A.
PENGERTIAN
FITOSTEROL
Fitosterol
yang dikenal juga dengan sterol tumbuhan, merupakan molekul mirip kolesterol
yang dijumpai pada tumbuhan. Dari segi struktur fitosterol berbeda dengan
kolesterol hewan. Fitosterol adalah kelompok steroid alkohol, fitokimia yang
ada secara alami di dalam tumbuhan dan tidak ditemukan pada mamalia. Sesudah
dipurifikasi, fitosterol tampak sebagai bubuk putih dengan bau lembut yang
khas. Senyawa ini tidak larut di dalam air tetapi larut di dalam alkohol.
Menurut Dewanti (2006), fitosterol merupakan sterol yang secara
alami didapatkan dari tanaman. Secara kimiawi, fitosterol mirip dengan
kolesterol yang di dapat dari hewan. Sterol terdiri dari tiga gabungan cincin
siklohesan dengan berbagai macam sterol ( lebih dari 40 fitosterol ).
Fitosterol tanaman merupakan komponen alami dari minyak tumbuhan seperti minyak
biji bunga matahari dan beberapa konstituen alami dalam makanan manusia.
Menurut Silalahi (2006), fitosterol adalah steroida (
sterol ) yang terdapat didalam tanaman. Kedua senyawa ini mempunyai struktur yang
mirip dengan kolesterol, tetapi fitosterol mengandung gugus etil (-CH2-CH3)
pada rantai cabang. Sebagaimana pentingnya fungsi kolesterol dalam membran sel
tubuh manusia dan hewan, demikian juga fitosterol di dalam tanaman.
Pada tanaman terdapat lebih dari 40 senyawa sterol yang
didominasi oleh beberapa senyawa dari kelompok fitosterol. Fitosterol terdapat
dalam bahan makanan nabati, seperti minyak, serealia, buah-buahan, dan
sayur-sayuran, dalam jumlah yang hanya sedikit. Oleh kerena itu senyawa fitosterol
harus diisolasi dan kemudian dimasukkan ke dalam makanan seperti margarin,
dengan jumlah yang efektif untuk menurunkan kolesterol darah.
A.
MACAM-MACAM
FITOSTEROL
Para ahli nutisi mengenalkan dua macam fitosterol yaitu sterols
dan stanol.
a. Sterols,
yang mempunyai ikatan ganda pada cincin sterol, sterol pada umumnya terdapat
pada tumbuhan dan makanan adalah sitosterol dan campesterol. Sterols tanaman
mempunyai peranan mirip kolesterol pada hewan yaitu membentuk sel struktur
membran. Sterols dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu:
·
4 – desmethylsterols ( tidak
menandung gugus metil ),
·
4 – monomethylsterols (
mengandung satu gugus metil),
·
4,4 – dimethylsterols (
mengandun dua gugus metil ).
Sterols
paling umum yaitu beta-sitosterol, campesterol dan stigmasterolyang secara
struktur mirip dengan kolesterol dan termasuk kelas 4 – desmethylsterols.
b.
Stanol yang tidak mempunyai ikatan ganda pada cincin sterolnya, stanol pada
umumnya juga terdapat pada tumbuhan tetapi hanya10% dari total diet fitosterol.
Stanol tanaman adalah bagian dari terhidrogenasi dari sterols tanaman, namun
keberadaannya di alam lebih sedikit daripada sterols.
Beta – sitosterol merupakan fitosterol paling umum,
sedangkan lainnya meliputi campesterol, ergosterol, brassicasterol,
delta-7-stigmasterol dan delta-7-avenasterol. Kenampakkannya seperti lilin,
padatan jernih dan bersifat larut dengan pelarut organik tetapi tidak dengan
air, dan mengandung satu gugus fungsional alkohol. Sitosterol diyakini memegang
peranan penting dalam menurunkan kolesterol di dalam tubuh atau disebut sebagai
agen anti-kolesterolemik.
Stigmasterol merupakan asam lemak tak jenuh yang terdapat
pada minyak tanaman seperti minyak kedelai, kacang kalabar, biji-bijian tua dan
mentega coklat. Zat ini digunakan sebagai bahan pembuatan progesterone sintesis
yaitu hormon sex perempuan yang memegang peranan fisiologis penting untuk
mengatur dan mengadakan perubahan kembali terhadap tubuh yang disebabkan oleh
estrogen sebagaimana fase luteal saat siklus haid. Kebutuhan senyawa ini
bervariasi selama siklus haid. Hormon progesteron digunakan sebagai penghubung
biosintesis androgen, estrogen, dan kortikoid. Senyawa sintesis progesteron
digunakan untuk mencegah miscarriage, pada
penyakit saat menstruasi.
Ergosterol disebut juga dengan provitamin D2, merupakan
lemak yang tak tersabunkan, ditemukan dalam khamir dan jamur merupakan senyawa
berebntuk kristal putih yang tidak larut air dan larut dengan pelarut organik.
Ergosterol dikonsversi menjadi ergocalsiferol ( vitamin D2) oleh radiasi cahaya
ultraviolet. Ergocalsiferol dibentuk juga oleh radiasi ergosterol yang
ditemukan di dalam suplemen makanan seperti minyak hati ikan, kuning telur, dan
makanan yang difortifikasi.
Stanols tanaman termasuk dalam grup 4 – desmethylsterol.
Stanol tanaman adalah produk hidrogenasi dari masing-masing sterol tumbuhan
misalnya campestanol / campesterol dan sitostanol / sitosterol, dan ditemukan
secara alami dalam kadar yang sedikit.
B. SUMBER-SUMBER FITOSTEROL
Di Indonesia, jenis makanan yang sangat populer adalah
tempe yang selama ini diabaikan dan dihina sebagai makanan masyarakat golongan
bawah. Ternyata tempe bukan hanya sebagai lauk pendamping nasi, tetapi juga
sebagai makanan yang menyehatkan dan sejak zaman dahulu sudah diketahui oleh
nenek monyang bangsa Indonesia walau mereka tidak tahu komponen apa yang
menyehatkan itu, sekarang semua orang berlomba-lomba meneliti dan mengosumsi
tempe sebagai makanan yang menyehatkan setelah Prof Ziliken menyatakan bahwa
dalam tempe tersebut terkandung zat berkhasiat yang disebut sebagai Beta-sitosterol
yang merupakan senyawa fitosterol. Selain itu, tempe juga mengandung komponen
bioaktif pangan isoflavon yang cukup tinggi. Ziliken menyatakan bahwa komponen
tempe sangat baik untuk menurunkan kadar kolesterol dan terbukti mempunyai efek
hipokolesterolemik.
Sumber utama fitosterol adalah biji-bijianan minyak
nabati. Minyak sawit juga diduga mengandung fitosterol yang cukup tinggi. Jenis
bahan yang juga mengandung fitosterol adalah germ baik dari gandum maupun dari
beras. Germ dari beras maupun gandum banyak terdapat dalam katul atau bekatul.
Sudah banyak bukti bahwa bekatul dapat menurunkan kadar kolesterol secara
nyata. Bekatul sudah terbukti mempunyai efek hipokolesterolemik. Beberapa
penelitian menunjukan bahwa kandungan fitosterol dan serat dalam bekatul yang
berfungsi ganda, secara efektif dapat menurunkan kolesterol darah.
Penggunaan fitosterol secar murni sudah mulai dilakukan
saat ini, diantaranya adalah ekstrasi fitosterol dalam produk margarin. Minyak
nabati yang berasal dari minyak sawit, minyak kedelai, minyak kacang tanah,
minyak biji kapas, minyak zaitun, dan minyak biji bunga matahari juga
mengandung fitosterol yang cukup tinggi, yaitu rata-rata mencapai 0,01 sampai
2%. Selain fitosterol dalam bentuk ekstrak, semua minyak nabati dapat digunakan
sebagai bahan dasar pembuatan margarin sehingga fitosterol yang terkandung
dapat bermanfaat secara langsung bagi kesehatan konsumen. Salah satu studi yang
sudah dilakukan adalah penggunaan ekstrak dari fitosterol dalam bentuk
ester-siroastanol yang difortifikasi pada margarin. Sitoastano secara nyata
dapat menurunkan kadar kolesterol hingga 14%.
Sumber lain dari sterols adalah minyak Tall, didapatkan
dari peoses produksi kertas dari kayu dan diperkirakan 2500 ton pinus
diperlukan untuk memproduksi 1 ton sterol. Minyak Tall juga mengandung stanol
(terutama beta-sitostanol) lebih tinggi dari pada stanol dari minyak sayur.
Minyak masak, margarin dan selai kacang (mengandung
antara 100 dan 500 mg/100g) merupakan sumber utama sterol dalam tipe makanan
modern/barat. Kacang-kacangan (sampai
220mg/100g) dan beberapa benih atau biji (misalnya bunga matahari dan wijen
500-700mg/100g) juga merupakan sumber yang baik. Sementara sayuran dan buah
lain mengandung sterol yang lebih sedikit. Konsumsi stanol secara normal
rendah. Di alam, sterol terdapat dalam bentuk bebas atau sebagian besar
teresterifikasi dengan asam lemak rantai panjang atau dengan asam fenolat
sebagimana pada minyak dedak beras (ferulates) dan mentega shea (cinnamates).
Tabel Kandungan
Fitosterol Pada Beberapa Makanan
Total Phytosterol Content of Selected Foods
|
||
food
|
serving
|
Phytosterols (mg)
|
Wheat germ
|
½ cup (57g)
|
197
|
Corn ol
|
1 tablespoon 914g0
|
102
|
Canola oil
|
1 tablespoon (14g)
|
91
|
Peanuts
|
1 ounce (28g)
|
62
|
Wheat bran
|
½ cup (29g)
|
58
|
Almonds
|
1 ounce (28g)
|
34
|
Brussels sprouts
|
½ cup (78g)
|
34
|
Rye bread
|
2 slice (64g)
|
33
|
Macadamia nuts
|
1 once (28g)
|
33
|
C. ABSORBSI DAN METABOLISME
FITOSTEROL
Walaupun pada makanan yang kita konsumsi mengandung
fitosterol dan kolesterol dalam jumlah yang sama, tetapi kosentrasi serum
fitosterol biasanya seratus kali lebih rendah daripada kosentrasi serum kolesterol
pada manusia. Kurang dari 5 % fitosterol yang terdapat pada makanan diserap
secara sistematik, padahal 50-60 % kolesterol diserap. Seperti kolesterol,
fitosterol harus bergabung membentuk campuran micell sebelum dibawa oleh enterocytes. Sekali fitosterol masuk dan
dibawa enterocytes, absorbsi
fitosterol akan dihambat oleh aktivitas efflux
transporters, yang mengandung sepasang protein yang mengikat
ATP (ABC) dikenal sebagai ABCG5 dan ABCG8. ABCG5 dan ABCG8 masing-masing
membentuk satu setengah pembawa ( transporter)
yang mensekresikan fitosterol dan kolesterol takteresterifikasi dari enterocytes ke lumen pencernaan.
Fitosterol akan disekresikan kembali ke pencernaan oleh pembawa ABCG5/G8 jauh
lebih cepat daripada kolesterol, sehingga menghasilkan absorbsi pencernaan
fitosterol yang lebih sedikit dibandingkan kolesterol. Selama di bawa enterocytes, fitosterol tidak
diesterifikasi seperti pada kolesterol, sehingga bergabung membentuk chylomicrons dengan kosentrasi lebih
rendah. Fitosterol yang bergabung tersebut memasuki sirkulasi darah dan dibawa
ke hati. Di dalam hati, fitosterol disekresikan ke dalam empedu oleh pembawa
ABCG5 / G8 secara cepat. Walaupun kolesterol juga disekresikan ke dalam empedu,
kecepatan sekresi fitosterol ke dalam empedu jauh lebih cepat daripada
kolesterol. Oleh karena itu, kosentrasi serum fitosterol yang rendah dibanding
dengan kolesterol dapat dijelaskan dengan penurunan absorbsi dan peningkatan eksresi
fitosterol dalam empedu.
D.
MANFAAT
FITOSTEROL
Telah diketahui selama 50 tahun bahwa sterol tumbuhan
dapat menurunkan kolesterol darah. Sterol telah menjadi subyek dari percobaan
klinis jangka panjang dengan dosis tinggi ( sampai lebih dari 25 g/hari) untuk
menguji efektifitasnya pada tingkat kolesterol darah. Lebih dari 1800 orang
telah berpartisipasi pada studi ini, sejak awal 1950. Dari tahun 1950 sampai
1980, sebagian terutama beta-sitosterol telah dipasarkan di USA untuk mengatasi
hipokolesterolamia. Dan tidak ada efek sampingburuk yang dilaporkan.
Mentega kuning dan produk soft cheese yang disuplementasi dengan sterol dan stanolstelah
ditemukan di pasar. Konsumsi dari rata-rata produk ini tiap hari (diperkirakan
20g di Eropa barat), yang disuplementasi antara 8-10% sterol dapat menurunkan
total serum kolesterol dan kolesterol LDL ( Low Dencity Cholesterol) sebanyak
8-13%. Hal tersebut sama dengan konsumsi harian 24g produk, mengandung 1-3 gram
ester stanol, total serum kolesterol dan kolesterol LDL turun sampai 6,4% dan
10,1%. Dosis penurunan dari total dan kolesterol LDL dipengaruhi oleh
naiknyakadar ester stanol sampai 1,6 gram per hari. Bagaimanapun kenaikan dosis
dari 2,4 gram ke 3,2 gram tidak memberi efek tambahan yang penting. Sterol dan
stanol tampak seimbang dalam menurunkan total plasma dan kolesterol LDL dan
dalam studi dengn bidang ileostomy
absorbsi kolesterol ditemukan terhambat oleh sterol teresterifikasi dan ester
beta – sitostanol.
Awad et al dalam Anonymous ( 2005), melaporkan hasil
percobaan pada tikus yang memiliki tumor/kanker seperti manusia dimana tikus
tersebut diberi diet fitosterol dan kolesterol maupun keduanya. Hasilnya,
ukuran tumor pada tikus yang diberi diet fitosterol 33% lebih kecil dan
mempunyai 20% lebih sedikit sel kanker pada limpa serta paru-parunya daripada
tikus yang diberi diet kolesterol. Beberapa teori mengatakan mekanisme
fitosterol adalah sebagai faktor/agen pelindung termasuk penghambat pembentukan
sel, menstimulasi kematian sel tumor dan memodifikasi beberapa hormon penting pertumbuhan
tumor.
Penelitian pada hewan tikus yang diberi diet fitosterol, khususnya
sitosterol kemungkinan menghambat pertumbuhan kanker payudara dan prostat.
Serangkaian penelitian di Uruguay menemukan bahwa orang yang memilki kanker
perut, kanker paru-paru maupun payudara, diet fitosterolnya lebih rendah
daripada orang yang tidak terkena kanker. Penelitian di US, menemukan bahwa
wanita dengan kanker payudara dan kanker endometrial
(uterine) mengkonsumsi fitosterol lebih rendah daripada wanita yang tidak
menderita kanker. Sebaliknya, kasus lain di US menemukan bahwa pria yang
menderita kanker prostat mengkonsumsi campesterol lebih banyak daripada yang
tidak menderita kanker, tetapi total konsumsi fitosterol tidak di hubungkan
dengan resiko penyakit kanker prostat. Walaupun beberapa studi epimioloical menemukan bahwa konsumsi
lebih banyak sayuran yang mengandung fitosterol berhubungan dengan penurunan
resiko kanker, namun belum jelas apakah fitosterol atau senyawa lain dalam
tanaman yang sebagia faktor pelindung.
E.
FUNGSI
FITOSTEROL
Fungsi dari fitosterol adalah dapat membantu menurunkan
kadar kolesterol yang tinggi dalam darah, karena fitosterol hanya diserap dalam
jumlah minimum dari usus halus. Dengan begitu, fitosterol tidak akan masuk ke
dalam aliran darah. Disamping itu, fitosterol juga berfungsi menghentikan dan
memperlambat penyerapan kolesterol dari diet serta kolesterol yang diproduksi
hati.
F.
MEKANISME
PENURUNAN KOLESTEROL OLEH FITOSTEROL
Konsumsi dari sterol dan stanol menurunkan kadar
kolesterol darah dengan menghambat absorbsi
kolesterol dari makanan dan kolesterol yang dihasilkan secara alami
dalam tubuh oleh usus kecil dan sterol/stanol sendiri sangat sedikit
diabsorbsi. Penghambatan ini berhubungan dengan keasaman karakteristik fisiko
kimia dari stanol, sterol dan kolesterol dan secara umum telah diakui ada 2
mekanisme bagaimana penghambatan ini terjadi.
a).Pengendapan
kolesterol dan sterol/ stanols
Pada lumen usus, kolesterol ditemukan dalam larutan atau
campuran denganlemak lain. Bagaimanapun, monogliserida dan asam lemak
diabsorbsi dari saluran usus, kosentrasi yang berkurang akan diabsorbsi oleh
substansi misalnya sterol meningkat. Dan ketika konstrasinya mencapai kadar
kritis, substansi yang hampir sama akan mengendap dari larutan. Hal ini bisa
terjadi dengan kolesterol dan sterol/stanol , karena kemiripan mereka dalam
struktur. Baik kolesterol dan sterol/stanol pada bentuk bebas kurang larut
dalam lemak dan misel, dan faktanya satu sama lain menghambat kelarutan dari
yang lainnya. Karenanya semakin besar jumlah sterol dan stanol, makin rendah
kelarutannya dan kemungkinan semakin besar jumlah dari kolesterolyang
mengendap. Kolesterol dalam bentuk kristal tidak dapat diabsorbsi.
a) Kompetisi
untuk ruang pada misel campuran
Misel campuran sangat efisien dengan struktur deterjen
yang melarutkan lemak yang terekskresi pada usus kecil. Misel campuran
terkomposisi dari garam basa, fosfolipid, tri-, di- dan monogliserida, asam
lemak , kolesterol bebas dan mikronutrien yang larut dalam lemak. Karena ada
batasan kapasitas pada misel untuk membawa kolestarol, bahan dengan struktur
yang hampir sama dengan kolesterol seperti stanol/sterol dapat berkompetisi
dengan kolesterol untuk menempati ruang didalam misel. Maka dari itu
meningkatkan jumlah sterol dan stanol menghasilkan kolesterolyang rendah pada
misel campuran dan hal itu menurunkan absorbsi kolesterol dari saluran usus.
Pada proses absorbsi, kolesterol dalam misel
ditranspormasikan dari lumen usus kecil menuju mukosa usus dan limpa. Mekanisme
transportasi dari misel menuju sel usus tidak sepenuhnya dimengerti.
Bagaimanapun telah diketahui bahwa misel tidak diabsorbsi secara utuh, tapi
faktanya termasuk kolesterol melewati batas membran menuju sel, mungkin
keterlibatan protein pembatas dan mekanisme transpor pasif.
G.
APLIKASI
FITOSTEROL DAN PRODUK FITOSTEROL
Sebagian besar percobaan untuk menunjukkan efek penurunan
kolesterol dilakukan dengan melarutkan sterol dan stanol tanaman pada makanan
berlemak. Studi baru-baru inimengindikasikan bahwa makanan rendah lemak secara
efektif dapat membawa sterol dan stanol tanaman apabila mereka cukup
dilarutkan. Sterol tanaman dapat ditambahnkan ke yogurt rendah lemak, susu
rendah lemak, dan jus jeruk. Berbagai produk yang mengandung sterol dan stanol
tanaman juga tersedia di Eropa, Asia dab US, termasuk margarin, mayonnise,
minyak sayur, sallad dressing, yogurt, susu, susu kedelai, jus jeruk, snack,
dan daging. Penelitian yang ada mengindikasikan bahwa dosis maksimum untuk
menurunkan kolesterol kira-kira 2 g/hari dan minimum 0,8-1,0 g/hari.
Fitosterol juga tersedia dalam bentuk suplemen. Suplemen
fitosterol dipasarkan sebagai beta-sitosterol dan dapat dibeli tanpa resep
dokter, tersedia di US. Dosis beta-sitosterol 60-130 mg/hari dapat mencegah
gejala BPH ( BenignProstatic Hyperplasia). Tablet hisap lunak ( soft-gel) mengandung 0,5 gram stanol
tanaman dipasarkan untuk menurunkan kolesterol dengan rekomendasi dosis 2
g/hari. Suplement fitosterol seharusnya dikonsumsi bersama makanan yang
mengandung lemak.
H.
EFEK
FITOSTEROL SERTA KEAMANANNYA
Di US, sterol dan stanol tumbuhan ditambahkan ke dalam
berbagai produk dianggap sebagai makanan yang aman ( GRAS / Generally Recognized as Ssfe) oleh FDA. Scientific Committee on Food di EU juga
menyimpulkan bahwa sterol dan stanol tanaman yang ditambahkan ke berbagai
makanan aman dikonsumsi. Tetapi, Commite merekomendasikan konsumsi sterol dan
stanol tanaman dari produk makanan seharusnya tidak lebih dari 3 g/hari.
Beberapa efek atau pengaruh yang berhubungan dengan
konsumsi sterol dan stanol tanaman selama satu tahun telah ditemukan. Pada
orang yang konsumsi mentega yang diperkaya dengan sterol, sebanyak 1,6 g/hari,
tidak ditemukan efek yang merugikan dibanding orang yang konsumsi mentega saja,
dan orang yang mengkonsumsi mentega yang diperkaya stanol, sebanyak 1,8-2,6
g/hari selama satu tahun juga tidak memiliki efek yang merugikan. Konsumsi
hingga 8,6 g/hari fitosterol dalam margarin selama 3-4 minggu akan baik-baik
saja pada wanita atau pria sehat, dan tidak mempengaruhi baktri usus maupun
level hormon sex wanita. Walaupun fitosterol umumnya tidak menimbulkan efek
merugikan, namun beberapa kasus mual, diare, dan konspirasi telah ditemukan.
Sitosterolemia, disebut juga fitosterolemia yaitu
penyakit turunan yang jarang ditemui, dimana terjadi sebagai akibat mutasi pada
pengkopian gen ABCD5 dab ABCG8. Seseorang yang menderita penyakit ini maka
kadar serum fitosterolnya meningkat dan menyebabkan peningkatan absorbsi dan
penurunan ekskresi fitosterol. Walaupun kosentrasi serum kolesterol normal atau
hanya meningkat sedikit, seseorang dengan sitosterolemia beresiko tinggi
terkena gejala aterosklerosis. Orang dengan sitosterolemia harus menghindari
konsumsi makanan maupun saplemen yang ditambakan dengan sterol tanaman.
Untuk ibu hamil dan menyusui, konsumsi makanan yang
diperkaya sterol dan stanol maupun suplemen tidak diperbolehkan karena belum
diteliti keamannya. Sejauh ini, belum ada bukti yang menyatakan konsumsi tinggi
fitosterol alami, seprti pada wanita vegetarian, dapat mempengaruhi kehamilan
dan laktasi.
I.
FITOSTEROL
DALAM MARGARIN
Margarin adalah produk yang mengadung lemak jenuh.
Pengaruh negatif dari lemak jenuh dapat
dicegah dengan menambahkan fitosterol dalam margarin.Lemak sebagai salah astu
komnponen utama makanan menberikan dapak positif dan negatif terhadap
kesehatan. Lemak tidak hanya menyumbangkan energi sebanyak 30% atau lebih dari
total energi yang diperlukan tubuh, tetapi juga merupakan sumber asam lemak
esensial, linoleat, dan linonat, serta berfungsi sebagai pelarut vitamin A, D,
E, dan K sehingga dapat diserap oleh tubuh. Selain itu, lemak memberikan cita
rasa dan aroma yang spesifik pada makanan dan sulit digantikan oleh komponen
pangan lainnya. Akan tetapi, konsumsi lebih dari 30% dari total energi yang
diperlukan ternyata dapat memicu munculnya berbagai penyakit, antara lain
obesitas (kegemukan), beberapa jenis kanker, peningkatan kolesterol yang merupakan
salah satu faktor risiko dari penyakit jantung koroner (PJK), dan stroke.
Ada beberapa cara yang telah ditempuh untuk mengurangi
pengaruh negatif akibat konsumsi lemak, terutama yang berkaitan dengan sifat
aterogenik dari lemak, antara lain mengurangi konsumsi lemak dibawah 30% dari
total energi, mengganti sebagian lemak denagn lemak pengganti ( fat substitutes), meningkatkan jumlah
asam lemak tak jenuh supaya tercapai komposisi yang ideal, mengurangi atau
mengganti lemak jenuh dari hewani yang mengandung kolesterol tinggi dengan
minyak nabati yang tak jenuh tanpa kolesterol, dan modifikasi lemak terutama
melalui interesterifikasi. Beberapa komponen nutritrif maupun komponen minor
non nutritif yang bersifat antiateroganik dan menurunkan kolesterol darah telah
teridentifikasi, antara lain flavonoida, serat pangan, dan fitosterol.
Mengingat pentingnya peran lemak didalam makanan, para
ahli kimia pangan selalu berusaha untuk mencari jalan keluar untuk
menghilangkan atau mengurangi dampak negatif dari lemak. Salah satu cara yang
dikembangkan adalah dengan menambahkan zat-zat berkhasiat kedalam formula
margarin, yakni fitosterol dan fitostanol.
Sejak tahun 1999, 2 produk margarin yang mengandung
fitosterol dan fitostanol dalam bentuk esternya telah beredar di Amerika.
Konsumsi produk tersebut dua kali sehari secukupnya (mengandung sekitar 1,3
gram fitosterol dan fitostanol) selama dua minggu akan mampu menurunkan kadar
kolesterol sebanyak 10 % - 14 %. Hal ini berarti dua kali lebih efektif
dibandingkan dengan mengkonsumsi serat pangan yang terdapat di dalam gandum (oat fiber), yang menurunkan kolesterol
sekitar 5 % sesudah beberapa bulan. Produk itu juga dapat menurunkan kolesterol
pada anak-anak yang menderita kolesterol tinggi karena faktor genetik.
Dengan memasukkan fitosterol kedalam produk makanan
seperti margarin, penggunaan dan peranannya akan lebih luas dikalangan
masyarakat. Harga kedua margarin yang disebut di atas memang lebih mahal
dibandingkan dengan margarin biasa, tetapi karena ada efek terapi dari produk
seperti ini maka harga menjadi tidak
masalah terutama bagi yang memerlukannya.
Mengkonsumsi fitosterol dan fitostanol 2-3 grm sehari,
yang diperoleh dari margarin dalam makanan sehari, mampumengurangi resiko
penyakit jantung koronel sampai 25%. Fitosterol dan fitostanol juga daat
ditambahkan kealam makanan dan minuman lain yang tidak berlemak. Di indonesia,
produk margarin yang mengandung fitosterol dan fitostanol belum ada, tetapi
niasin sebagai penurun kolesterol telah ditambahkan kedalam dua produk
maragarin.Akan tetapi, niasin bukan sebagai bahan tambahan makanan dan sangat
terbatas pnambahannya dibandingkan dengan fitosterol yan dapat digunakan
sebanyak 20% di dalam makanan.
terimakasih.
BalasHapusinformasi yang sangat berguna
(y) :D
BalasHapusterima kasih mas adi postingannya sangat berguna (Y) :)
BalasHapus