Tujuan percobaan
Setelah mempelajari teori dan melaksanakan praktek, mahasiswa diharapkan
dapat memahami cara menganalisis komponen kimia dalam bahan hasil pertanian dan
pangan dengan menggunakan kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis.
Dasar percobaan
Kromatografi
adalah teknik pemisahan campuran zat berdasarkan sifat fisik dari zat penyusun
campuran zat-zat tersebut. Sifat fisik tersebut khususnya :
1.
Adanya tendensi molekul suatu zat untuk larut dalam suatu
pelarut
2.
Adanya tendensi molekul suatu zat untuk teradsorpsi pada
permukaan zat padat yang halus dengan permukaan yang luas
3.
Adanya tendensi molekul suatu zat untuk menguap.
Kromatografi
mula-mula dipakai untuk memisahkan pigmen tanaman, menggunakan kromatografi
kertas. Kertas yang dapat dipakai seperti
: kertas whatman no. 541, no.2 atau no.3. kertas Whatman no. 541 memiliki
kecepatan aliran pelarut cepat, no.3 sedang dan no.2 lambat, dalam memisahkan
campuran secara kromatografi. Identifikasi noda-noda pada kertas kromatografi
dinilai dari harga Rf (Retention Factor) dari sampel dan standar. Spot dengan
nilai Rf yang sama dengan standar menunjukkan kandungan senyawa yang sama.
Tabel 1.
Menunjukkan jenis pelarut yang dapat digunakan dalam pemisahan campuran zat.
Tabel 1.
Perbandingan dan Jenis Pelarut yang dipakai dalam Kromatografi Kertas
Pelarut
|
Perbandingan
|
Pemisahan
sampel
|
Fenol/air
|
Larutan jenuh
|
Asam amino
|
n-butanol/as.asetat/air
|
4:1:5
|
Asam amino
|
Etil
asetat/piridin/air
|
2:1:2
|
Karbohidrat
|
Etil
asetat/as.asetat/air
|
3:1:3
|
Karbohidrat
|
n-butanol/NH3
|
Jenuh
|
Asam-asam lemak
|
Kromatografi lapis tipis adalah suatu teknik kromatografi
yang menggunakan lempeng plastik atau kaca yang dilapisi dengan lapisan tipis
alumina, silika-gel, atau bahan serbuk (adsorben) lainnya. Medium ini dikatakan
sebagai fase stasioner. Sedangkan pelarut yang digunakan untuk melarutkan
fraksi atau komponen penyusun bahan dalam fase stasioner disebut sebagai
larutan pengembang. Masing-masing komponen memiliki polaritas yang berbeda,
apabila digunakan lempeng plastik atau kaca yang dilapisi dengan adsorben yang
sifatnya polar, komponen yang sifatnya polar akan cenderung ter-adsorbsi pada
adsorben dan tertahan pada fase stasioner ini, sedangkan komponen yang sifatnya
lebih non polar akan ber-partisi dengan pengembang. Dengan demikian pemisahan
masing-masing komponen akan terjadi. Jadi komponen yang paling non polar akan
bergerak paling jauh (Christie, 2007).
Kromatografi lapis tipis merupakan metoda analisa yang
cepat untuk dapat memisahkan dan identifikasi beragam komponen berdasarkan
polaritasnya. Sama halnya dengan HPLC yang juga dapat digunakan untuk analisis
fosfolipid dalam minyak nabati, namun kelebihan kromatografi lapis tipis ini
dapat digunakan untuk analisa sampel yang kasar (tidak murni) dibandingkan
dengan HPLC (Padley, et al., 1994). Kuantifikasi
masing-masing komponen yang terpisah dapat dilakukan dengan alat densitometer,
sering dinyatakan sebagai TLC-Scanner.
Scanner dapat menganalisis lebih dari
20 sampel sekaligus yang ada pada plat KLT pada satu waktu sebagaimana analisa
HPLC. Densitometri in situ pada plat
kromatografi secara langsung dapat menentukan konsentrasi dari analit
berdasarkan absorptiometri (Nzai and Proctor, 1998).
Percobaan 1. Kromatografi Kertas
Prosedur kerja :
1.
Gunting kertas whatman no.2 ukuran 20x20cm
2.
Ditandai 1,5 cm dari bagian bawah kertas sebagai titik
start
3.
Spotkan sampel, jarak antar spot +/- 1,5 cm
4.
Dilakukan pengembangan dalam bejana yang berisi larutan
pengembang yang sesuai
5.
Pengembangan dilakukan sampai jarak tempuh pelarut 1 cm
dari bagian atas kertas
6.
Hitung Rf yang teridentifikasi untuk masing-masing spot
Percobaan 2.
Kromatografi Lapis Tipis
Kosentrasi standar
fosfolipid (PC, PE dan PI) 1 mg/ml dilarutkan dalam larutan kloroform:metanol
(95:5 v/v). Plat silika dikembangkan dengan larutan kloroform:metanol:air
(110:25:3 v/v). Plat dikeringanginkan selama 10 menit dan diaktifkan selama 20
menit dalam oven suhu 100oC sebelum digunakan. Dalam volume yang
sama (10µl) sampel ekstrak fosfolipid dan standar fosfolipid diteteskan (spotting)
pada plat. Kertas saring ditempatkan dalam bejana pengembangan (developing
chamber) dan ditambahkan larutan pengembang. Bejana dijenuhkan selama 10
menit sebelum proses kromatografi. Plat yang berisi spot ditempatkan dalam
bejana pengembangan selama 40 menit dan dikeringanginkan 10 menit dan
ditempatkan dalam oven 90oC selama 10 menit.
Deteksi fraksi-fraksi fosfolipid
Deteksi
destruktif (charring) terhadap fraksi fosfolipid yang terpisah dilakukan dengan
dengan penyemprotan menggunakan larutan H2SO4 50%.
Fosfolipid terdeteksi dengan terbentuknya warna keabu-abuan setelah
penyemprotan dengan larutan H2SO4 50% dan pemanasan plat
pada suhu 800C selama 10 menit. Deteksi non destruktif dilakukan
menggunakan lampu ultraviolet.
Kuantifikasi
fraksi-fraksi fosfolipid
Jenis-jenis fosfolipid diukur konsentrasinya dengan
peralatan densitometer menghasilkan kurva dengan luas area tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar