS Cd
DAN Cu
DENGAN
METODE SPEKTROFOMETRI SERAPAN ATOM
ANNISA
SYABATINI
J1B107032
KELOMPOK 4
PROGRAM
STUDI S-1 KIMIA FMIPA UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
ABSTRAK
Kata Kunci : Spektrofometri Serapan Atom, Larutan standar Cd,
Larutan standar Cu.
Percobaan
menganalisis Cd dan Cu ini, merupakan percobaan yang menggunakan spektrofotometer
serapan atom (AAS). Tujuan yang ingin dicapai pada percobaan ini
adalah untuk menentukan kadar Cd dan Cu pada sampel dengan menggunakan
spektrofometri serapan atom. Spektrofometri serapan atom merupakan salah satu
metode analisis kuantitatif untuk penentuan kadar logam. Pada percobaan
ini, larutan standar Cd dan larutan standar Cu dengan
konsentrasi yang berbeda-beda yang dihasilkan dari pengenceran larutan induk,
akan dianilisis absorbansinya untuk menghasilkan konsentrasi larutan sampel
yang belum diketahui. Kadar Cd dan Cu dalam sampel yang dihasilkan dari
perhitungan yaitu untuk sampel dari sungai Martapura sungai Barito, sungai
Ruin, sumur Mandiangin, sumur Karang Intan, sumur Gambut, sumur Loktabat, sumur
Pelaihari, sumur Coca Cola, sumur Banjarbaru dan sampel x yang mengandung Cd
berturut-turut yaitu -0,1276 mg/L; -0,1229 mg/L; -0,1233 mg/L; -0,1271 mg/L;
-0,1289 mg/L; -0,1207 mg/L; -0,1349 mg/L; -0,1349 mg/L; -0,1319 mg/L dan 0,2025
mg/L. Sedangkan untuk sampel yang mengandung Cu yaitu -0,0539 mg/L; -0,0556
mg/L; -0,0539 mg/L; -0,0539 mg/L; -0,0605 mg/L m; -0,0441 mg/L; -0,0556
mg/L; -0,0474 mg/L; -0,0507 mg/L; -0,0408 mg/L dan 0,119875.
PENDAHULUAN
Keberadaan
Cu di lingkungan perlu mendapat perhatian mengingat kecilnya batas konsentrasi
yang diijinkan. Berdasarkan keputusan menteri negara KLH Kep. 02/ Men-KLH/1998
tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan, keberadaan Cu dalam lingkungan
diharapkan nihil, sedangkan batas maksimal yang diperbolehkan adalah 1 ppm.
Mengingat kecilnya batas konsentrasi yang diperbolehkan dan pengaruh dari
toksisitas logam berat Cu, maka diperlukan adanya metode analisis yang memiliki
ketelitian dan ketepatan tinggi. Metode analisis kuantitatif yang dapat
dilakukan adalah sensor kimia berbasis reagen kering yang dideteksi secara
spektrofotometri. Analisis dilakukan dengan mengukur absorban dari komplek
tersebut pada daerah tampak, sehingga besarnya radiasi sinar tampak yang
diserap akan sebanding dengan konsentrasi analit [1].
Peristiwa
serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhofer, ketika menelaah garis-garis
hitam pada spectrum matahari. Sedangkan yang memanfaatkan prinsip serapan atom
pada bidang analisis adalah seorang Australia bernama Alan Walsh di tahun 1955.
Sebelumnya ahli kimia banyak bergantung pada cara-cara spektrofotometrik
atau metode analisis spektrografik. Beberapa cara ini yang sulit dengan memakan
waktu, kemudian digantikan dengan spektrofotometri serapan atom atau atomic
absroption spectroscopy (AAS) [2].
Spektrofotometri
molekuler pita absorpsi
inframerah dan UV-tampak yang di pertimbangkan melibatkan molekul poliatom,
tetapi atom individu juga menyerap radiasi yang menimbulkan keadaan energi
elektronik tereksitasi. Spectra absorpsi lebih sederhana dibandingakan dengan
spectra molekulnya karena keadaan energi elektronik tidak mempunyai sub tingkat
vibrasi rotasi. Jadi spectra absopsi atom terdiri dari garis-garis yang jauh
lebih tajam daripada pita-pita yang diamati dalam spektrokopi molekul [3].
AAS
didasarkan pada penyerapan energi sinar oleh atom-atom netral dalam keadaan
gas. Sinar yang diserap biasanya sinar tampak / UV. Prinsip AAS secara garis
besar sama dengan spektrofotometer UV-VIS, hanya saja dibedakan atas cara
pengerjaan, cuplikan, peralatan dan bentuk spectrum atom. Untuk analisis
kuantitatif, AAS mengukur kadar total unsur logam dalam satu cuplikan, tidak
bergantung bentuk molekul logam dalam cuplikan[3].
Spektra
absorpsi lebih sederhana dibandingkan dengan spectra molekul karena keadaan
elektronik tidak mempunyai sub tingkatan vibrasi-rotasi. Spectra absorpsi atom
terdiri dari garis-garis yang lebih tajam daripada pita-pita yang diamati dalam spektroskopi molekuler. Absorpsi atom telah
dikenal bertahun-tahun yang lalu. Misalnya garis-garis gelap pada frekuensi
tertentu dalam spectrum matahari yang tanpa garis itu akan kontinu, pertama
kali diperhatikan oleh Wallaston dalam tahun 1802 [4].
Selama
bertahun-tahun detector uap raksa mewakili analitis utama dari absorpi atom.
Tekanan uap raksa logam cukup besar sehingga membahayakan kesehatan dalam ruang
yang ventilasinya tidak memadai. Detector-detektor itu pada dasarnya adalah
spektrofotometer primitive, dimana sumbernya adalah sebuah lampu uap raksa
bertekanan rendah. Atom-atom raksa yang dieksitasi dalam discas listrik dari
lampu itu, memencarkan radiasi bila mereka kembali ketingkatan elektronik yang
lebih rendah. Radiasi itu bukan suatu kontinum melainkan terdiri dari
frekuensi-frekuensi diskrit yang menyatakan transisi elektronik dalam atom
raksa [5].
Spektroskopi
serapan atom (SSA) melibatkan penguapan contoh, seringkali dengan menyemprotkan
suatu larutan contoh ke dalam suatu lampu listrik yang menghasilkan spektrum
dari unsur yang akan ditetapkan. Atom logam bentuk gas normalnya tetap berada
dalam keadaan tek terkesitasi, atau dengan perkataan lain dalam keadaan dasar,
mampu menyerap energi cahaya yang panjang gelombang resonansi yang khas
untuknya, yang pada umumnya adalah panjang gelombang radiasi yang akan
dipancarkan atom-atom itu bila terkesitasi dari keadaan dasar. Jadi, jika
cahaya dengan panjang gelombang resonansi itu dilewatkan nyala yang mengandung
atom-atom yang bersangkutan, maka sebagian cahaya itu akan diserap, dan jauhnya
penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom keadaan dasar yang
berada dalam nyala. Inilah asas yang mendasari spektroskopi serapan atom [5].
Mineral-mineral
bersifat alam terjadi zat anorganik dengan suatu komposisi kimia secara relatif
tetap dan cukup baik dari sifat fisika. Selama periode-periode panjang
berhubungan dengan geologi tidaklah mungkin untuk memperoleh mutlak
mineral-mineral murni tanpa pencemaran, [alat; makna] yang bahwa paling
mineral-mineral berisi unsur pokok ucapan tambahan bahwa mengubah
sebagian dari karakteristik mereka. Ada sejumlah unsur-unsur yang sungguh
dengan mudah yang dapat bertukar tempat, dengan mineral yang itu hasil boleh
menyusun dan menilai ke dalam yang lain [6].
Oleh karena
itu, ada banyak pertimbangan untuk meneliti unsur kelumit di mineral-mineral dierent:
untuk menentukan kemurnian mineral-mineral, dan untuk menentukan
kehadiran dari unsur-unsur penting dan yang sangat jarang yang bisa yang
disadap dan digunakan untuk memperoleh data yang memberi informasi sangat
penting tentang analisis mineral-mineral tersebut yaitu spektroskopi serapan
atom atau atomic absroption spectroscopy (AAS) [6].
METODOLOGI
PERCOBAAN
A. Alat
Alat-alat
yang digunakan pada percobaan ini adalah spektrofotometer serapan atom, labu
ukur 100 ml, kuvet, botol semprot, pipet tetes dan pipet volume 10 ml, 5 ml,
botol sampel.
B. Bahan
Bahan-bahan
yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan standar Cd :
0,2 mg/L, 0,4 mg/L, 0,6 mg/L, 0,8 mg/L dan 1 mg/L, larutan standar Cu 0,5 mg/L,
1 mg/L, 1,5 mg/L, 2 mg/L dan 2,5 mg/L, HNO3 pekat, sampel air
dari air sumur Martapura, air sumur Barito, air sumur kuin, air sumur
mandiangin, air sumur daerah Karang Intan, air sumur daerah Gambut, air sumur
Loktabat, air sumur Pelaihari, air sumur perusahaan Coca-cola, dan air sumur
Banjarbaru, akuades.
C. Cara kerja
1.
Pengenceran Larutan Induk Cd 100 ppm
Mengencerkan Larutan induk Cd 100 mg/L menjadi 10 mg/L
dalam 100 ml larutan. Kemudian membuat larutan standar dari larutan Cd 10 ppm
pada konsentrasi 0,2 ; 0,4 ; 0,6 ; 0,8 dan 1 mg/L yang
diencerkan dengan asam nitrat.
2.
Pengenceran Larutan Induk Cu 1000 ppm
Larutan induk Cu 1000 ppm diencerkan menjadi 100 ppm
dan 10 ppm dalam 100 ml larutan. Kemudian dibuat larutan standar dari larutan
Pb 100 ppm pada konsentrasi 0,5 ; 1 ; 1,5 ; 2 dan 2,5 ppm yang
diencerkan dengan asam nitrat.
3.
Pengukuran Absorbans Dengan AAS
Larutan standar Cd dan larutan standar Cu serta sampel
yang mengandung Cd dan Cu, diukur absorbansnya.
B.
Pembahasan
1. Spektrofotometer
Serapan Atom (AAS)
Prinsip Kerja Instrumen:
Prinsip spektroskopi serapan atom (SSA) yaitu
melibatkan penguapan contoh, seringkali dengan menyemprotkan suatu larutan
contoh ke dalam suatu lampu listrik yang menghasilkan spektrum dari unsur yang
akan ditetapkan. Atom logam bentuk gas normalnya tetap berada dalam keadaan
terkesitasi, atau dengan perkataan lain dalam keadaan dasar, mampu menyerap
energi cahaya yang panjang gelombang resonansi yang khas untuknya, yang pada
umumnya adalah panjang gelombang radiasi yang akan dipancarkan atom-atom itu
bila terkesitasi dari keadaan dasar. Jika cahaya dengan panjang gelombang
resonansi itu dilewatkan nyala yang mengandung atom-atom yang bersangkutan,
maka sebagian cahaya itu akan diserap, dan jauhnya penyerapan akan berbanding
lurus dengan banyaknya atom keadaan dasar yang berada dalam nyala.
2. Pengenceran
Larutan Induk Cd dan Cu
Pada percobaan ini, larutan induk Cd 100 mg/L
diencerkan menjadi 10 mg/L dalam 100 ml larutan dan larutan induk Cu 100 mg/L
diencerkan menjadi 10 mg/L dalam 100 ml larutan. Kemudian dibuat larutan
standar pada konsentrasi yang berbeda-beda yang diencerkan dengan aquades untuk
menganalisis absorbansnya dengan menggunakan AAS. Konsentrasi larutan standar
Cd yaitu 0,2 mg/L, 0,4 mg/L, 0,6 mg/L, 0,8 mg/L dan 1 mg/L. Sedangkan
konsentrasi untuk larutan standar Cu yaitu 0,5 mg/L, 1 mg/L, 1,5 mg/L, 2 mg/L
dan 2,5 mg/L. Fungsi dari larutan standar ini adalah sebagai standar dalam
pengukuran alat yang nantinya hasilnya akan diplotkan pada kurva standar untuk
menentukan nilai regresi dari kurva jika nilai regresi tersebut mendekati 1
maka keakuratan hasil perhitungan yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan
atau jika dilakukan pengulangan akan memiliki hasil yang hampir sama.
Logam-logam yang mudah diuapkan seperti Cd umumnya
ditentukan pada suhu rendah sedangkan untuk unsur-unsur yang tidak mudah
diatomisasikan diperlukan suhu tinggi. Suhu tinggi dapat dicapai dengan
menggunakan suatu oksidator bersama dengan gas pembakar, contohnya atomisasi
unsur seperti Al, Ti, Be tanah jarang perlu menggunakan nyala oksiasetilena
atau nyala nitrogen oksida asetilena sedangkan untuk atomisasi unsur alkali
yang membentuk refraktori harus menggunakan campuran asetilena udara.
3. Pengukuran
absorbansi dengan AAS
Untuk penentuan kadar dari Cd dan Cu dalam
percobaan ini, digunakan instrumen Spektroskopi Serapan Atom (AAS).
Spektroskopi serapan atom menggunakan lampu sesuai panjang gelombang maksimum
yang dapat menyerap sampel secara maksimal. Metode yang digunakan pada AAS,
sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah, sehingga untuk
keperluan analisis ini zat yang ingin dianalisis ditetapkan dalam satuan
ppm. Absorbansi menunjukkan kemampuan sampel untuk menyerap radiasi
elektromagnetik pada panjang gelombang maksimum
Absorbans yang dihasilkan berbanding lurus dengan
konsentrasi larutan standar yaitu semakin besar konsentrasi yang digunakan,
maka absorbansnya juga semakin besar. Setelah didapatkan absorbans dari larutan
standar, maka dibuat grafik hubungan antara konsentrasi dengan absorbans yang
kemudian dihasilkan regresi linear. Nilai regresi linear (R) dapat digunakan
untuk menentukan konsentrasi larutan sampel. Regresi linear yang mendekati 1,
maka absorbans yang dihasilkan sudah cukup baik (mendekati kebenaran). Dari
data larutan standar Cd dan Cu, maka dapat dibuat kurva kalibrasi konsentrasi
versus absorbansi. Dari hasil pengukuran didapat kurva kalibrasi standar
linier, kurva kalibrasi ini nantinya digunakan untuk menentukan konsentrasi
sampel yang terukur sebenarnya dengan menggunakan persamaan regresi linier
yaitu Y = bx + a, maka diperoleh b (Slope) = 0,291 dan a (intersep) = 0,030.
Persamaan linier pada Cd adalah y = 0,291x + 0,030 dimana Y adalah absorbansi
dan X adalah konsentrasi dengan nilai regresi R = 0,995. Sedangkan pada larutan
standar Cu diperoleh b (slope) = 0,153 dan a (intersep) = 0,009 sehingga
didapat persamaan linier untuk Cu adalah y = 0,153x + 0,009 dengan nilai
regresi R = 0,998. Kedua grafik tersebut mendekati linear dengan nilai R
mendekati 1, yang berarti hasil per grafik tersebut sudah memenuhi hukum
Lambert-Beer.
Ditinjau dari hubungan antara konsentrasi dan
absorbansi, maka hukum Lambert-Beer dapat digunakan jika sumbernya adalah
monokromatis. Pada AAS, panjang gelombang garis adsorpsi resonansi identik
dengan garis-garis emisi disebabkan keserasian transisinya. Untuk bekerja pada
panjang gelombang ini diperlukan suatu monokromator celah yang menghasilkan
lebar puncak sekitar 0,002-0,005 nm.
Pada pengukuran absorbansi larutan sampel 1
sampai sampel 11 air sungai martapura, sungai barito, sungai kuin, sumur
mandiangin, sumur karang intan, sumur gambut, sumur loktabat, sumur pelaihari,
pabrik cocacola, sumur banjarbaru dan sampel x menggunakan larutan standar Cd
maka didapatkan nilai untuk sampel 1 sampai dengan sampel 11 nilai x
adalah : -0,1276 mg/L; -0,1229 mg/L; -0,1233 mg/L;
-0,1271 mg/L; -0,1289 mg/L; -0,1207 mg/L; -0,1349 mg/L; -0,1349 mg/L; -0,1319
mg/L dan 0,3088 mg/L. Sedangkan untuk sampel yang menggunakan larutan
standar Cu maka didapatkan pada sampel 1 sampai dengan sampel 11 nilai x
adalah : -0,0539 mg/L; -0,0556 mg/L; -0,0539
mg/L; -0,0539 mg/L; -0,0605 mg/L; -0,0441 mg/L; -0,0556 mg/L; -0,0474
mg/L; -0,0507 mg/L; -0,0408 mg/L dan 1,2647 mg/L.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh untuk sampel
air yang mengandung logam Cd yang paling tinggi terdapat pada sampel x dengan
konsentrasi sebesar 0,3088 mg/L. Sedangkan untuk sampel air yang mangandung
logam Cu yang paling tinggi juga terdapat pada sampel x yaitu dengan
konsentrasi 1,2647 mg/L.
Kadar dalam sampel yang dihasilkan ada yang bernilai
negatif, hal ini mungkin disebabkan oleh pengenceran yang kurang tepat dan
kemungkinan besar tidak terdapat kandungan Cd dan Cu atau kandungannya relatif
sangat kecil. Analisis dengan menggunakan spektrofotometer (AAS) serapan atom
harus benar-benar kuantitatif sehingga diperoleh hasil yang maksimal. AAS
merupakan instrumen yang sangat peka mengenai batas-batas konsentrasi yang
dideteksi.
Gangguan utama dalam absorpsi atom adalah efek matriks
yang mempengaruhi proses pengatoman. Baik jauhnya disosiasi menjadi atom-atom
pada suatu temperatur tertentu maupun laju proses sangat bergantung pada
komposisi dari sampel yang digunakan. Larutan standar yang sangat mirip dengan
sampel tidak diketahui dalam hal komposisi umum, sehubungan dengan
komponen-komponen yang berada dengan kuantitas besar. Dalam hal ini diharapkan
varisai dalam komposisi keseluruhan dari satu ke lain sampel, umumnya
diinginkan agar yang menganalisa dapat menciptakan sendiri matriksnya dengan
sesuatu bahan seukupnya untuk menenggelamkan variasi sampel.
KESIMPULAN
Kesimpulan
yang dapat diambil dari percobaan yang dilakukan bahwa hubungan antara
absorbansi dengan larutan konsentrasi larutan standar Cu maka didapatkan
persamaan y = 0,153x + 0,009, sedangkan hubungan antara absorbansi dengan
larutan standar Cd maka didapatkan persamaan y = 0,291x + 0,030 dan berdasarkan
hasil perhitungan diperoleh untuk sampel air yang mengandung logam Cd yang
paling tinggi terdapat pada sampel x dengan konsentrasi sebesar 0,3088 mg/L.
Sedangkan untuk sampel air yang mangandung logam Cu yang paling tinggi juga
terdapat pada sampel x yaitu dengan konsentrasi 1,2647 mg/L.
REFERENSI
1. Solecha, D.I
& Bambang Kuswandi. 2002. Penentuan Ion Cu(II) dalam
Sampel Air Secara Spektrofotometri Berbasis Reagen Kering TAR/PVC.
FMIPA, Universitas Jember.
2. Khopkar, S.
M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia,
Jakarta.
3. Underwood,
A.L, & Day R. A. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi
Keenam. Erlangga, Jakarta.
4. Day, R.A Jr.
1986. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keempat. Erlangga, Jakarta.
5. Bassett, J.
1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
6. Stafilov,
Trajce dan Dragica Zendelovska. 2002. Determination of Trace Elements
in Iron Minerals by Atomic Absorption Spectrometry. Turk J Chem,
Macedonia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar