Kamis, 19 April 2012

PRESERVATION OF KIWIFRUIT COATED WITH AN EDIBLE FILM AT AMBIENT TEMPERATURE (Edible Film pada Buah Kiwi) 149


TUGAS PRAKTIKUM
PENGOLAHAN PANGAN II
(Edible Film pada Buah Kiwi)











Oleh:
ADI SANTOSO
201010220311026



JURUSAN ILMU & TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS PERTANIAN-PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012







PRESERVATION OF KIWIFRUIT COATED WITH AN EDIBLE FILM AT AMBIENT TEMPERATURE
Shiying Xhu, Xiufang Chen, Da-Wen Sun

Edible Film pada Buah Kiwi


PRESERVATION OF KIWIFRUIT COATED WITH AN EDIBLE FILM AT AMBIENT TEMPERATURE
Shiying Xhu, Xiufang Chen, Da-Wen Sun

Edible Film pada Buah Kiwi

Buah-buahan segar mengalami reaksi biologis yang kuat setelah panen dan respirasi yang mempercepat hilangnya nutrisi dalam jaringan buah. Oleh karena itu buah-buahan cenderung kehilangan air pada suhu kamar, perubahan penampilan, tekstur dan kualitas sehingga mengurangi nilai komersial. Buah Kiwi membusuk lebih cepat dari buah lain karena konsentrasi etilen yang tinggi di atmosfer dan kepekaan terhadap etilen. Teknik penyimpanan terbaru untuk buah kiwi adalah dengan menggunakan modifikasi lingkungan yang rendah etilen, Namun, kelemahan utama metode ini adalah biaya tinggi dan penurunan kualitas karena perubahan lingkungan ketika buah ditransfer dari lingkungan penyimpanan dimodifikasi untuk suhu kamar (Torres, 1994),
Coating buah-buahan dengan edible film adalah metode penyimpanan yang efektif pada suhu kamar. Teknik ini mirip dengan pengemasan buah sederhana. Film tipis untuk lapisan buah dapat menghambat pertukaran gas, tingkat kontrol respirasi, mengurangi hilangnya nutrisi, mengurangi penguapan air dan mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang menyebabkan buah membusuk, Lowings dan Cutts (1982) mengusulkan lapisan buah-buahan dan sayuran segar dengan semi-permeabel film komposit yang terdiri dari garam natrium dari karboksimetil-seluosa (CMC) dan ester sukrosa asam lemak. Lapisan ester CMC-sukrosa kemudian digunakan untuk mengontrol konsentrasi gas internal hijau pra-klimakterik buah pisang (Banks, 1983, 1984) dan Cox Oranye Pippin apel (Smith & Stow, 1984), Lapisan poliester sukrosa digunakan untuk memperluas rak kehidupan disimpan apel 'Golden Delicious' (Drake, Fellman, & Nelson, 1987). Dari penelitian tersebut telah terbukti bahwa edible film merupakan teknik pengawetan yang efektif yang tidak hanya bisa menyimpan ukuran buah, penampilan segar dan kekerasan tetapi juga meningkatkan kilau permukaan buah sehingga meningkatkan nilai komersial buah.
Namun, penelitian kecil telah dilakukan untuk mengawetkan buah kiwi dengan film-film yang dapat dimakan, Dalam studi saat ini, sedang dikembangan mengenai penggunaaa sebuah edible film komposit untuk pengawetan buah kiwi.
Sampel buah kiwi yang digunakan dipetik dari sebuah kebun lokal di Xuzhou (Jiangsu, Cina) pada bulan Oktober 1996, Dua puluh kg buah Kiwi diangkut dalam kotak terbuka ke Wuxi Universitas Industri Ringan dan kemudian ditempatkan dalam penyimpanan pada 9°C selama 20 hari. Setelah itu buah kiwi dilapisi dengan film emulsi yang dibuat.

Proses Pembuatan Edible Film:

Pertama larutkan 3% soybean protein isolate (SPI),  1% glycerol, dan 0,5% pullulan (Pul) dalam air. Kemudian, campuran dipanaskan pada suhu 90˚C. Lalu diemulsikan dengan Ultra Turax T25 pada 200,500 rpm. Setelah itu, campuran divakumkan untuk menhilangakn gelembung udara. Selanjutnya dituang pada plat tipis untuk membentuk film dengan ketebalan 2 mm. Lalu di dinginkan pada suhu 85±5˚C selama 4 jam. Terakhir film yang telah kering dikupas dan  di simpan dalam desikator (RH 53%).

Aplikasi Edible Film Pada Buah Kiwi:

Menurut formulasi optimal dari edible film, emulsi film yang pembentukan Pul 0,08%, 0,165% dan 0,755% SA SPI dicampur dengan air disusun. Setelah semua bahan telah larut sempurna kemudian buah Kiwi direndam dalam film yang telah dibuat tersebut selama 30 detik. Kemudian buah kiwi yang telah dilapisi tersebut dibiarkan kering selama semalam. Setelah kering lapisan emulsi buah Kiwi menjadi tak terlihat. Kemudian buah kiwi yang telah dilapisi disimpan pada suhu kamar.
Permeabilitas edible film
Model untuk permeabilitas dari edible film biasanya dibagi menjadi dua jenis: model microvoid dan model micropathway (Krochta, 1990). Namun pada penelitian kali ini model yang digunakan adalah model microvoid. Dimana edible film yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari makromolekul hidrofilik dan zat hidrofobik. Ketika film ini kering, "partikel" yang dibentuk oleh zat hidrofobik tersebar dalam matriks hidrofilik. Film untuk membentuk microvoids yang baik dan berkesinambungan.
Permebilitas film sangat tergantung pada komposisi bahan pembentuk film. Pada tabel dapat deketahui bahwa Pullulan yang ditambahkan pada SPI dapat menurunkan permeabilitas O2. Konsentrasi Pullulan sebesar 0,5% menyebabkan permeabilitas O2 lebih kecil yaitu 0,08 mlµ/m2 day kPa. Hal ini disebabkan karena diameter pori-pori pada permukaan buah kiwi menjadi lebih kecil.  
Untuk menentukan kombinasi optimal dari komponen film, digunakan proses hirarki analisis (PHA) (Saaty, 1990), yang merupakan multi-kriteria metode untuk mengevaluasi pentingnya setiap komponen film. Ketika buah dilapisi dengan edible film, komposisi gas dari lingkungan mikro buah memenuhi persyaratan minimal untuk respirasi buah.
Pada pelapisan edible film pada buah kiwi, komposisi gas di dalam buah akan berkurang untuk proses respirasi. Dari tabel 3 dapat kita ketahui bahwa, jumlah Pullulan dan SA adalah 0,08 - 0,09% dan0,155 - 0,165%. Hasilnya dapat dilihat pada table 4. Dimana faktor berat pada perlakuan ke-3, komposisinya paling tinggi. Komposisinya paling mendekati dengan nilai ideal. Formula optimum yaitu Pull:SA:SPI adalah 0,08:0,165:0,755. edible film yang optimum dapat dibuat dengan menggunakan formula tersebut untuk melindungi buah kiwi.
Dari Gambar 1. bisa dilihat bahwa buah kiwi dengan dan tanpa film dimakan menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam volume pelepasan etilen dimana, laju respirasi pada buah kiwi yang dilapisi edible film dapat ditunda. Jumlah etilen yang dilepas pada control, 3-4 kali daripada buah kiwi yang dilapisi edible film. Keduanya mereduksi jumlah etilen yang dilepas dan menunda waktu pelepasan. Pada buah kiwi yang dilapisi edible film dapat menghambat proses penuaan. Pelapisan dapat pula mengontrol petukaran gas antara yang ada dalam buah dan gas yang ada di lingkungan, memodifikasi jumlah gas yang ada dalam buah, dan menghindari proses respirasi.
Gambar 2. membandingkan aktivitas POD pada buah kiwi yang dilapisi edible film dan control. Perubahan aktifitas POD berkaitan dengan volume pelepasan etilen, dimana aktifitas POD akan meningkat sebelum melepaskan etilen. Ini menunjukkan bahwa aktivitas POD berhubungan langsung dengan proses penuaan buah.
Gambar 3. menunjukkan perbandingan kandungan pektin yang larut dan kekerasan buah dilapisi dengan kontrol Hal ini menunjukkan bahwa kandungan pektin meningkat waktu penyimpanan, tetapi pectin pada kontrol meningkat dengan sangat cepat. Oleh karena itu komponen gas dari lingkungan mikro dapat diubah dengan cara melapisi buah dengan edible film. Tingkat kekerasan pada kedua perlakuan menurun dengan semakin lamanya waktu penyimpanan. Penurunan tingkat kekerasan dan meningkatan pektin terlarut pada buah dikarenakan perubahan komposisi protopektin menjadi pektin, sehingga buah menjadi lunak.
Gambar 4. menggambarkan jumlah asam organik tertitrasi pada buah kiwi yang dilapisi edible film dan control. Jumlah asam organik tertitrasi pada kedua perlakuan meningkat dengan penambahan waktu simpan dalam jangka waktu yang lama. Dalam jangka waktu yang lama, jumlah asam organik tertitrasi pada buah kiwi yang dilapisi edible film menurun secara perlahan. Sedangkan pada control, penurunannya lebih cepat.
Gambar 5.  menunjukkan bahwa perubahan isi padatan terlarut untuk kedua buah berlapis edible film dan kontrol tidak signifikan selama periode penyimpanan. Namun, pada tahap akhir penyimpanan, kandungan padatan terlarut kontrol menurun jelas. Hal ini disebabkan respirasi non-oksigen dari buah-buahan selama penuaan.
Pada tabel 5. menunjukkan data pada hari ke-37 penyimpanan. laju kelunakan pada control sebesar 100%. Berarti control mengalami kehilangan nilai jual secara menyeluruh setelah hari ke-37 penyimpanan. Sedangkan pada buah kiwi yang dilapisi edible film, laju kelunakan hanya sebesar 29%.

KESIMPULAN

Dengan model permeabilitas edible film dan proses hirarki analisis, evaluasi dari edible film dengan berbagai komposisi dilakukan berdasarkan POZ, PCO,, WVP, dan PC02/P0. Komposisi edible film berpengaruh terhadap tingkat permeabilitas O2, CO2, uap air, dan respiration quotion. Formula optimum yaitu Pull:SA:SPI adalah 0,08:0,165:0,755.
Edible film yang dibuat dengan formula optimum dapat digunakan untuk mengawetkan buah kiwi pada suhu kamar. Percobaan menunjukkan bahwa masa simpan buah kiwi yang dilapisi edible film dapat diperpanjang sekitar 3 kali lipat dibandingkan kontrol. Hasil ini menunjukkan bahwa model permeabilitas dapat menggambarkan permeabilitas edible film juga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar