Tujuan Percobaan
Mahasiswa diharapkan dapat memahami cara menganalisis dengan benar kadar lemak
dalam bahan hasil pertanian dan pangan.
Dasar teori
Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan lipida.
Satu sifat khas mencirikan golongan lipida (termasuk lemak dan minyak ) adalah
daya larutnya dalam pelarut organik (misalnya ether, benzene, kloroform) atau
sebaliknya ketidaklarutannya dalam air
Dari dua kutub (pole) kelarutan yang berlawanan ini timbul pengertian
polaritas yang menunjukkan tingkat kelarutan bahan dalam air di satu sisi dan
pelarut organik disatu sisi lain yang berlawanan. Yang cenderung lebih larut
dalam air disebut memiliki sifat polar dan sebaliknya yang cenderung lebih
larut dalam pelarut organik disebut non polar. Didalam kutub yang ekstrim ini
sering disebut dalam kadar relativ saja misalnya lebih non polar atau kurang
polar dan sebagainya
Bahan percobaan
Biji kedelai,
kacang tanah dan kelapa, petroleum eter/benzen
Alat :
Water bath,
soxhlet, kertas saring, timbangan analitik
Prinsip : sampel sebaiknya telah kering konstan dan
telah dianalisa kadar airnya. Kadar air sampel merupakan faktir yang penting,
karena sampel yang masih basah menyebabkan solven (pelarut) menjadi jenuh
dengan air, sehingga ekstraksi lemak menjadi tidak efisien. Sampel kering harus
dihaluskan dan dicampur rata. Bila sampel basah seperti ikan, daging, harus
dihancurkan dahulu, dicampur pasir agar terjadi struktur sampel yang porous.
Akibatnya pelarut akan bisa mengalir diantara kisi-kisi kristal pasir dalam
sampel bubuk ikan basah. Hal ini akan meningkatkan ekstraksi total lemak pada
sampel yang basah, seperti cacahan daging fan ikan.
Prosedur : sampel dengan berat tertentu
dimasukkan ke dalam thimble dan dimasukkan ke dalam labu soxhlet serta
pendingin balik dipasang. Ekstraksi lemak biasanya berlangsung selama 6 jam.
Solven pelarut (PE atau eter) dipindahkan ke dalam botol timbang bersih yang
telah diketahui beratnya dan dikeringkan sampai berat konstan. Berat residu
dalam botol timbang merupakan berat lemak dalam bahan.
Cara kerja :
1.
Timbang 2 g bahan yang telah dihaluskan, masukkan ke
dalam tabung ekstraksi soxlet dan timble
2.
Alirkan air pendingin melalui kondensor
3.
Pasang tabung ekstraksi pada alat distilasi soxlet dengan
pelarut petroleum eter secukupnya selama 4 jam. Setelah residu dalam tabung
ekstraksi diaduk, ekstraksi dilanjutkan lagi selama 2 jam pelarut yang sama
4.
Petrolium eter yang telah mengandung ekstrak lemak dan
minyak dipindahkan ke dalam botol timbang yang bersih dan diketahui beratnya
kemudian diuapkan dengan penangas air sampai agak pekat. Teruskan
pengeringan dalam oven 100oC sapai berat konstan.
5.
Berat residu dalam botol timbang dinyatakan sebagai berat
lemak dan minyak
Percobaan 2. Penentuan asam lemak bebas (FFA)
Analisis asam lemak bebas diperlukan untuk
mengetahui jumlah asam lemak yang tidak berikatan dengan gliserol. Jumlah asam
lemak bebas yang tinggi akan mempercepat terjadinya kerusakan pada minyak. Asam lemak bebas mempunyai aktivitas
prooksidan karena adanya gugus karboksil yang mempercepat terjadinya dekomposisi
hidroperoksida sehingga minyak mudah tengik.
Cara Kerja :
1. Bahan
harus diaduk merata dan dalam keadaan cair pada waktu diambil sampel. Timbang
sebayak 28,2±0,2 gram sampel dalam erlenmeyer. Tambahkan 50 ml alkohol netral
yang panas dan 2 ml indikator PP
2. Titrasi
dengan 0,1 N NaOH yang telah distandarisasi sampai warna merah muda tercapai
dan tidak hilang selama 30 detik
3. Persen
asam lemak bebas dinyatakan sebagai oleat pada kebanyakan minyak / lemak. Untuk
minyak kelapa dan minyak inti kelapa sawit dinyatakan sebagai laurat, sedangkan
pada minyak kelapa sawit dinyatakan sebagai palmitat.
4. Asam
lemak bebas dinyatakan sebagai % FFA atau sebagai angka asam
Angka
asam = ml NaOH yan dibutuhkan untuk menetralkan 1 g minyak. Untuk
merubah % FFA (oleat) menjadi angka asam, dikalikan %FFA dengan faktor.
Percobaan 3. Penentuan Bilangan Yodium
Prinsip Analisa : bilangan yodium menunjukkan jumlah gram yodium
yang diserap oleh 100g lemak. Nilai ini menunjukkan derajat ketidakjenuhan
lemak. Pada prinsipnya, asam lemak tidak jenuh mengikat molekul yodium
membentuk senyawa jenuh. Ke dalam sampel ditambahkan larutan yodium, sehingga
terjadi reaksi. Kelebihan yodium akan dititer dengan natrium thiosulfat, bila
yodium sudah habis, dioksidasi oleh natrium thiosulfat dengan indikator amilum.
Titik akhir titrasi ditandai dengan hilangnya warna biru.
Cara Kerja :
1.
Sampel ditimbang sebanyak 0,1-0,5 g ke dalam erlenmeyer
bertutup. Ditambahkan 10 mL kloroform atau CCl4 dan 25 mL reagen
yodium-bromida. Larutan dibiarkan di tempat gelap selama 30 menit dengan
sesekali digojog.
2.
Ditambahkan 10 mL larutan KI 15% dan 50-100 mL akuades
mendidih, segera titrasi dengan larutan Na-thiosulfat sampai larutan berwarna
kuning pucat, kemudian ditambahkan 2 mL larutan amilum. Titrasi dilanjutkan
sampai warna biru hilang.
3.
Larutan blanko dibuat dari 25 mL reagen yodium bromida
dan ditambah 10 mL KI 15% diencerkan dengan 100 mL akuades mendidih lalu
dititrasi dengan larutan Na-thiosulfat.
4.
Banyaknya Na-thiosulfat untuk titrasi blanko dikurangi
titrasi sesungguhnya ekuivalen dengan banyaknya yodium yang diikat oleh lemak
atau minyak.
Percobaan 3. Penentuan Bilangan Peroksida secara
kalorimetri
Bilangan
peroksida merupakan metoda umum yang digunakan untuk mengukur tingkat oksidasi
pada minyak yang dinyatakan dalam milimol hidroperoksida per kg lipid. Metode
ferithiosianat merupakan metode yang lebih sensitif daripada metode penentuan
peroksida lainnya dan membutuhkan sampel dalam jumlah yang lebih kecil. Metode
ini berdasarkan oksidasi dari ion ferro menjadi ferri, yang ditentukan berdasarkan
kalorimetri sebagai ferrithiosianat
Cara Kerja :
·
Penentuan
Bilangan Peroksida
-
Pembuatan
Reagen
o
Larutan
ammonium tiosianat 30% dalam 10 ml akuades
Ditimbang
3 g Amonium tiosianat dilarutkan dalam 10 ml akuades
o
Larutan
ferro klorida
Ditimbang 0.5 g BaCl2 + Air
deionisasi 50 ml + Ferro sulfat (0.4 g) +
HCl 37% (2 mL)
Disentrifuge pada 3000 rpm selama 3 menit
Bagian atas yang jernih diambil dan disimpan dalam botol
gelap
o
Larutan
stok standar :
Sebanyak
2.5 g FeCl3.6H2O dalam 25 ml HCl 10 N dioksidasi dengan 2
ml H2O2. Sisa H2O2 dihilangkan
dengan mendidihkan larutan. Larutan diencerkan menjadi 250 mL dengan HCl 10 N
o
Larutan
benzene/methanol (70:30 v/v)
-
Pembuatan
Kurva Standar
Sebanyak 0.5 mL stok larutan standar
diencerkan sampai 100 mL dalam benzene/methanol (sebagai larutan standar)
Dipipet
sejumlah 0.1 ; 0.3 ; 0.6 ; 0.9 ; 1.2 ;
1.5 ; 1.8 ; 2.1 mL larutan standar diencerkan sampai 10 mL dalam
benzene/methanol (70:30 v/v)
Ditambah 1
tetes lar.ferroklorida + 1 tetes lar.amonium tiosianat
Divorteks
selama 5 detik
Diukur
Absorbansi dengan spektrofotometer pada λ 510 nm
-
Penetapan
Bilangan Peroksida
Sebanyak 1 tetes sampel ditimbang
dalam tabung reaksi
Dilarutkan dengan benzene/methanol sampai 10 mL
Ditambah 1 tetes lar.ferroklorida + 1 tetes lar.amonium
tiosianat
Divorteks selama 5 detik
Dipanaskan suhu 500C selama 2 menit
Didinginkan
Diukur absorbansi dengan spektrofotometer pada λ 510 nm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar